Sudah 4 hari ini aku melihat Dongju bersama 'diriku' sendiri. Dan yang lebih membuatku terkejut adalah...
Hwanwoong.
Mengerjap, kemudian membuntuti mereka sampai ke sebuah taman. Dimana Hwanwoong menggendong Dongju.
Putraku bahkan mengenakan bando bertelinga kucing. Padahal terakhir kali, Hwanwoong memukulnya karena bertindak feminin di depan umum.
"Hyung? Sedang apa?"
Aku melompat, berteriak kaget---disambut teriakan sama nyaringnya dari Hyunmi. Bahkan Donghyun juga membeku.
"Hyung?" ia mendekatiku, "Ada apa?"
Aku menghela nafas, "Kalian mengagetkan." Kutatap Hyunmi yang masih shock, "Maafkan Papa ya... kaget sekali, hm?"
Gadis cilik itu mundur, "Euh...," responnya. Bersembunyi di balik kaki Donghyun.
"Hyung lihat apa?" kepala Donghyun melongok, mencari objek yang menjadi perhatianku. "Donghyunie panggil dari tadi... hyung tidak dengar?"
"O-oh... itu...," aku menegakkan tubuh, "mau main ke taman? Papa mau beli gulali untuk kalian, tunggu di bangku, ya?"
Aku merasa tak asing dengan wajah ini... jika benar dalam tubuhku itu adalah Youngmin, berarti kami memang sedang tertukar.
"Baiklah, ayo... sayang,"
Hyunmi mengikuti tarikan tangan Donghyun. Sementara aku menghampiri sosok 'diriku' yang tengah memesan gulali.
"Im Youngmin," aku bicara dibalik nafasku, "benar?"
Aku bisa memperhatikan ekspresiku yang terlihat datar.
Wah, aku tampan juga, ternyata.
Sosok itu segera membayar, "Temui aku di sana," ditunjukkan lokasi yang tepat untuk bersembunyi.
~Red Rose~
"Wah... apa yang kau lakukan?"
"Tepatnya, apa yang kau lakukan." Aku bersedekap, baru sadar kalau tubuh Youngmin lebih tinggi dariku.
Baguslah, untuk saat ini aku bisa angkuh dulu.
"Hwanwoong tak semudah itu, aku berusaha selama 4 tahun untuk meluluhkannya."
"Dan Kim Donghyun tidak pernah menyandar padaku, sama seperti Hyunmi yang selalu kabur atau bicara gagap. Bukannya memekik riang seperti tadi."
Ck, hei, bisa tidak sih wajah tampanku dikondisikan dulu?
Namun aku tertawa, tawa pahit sekaligus mengejek. "Kau monster, sejak kapan kau berhenti menafkahinya? Dan sejak kapan Woori jalang itu menjadi selingkuhanmu?"
Wajahnya memerah, aku tak ingat pernah berekspresi seperti ini.
"Dan sejak kapan Keonhee menjadi selingkuhan Hwanwoong, Kim Youngjo? Sejak kapan kau biarkan Hwanwoong menjadi jalangnya?"
Aku tahu ucapan Youngmin barusan hanyalah tiruan, Hwanwoong pasti bicara lebih dulu.
Ah, bukannya aku baru saja bilang bahwa seling---oh, Tuhan... wanita penyihir itu kan memang jalang, kalimatku tak salah, kan?
"Jalangmu itu menampar Hyunmi, yang bahkan masih terlalu kecil untuk menerima pukulannya. Mendorong pada satu waktu dan melukai lututnya."
Aku terkejut ketika kerahku ditarik kuat. "Apa yang kau lakukan?! Memberitahu Donghyun?!"
"Donghyun ada di sana, idiot. Dia yang berusaha menyelamatkan putrinya ketika hampir mati di tangan jalangmu."
Nampaknya Youngmin terpancing, "Jangan macam-macam! Dia---"
"Putri pemegang saham, aku tahu. Dia mengancam dengan karir untuk mendapatkanmu, namun akhirnya mulai menghabisi uangmu dan menghasut agar kau membenci keluargamu sendiri."
"Kim Youngjo---"
"Uangmu nyaris habis untuk wanita itu, Youngmin. Sebagian besar biaya rumah di tanggung Donghyun, bahkan kau berhenti dengan biaya Hyunmi dan memberikan uangnya untuk wanita itu."
Kuhempaskan cengkraman Youngmin, agak kesal karena menggunakan tubuhku untuk kekerasan. "Harusnya aku tanya, monster. Apa yang kau lakukan? Apa yang pertaruhkan di sini? Keluargamu? Bersyukur aku tidak berbuat banyak dan masih memikirkan cara untuk lepas dari sana!"
Bugh!
Aku tak memprediksi pukulan itu, dan cepat memahami kenapa Donghyun dan Hyunmi memiliki ketakutan tersendiri terhadap Im Youngmin.
Pria itu...
"BERHENTI, BRENGSEK!! KAU TIDAK TAHU!!"
"KAU YANG TIDAK TAHU!!" Aku menendangnya, perkelahian tidak dapat dihindari. Aku yang memiliki tenaga lebih untuk kali ini bisa saja berbuat lebih buruk, namun pilih untuk menjaga emosi sendiri alih-alih menggunakan kekerasan.
"Donghyun terluka karenamu. Dia harus menanggung segala sesuatu karena keegoisanmu." suaraku merendah, "Apa yang kau lakukan pada Hyunmi? Aku bahkan tidak pernah memukul Dongju!"
Bugh!
Im Youngmin sialan---oh, aku mengumpat lagi...
Biarlah, sesekali.
"PAPA!!"
Teriakan itu menghentikan kami. Aku bisa merasakan cengkraman Youngmin mengendur, namun dapat diprediksi siapa yang akan dibela Hyunmi.
Aku, tentu saja. Ingat kalau aku masih dalam tubuh Youngmin.
"Jangan pukul! Jangan pukul!" Gadis kecil itu panik memisahkan kami, berlutut di depan tubuh asliku. "Jangan pukul Papa!"
Aku tercekat melihat gerakannya, menggosokkan tangan.
"Ppa-ppa baik... jangan pukul... Hyunmi mohon...,"
"Hyunmi! Youngmin hyung!" berikutnya Donghyun, bersamaan dengan Hyunmi yang menangis histeris. "Ya Tuhan---"
"Jangan pukul Papa... Papa baik... Papa baik...," tubuh Hyunmi bergetar hebat. Mengulangi kalimat yang sama dan memohon ampun untukku (yang dia pikir adalah Youngmin).
"Sudah sayang, Papa baik-baik saja."
"Papa sakit!" Hyunmi menjerit nyaring, Donghyun harus menangkapnya agar tidak menjadi. Namun gadis itu berusaha menggapaiku, "Papa sakit! Jangan pukul!"
Donghyun tak bicara apapun, "Youngmin hyung...," ia membantuku berdiri, menatap Youngmin yang terlihat kaget.
Kalau setelah kembali Donghyun takut padaku, sungguh kucincang kau, Youngmin.
AN : sinyal di daerah Peppermint parah banget semalam, jadi kehalang up. Ini aja ngetik ulang soalnya hilang :")
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Rose || PacaDong MXM || RaWoong ONEUS
FanfictionYeo Hwanwoong. Youngmin melotot ketika melihat seorang bocah cilik di hadapannya, dia bilang namanya Dongju. Namun lebih dari itu, ia lebih terkejut ketika sadar di tubuh siapa ia berada; lelaki pemaaf bernama Kim Youngjo. Kim Donghyun. Youngjo meng...