KYJ : Divorce and Rose

89 14 14
                                    

Tak ada lagi percakapan sejak malam itu, malam dimana aku harus mencium Donghyun untuk menenangkannya.

Sebanyak apapun aku bicara, Donghyun nampaknya tak lagi ingin mendengarkan.

"Youngmin hyung,"

Dan di sinilah kami sekarang, duduk berdua di dalam kamar. Aku yang terlalu takut dengan keadaan, lalu Donghyun yang terlihat lelah.

"Ayo berpisah,"

Tak kusahuti, diam kutatap lelaki Youngmin itu. Pipinya menirus belakangan ini, kantung matanya lebih tebal daripada biasa, dan sudah hampir seminggu ia menolak uang dariku. Ia juga tak pernah berkutik jika aku bermain dengan Hyunmi, hanya mengawasi tanpa ikut bicara.

Kecuali jika Hyunmi menariknya.

"Kenapa?" suaraku bergetar. Terlampau cemas kali ini. Youngmin pasti membunuhku, dia pasti akan membunuhku jika tahu kondisi sekarang.

Lelaki itu menutup kelopak, tepis pelan lenganku, "Aku lelah. Aku lelah dengan kehidupan ini."

Jantungku serasa berhenti. Pilih untuk tetap diam, menuntut jawaban lewat manik.

"Aku lelah...," ia terdengar putus asa, suarakan luka yang tak pernah diumbarnya. "kau bebas bersama siapapun... Woori... Hwanwoong... siapapun yang ingin kau sentuh, siapapun. Tapi ceraikan aku,"

Hyunmi sedang tidur. Aku tak bisa bayangkan jika ia bangun dan menyerbu Donghyun dengan beragam pertanyaaan soal ini.

"aku sudah berusaha---"

"Kau sekedar berusaha!" teriak Donghyun frustasi, "Nyatanya Woori masih menyentuh putriku! Kau bahkan menyebut Hwanwoong dalam tidurmu alih-alih namaku!"

Manik lelaki itu memerah, nafasnya pendek, "Apa aku menjadi bebanmu selama ini?!"

"Pernah aku minta barang mahal?! Barang terakhir yang kuminta hanya tas untuk Hyunmi! Untuk putri kita sekolah!"

"Pernah aku menuntutmu untuk jadi sempurna?!"

"APA YANG KURANG DARIKU HYUNG?! APA?!"

Aku tak menduga kejadian seperti ini... dalam hati berusaha keras mencari cara untuk membalas perkataannya.

Aku tidak tahu...

Tidak... ini bukan kehidupanku, ini kehidupan Youngmin.

Donghyun langsung berdiri, "Aku akan bawa Hyunmi pergi," ia terburu menarik tasnya, mengeluarkan sejumlah uang dan selembar kertas dari sana. Menyodorkan paksa ke dalam genggaman. "aku akan menyicil yang lain, untuk 4 tahun sebelumnya. Tolong tanda-tangan di sini, setelah itu kau bebas. Tapi Hyunmi tetap bersamaku."

Donghyun segera keluar, tanpa membawa apapun kecuali satu tas kecil. Aku mengejarnya, namun ia tak menoleh sama sekali. Bahkan menepisku yang hendak merebut Hyunmi dari pelukannya.

Kami berkejaran untuk beberapa waktu, tepat ketika sebuah taksi berhenti, saat itu terakhir aku melihatnya.

Menghilang begitu saja.


~Red Rose~


Youngmin menjadi sasaranku, aku menelponnya dan menceritakan apa yang terjadi. Tanpa mendengar satupun kalimat balasan. Bahkan telpon langsung ditutup.

Berikutnya hanya kehadiran lelaki itu, dengan wajah sembab dan kondisi yang berantakan.

"Aku tidak bisa menahannya," kuacak rambut, lampiaskan frustasi, "lagipula ini memburuk... aku tidak bisa menemukan lelaki sipit itu."

"Sasaran Woori bukan Donghyun, tapi Hyunmi." Youngmin terlihat sama kacaunya, "Akhir-akhir ini Keonhee juga meneror Hwanwoong, bahkan Dongju beberapa kali jadi sasaran."

"Si sipit itu kemana sih?!"

Pintu rumah tahu-tahu terketuk, aku membukanya ogah-ogahan. Untuk kemudian menatap si tamu dengan pandangan marah dan menariknya paksa.

"Sakit!" teriaknya jengkel, mengusap pergelangan yang memerah, "Kasar sekali sih!"

"Bagaimana cara kami kembali?!" semprotku langsung, "Situasi baru saja memburuk dan kami tak dapat bertindak lebih!"

"Justru itu! Kalian sama bodohnya ternyata!" lelaki sipit itu balas memarahi, "Kupikir setelah ini bisa sadar dengan diri masing-masing ternyata malah bawa masalah baru!"

Youngmin segera menoleh, dan tahu-tahu melompat untuk mencekik lelaki itu.

"HEI HEI SUDAH JANGAN BERTENGKAR!!" aku berusaha keras menariknya, "Kalau dia mati yang ada kita punya urusan baru!"

"DONGHYUN SEDANG KABUR, BRENGSEK!! AKU TIDAK BISA MENGEJARNYA DENGAN TUBUH INI!!"

Lelaki itu terbatuk, menatap Youngmin dengan pandangan nyalang. "Berani kau cekik aku, hah?!"

"Maafkan kami maafkan!" aku terpaksa memeluk Youngmin, ukuran tubuh kami sekarang memudahkan kondisi. "Astaga Youngmin! Tenang dulu!!"

Lelaki sipit itu menepuk-nepuk lengan bajunya, kemudian mendengus kasar. "Kalian hanya menyelesaikan masalah, tak tahu pasti kesalahan masing-masing." Ia menyerahkan dua tangkai mawar.

"Seharusnya, jika otak kalian berguna, masalah itu akan selesai meski dengan tubuh lawan kalian."

"Sadar tidak sih berapa kali Dongju dan Hyunmi mengatakan hal-hal aneh?" ia melanjutkan tanpa memberi kami kesempatan. "Hyunmi sadar dengan logatmu yang berubah, Dongju juga sadar kalau ayahnya bicara cepat dengan nada rendah."

Ia menunjuk kami. "Mawar ini hanya berguna untuk satu hari, ketika kelopak terakhir gugur, kalian akan kembali bertukar. Kalian bisa kembali ke tubuh masing-masing lagi jika sadar apa kesalahan kalian."

"Bukan kesalahan satu sama lain."

Red Rose || PacaDong MXM || RaWoong ONEUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang