"Aku hanya ingin menjadi penari,"
Satu waktu di sore hari, setelah mengunci Hwanwoong (dia pergi ke rumah Keonhee, tentu) dan membatasi aksesnya dari Dongju (meski tampaknya dia tak peduli), akhirnya aku luluh juga dengan permohonannya.
Yang aku yakin Kim Youngjo ini tak pernah dengar.
Kami duduk bersama di ruang tengah, Dongju sedang tidur setelah lelah bermain. Posisi kami lebih mirip atasan dan bawahan ketimbang pasangan yang telah menikah.
Tak ada minuman atau makanan kecil, kondisi meja benar-benar kosong. "Lanjutkan."
Hwanwoong mendesah kasar, "Itu impianku, sebelum tahu bahwa diriku hamil olehmu dan harus melahirkan Dongju."
Lelaki itu bercerita, sama persis seperti kisah dari Geonhak, hanya saja Hwanwoong lebih emosional ketika bercerita.
"Aku tidak ingin melakukannya, tapi aku harus. Itu impianku."
"Lalu membuang keluargamu sendiri?" aku berusaha keras mengintimidasi Hwanwoong, "Apa-apaan kamu ini?"
Oke, baiklah, aku adalah Im Youngmin, yang terjebak di dalam tubuh Kim Youngjo. Yang berusaha keras menyelesaikan semua masalah Youngjo.
Tidak, tidak ada lagi permintaan maaf, terkadang ada yang perlu diselesaikan dengan tinju agaknya.
Yah, termasuk perkara uang sekolah Dongju yang dijadikan bahan taruhan seorang kawan.
"Aku tidak ingin menikah denganmu, sebenarnya." Hwanwoong memecah hening, "Aku mencintaimu waktu itu, tapi hanya menjadi beban untukmu. Semua kulakukan agar kau membenciku, apapun. Bahkan melibatkan Dongju."
Jika Dongju bangun, dia pasti menangis, suasananya terlalu mencekam sekarang.
Hwanwoong mengangkat kepala, menatapku dengan pandangan nanar. "Keonhee merencanakan kehamilan itu, kesepakatannya adalah menukar mimpiku dengan menjadi jalangnya."
Oke, aku yang menjadi Kim Youngjo saja rasanya seperti disambar petir, apalagi jika Kim Youngjo sungguhan di posisi ini!
"Seharusnya Dongju tidak lahir, kau menggagalkan setiap usahaku untuk melakukan aborsi. Bahkan berteriak padaku untuk bertanggung-jawab, padahal kau hanya bagian dari rencana."
Ah, mimpi...
Terkadang bisa menghancurkan.
"Jadi... Keonhee memaksaku untuk memasukkan obat itu, dan kita mengalaminya untuk pertama kali." Hwanwoong meremat celananya, "Seharusnya kau malu dan mencampakkanku... tapi kau tidak melakukannya."
Tubuhnya bergetar, "Kau tidak membenciku, malah membelaku habis-habisan dan mempermalukan dirimu di depan keluargaku, membawaku pergi tanpa menoleh lagi. Tak peduli seberapa banyak luka yang kuberikan."
Oh, waw... drama keluarga macam apa ini, Kim Youngjo? Pasanganmu baru saja mengakui seluruh kesalahannya.
"Lalu Dongju lahir," aku menginterupsi, "dan apa yang terjadi?"
"Kau tahu... Dongju menunjukkan ketertarikannya terhadap jepit rambut dan make-up sejak kecil. Yang tidak pernah terpikir sebelumnya." Hwanwoong menghela nafas, dan aku berbaik-hati duduk di sampingnya,
"Ceritakan, tidak usah kabur begitu."
Ya, bagus... aku menyentuh lelaki orang tapi kapan terakhir kali aku menepuk bahu Donghyun dalam usaha tangisnya?
Tepat.
3 tahun yang lalu.
"Melihatmu marah kemarin... sepertinya kau ada dalam batasanmu untuk toleransi."
Padahal aku marah karena ingin marah, sudah kubilang aku tidak bisa jadi Kim Youngjo secepat itu!
"Biasanya kau akan tersenyum... apapun yang terjadi. Dan Dongju...," nafasnya tersendat, "dia akan malu memiliki ibu sepertiku. Lebih baik dia membenciku setelah apa yang kulakukan."
"Hwanwoongie,"
Si pemilik nama menangis keras, memelukku erat tanpa peduli wajahnya sudah basah.
"Maafkan aku... aku memang tidak pantas menjadi bagian dari kalian!"
"Hwanwoongie, hei,"
Tahan Youngmin, ingat kalau namamu Kim Youngjo sekarang!
"Apa yang membuatmu mengatakan ini?"
Lelaki mungil itu bergetar dalam pelukanku, "Keo-Keonhee,"
"Keonhee apa?"
"Dia... tidak... dia berbohong untuk mimpiku. Aku tidak pernah bisa jadi penari, aku hanya jalangnya, tidak akan ada yang mau---"
Perkataan Hwanwoong terputus ketika aku mengecup keningnya. "Tapi kau sosok ibu untuk Dongju,"
"A-aku---"
"Dan kau harus tahu, Dongju berlutut untuk satu jam agar aku membiarkanmu masuk, dia membujukku dengan berbagai cara. Membereskan mainan, menjadi anak baik, tidak berteriak, semuanya agar kau kembali, Hwanwoongie."
"Seharusnya kau membenciku, membuangku... kalau bisa memenjarakanku karena memukuli Dongju!" rupanya emosi Hwanwoong semakin tidak stabil. Dan aku hanya bisa menahan tangannya tanpa bicara apapun, tanpa berekspresi selain memberikan kalimat-kalimat yang rasanya mampu untuk menghibur.
"Dongju akan bangun, kecilkan sedikit suaramu," aku menahan lengan Hwanwoong di sisi tubuhnya, "dengar... putuskan hubunganmu dengan Keonhee, aku bisa mencari cara lain untuk membantumu."
"Aku hanya jalang," tangis Hwanwoong menjadi, "aku lebih kotor dari dugaanmu, hyung."
Aku harap telingaku tidak bermasalah. Selama menjadi Youngjo, ini pertama kalinya aku dengar kata "hyung" dari mulut Hwanwoong.
"Tidak ada, kita bisa mulai lagi dari awal. Aku, kamu, Dongju." Kuhapus airmatanya. Berpikir sejenak.
Youngjo, Donghyun, maaf... aku harus melakukannya...
Hyunmi, Dongju, kuharap kalian tidak membenciku setelah ini...
Menenangkan diri, lalu mengangkat dagu Hwanwoong dan menciumnya, membiarkan airmata mengaliri sela bibir.
Aku lebih brengsek dari Hwanwoong, sebenarnya. Aku tidak lagi menafkahi Donghyun hanya karena cemburu, aku bahkan berhenti membayar sekolah Hyunmi dan memberikan uangnya pada selingkuhanku.
Aku... monster...
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Rose || PacaDong MXM || RaWoong ONEUS
FanfictionYeo Hwanwoong. Youngmin melotot ketika melihat seorang bocah cilik di hadapannya, dia bilang namanya Dongju. Namun lebih dari itu, ia lebih terkejut ketika sadar di tubuh siapa ia berada; lelaki pemaaf bernama Kim Youngjo. Kim Donghyun. Youngjo meng...