IYM : Epilog

107 14 20
                                    

Aku kembali hanya untuk mengambil kunci. Selanjutnya mengurus resign, melaporkan Woori, meluruskan masalahku seorang diri sembari menjaga keluarga kecilku.

Donghyun menjual toko bunga, Hyunmi keluar dari sekolah. Kami berpindah ke Daejeon, menjalani hari sebagai keluarga kecil yang baru. Donghyun lebih berfokus di rumah, sementara aku bekerja paruh waktu. Sejenak mengingat diriku dulu sebagai dosen (sewaktu di tubuh Youngjo), dan berpikir untuk mengajar di sekolah lama Donghyun.

"Bagaimana?"

Donghyun masih terus berusaha, menggenggamku, meyakinkan bahwa ia akan terus berada disampingku. Apapun yang terjadi.

Hyunmi tumbuh menjadi gadis cerdas, satu tahun ini ia membantu Donghyun. Tak merepotkan kami dan menjadi gadis mandiri sesuai kemampuannya.

"Diterima!"

Donghyun melompat lucu, memelukku erat. "Aku tahu hyung bisa!" ia memekik riang, kali ini melompat dalam gendonganku.

Syukurlah tubuhku masih cukup kuat menahannya.

"Terima kasih, Donghyunie." Ucapku tulus.


~Red Rose~


Hyunmi tahu-tahu muncul dengan satu syal berukuran kecil di sebelahku, "Kita jadi liat Dongju, kan?"

Aku mengangguk, kemudian mengeryit dengan pilihan Hyunmi. "Itu kan pink... Dongju memangnya suka warna pink?"

Putriku terdiam, menatapku bingung, "Hyunmi enggak tahu,"

Kami sedang berada disebuah toko, setelah Hyunmi mendengar rencana untuk menemui keluarga Youngjo. Ia memohon untuk bisa membelikan putra mereka sebuah syal.

"Dongju kan laki-laki... coba cari warna krem,"

Tahu-tahu wajah Hyunmi berubah, kelopaknya berkedip cepat. Menatapku horror, "LHO DONGJU BUKANNYA PEREMPUAN?!"


~Red Rose~


Aku menggigit gemas pipi Donghyun. Lelaki itu semakin tembam semenjak kepindahan kami, "Menggemaskan sekali!"

Donghyun menyikutku jengkel, "Tidak!" protesnya, lalu sibuk dengan sebuah buku ditangan. Aku berdecak pelan, merebut buku tebal itu dan menyingkirkannya.

"Hyung~ kenapa sih?"

"Aku merindukanmu,"

Ia mencibir, "Aku di rumah, tidak pergi kemana-mana."

Klek!

"Mama," Hyunmi masuk dengan boneka kesayangannya, gadis kecil kami menyelip ke tengah dan terduduk dengan wajah panik. "a-ada itu...,"

Kutarik selimut, membaringkan Hyunmi di lengan, "Hm?"

"Itu... itu... tadi... yang tinggi sekali!" Hyunmi bersembunyi dibalik lenganku, "Tinggi... seram...,"

"Ssstt... ada Papa sama Mama di sini," Donghyun mengusap bahu Hyunmi, mengecup keningnya lembut, "tidur di sini dulu ya? Besok kasih tahu Mama dia ada dimana."

Putri tunggal kami tak menjawab, memeluk bonekanya lebih erat dan mulai menangis ketakutan.

Sepanjang malam, kami hanya berusaha menenangkannya, mengecupnya dan berjanji tak akan ada lagi yang menyakitinya.


~Red Rose~


"Hyunmi enggak boleh dibawa pulang?"

Aku melirik Youngjo, menendang sebelah kakinya, "Hyunmi harus kembali ke Daejeon,"

"Appa...," rajuk Dongju, masih saja memeluk Hyunmi---yang sekarang sudah meringis minta tolong.

"Dongju... Hyunmi harus pulang, ini sudah sangat sore," Donghyun akhirnya turun tangan, menahan Hwanwoong, "nanti kapan-kapan main lagi ya? Kasihan Mamanya Dongju, harus istirahat juga, kan?"

Bocah itu menukikkan bibir, benar-benar siap menangis. "Dongju enggak boleh pinjam Hyunmi? Nanti dikembalikan."

Oi oi, kau pikir anakku itu barang?

Aku menyikut Youngjo, "Coba kau bujuk dia, kasihan putriku, tertekan begitu wajahnya."

"Dongju... bisa lepasin Hyunmi sebentar? Kasihan dia susah bernafas,"

Hyunmi menatapku dengan raut memelas, "Peluknya kencang sekali," suaranya melirih. Menghampiriku untuk minta gendong.

"Hyunmi jangan pergi,"

"T-tapi... Hyunmi mau pulang," putriku menyahut, "nanti lagi ya? Hyunmi ada tugas sekolah...,"

Dongju benar-benar sedih, "Ya sudah...,"

Donghyun disampingku terkikik geli. "Putramu lucu sekali, Hwanwoongie,"

"Ayo... kissbye dulu," Youngjo mendekatkan putranya pada Hyunmi, "dah, pelukan juga enggak apa."

Aku melotot jengkel pada siluman kucing itu, mengirim sinyal tak setuju.

Yang diabaikan penuh.

Chu~

"Dadah Hyunmi!"

Berbeda dari Dongju, Hyunmi sudah membeku dalam rengkuhanku. Mengangguk seperti robot, "I-iya... da-dadah...,"


~Red Rose~


"Hyunmi kenapa?"

Dan ia tak lagi bicara setelah itu. Terus memegangi bibirnya sepanjang waktu.

"Do-Dong...ju...," suaranya bergetar, menatap Donghyun yang berusaha bicara, "i-ini...,"

"Jangan ditarik-tarik... nanti luka bibirnya."

"Cium----huwwwaaaaa!!"

KIM YOUNGJO BENAR-BENAR YA KAU YANG HABIS DI TANGANKU SETELAH INI!!!

"Sssttt... iya iya, mana? Sini biar Mama yang cium,"

"Enggaaakkkk~" Hyunmi masih terus menangis, memandangku dengan wajah putus asa. "Ennggakk mau! Enggak mau! Hyunmi masih mau boneka!"

"I-iya... besok ya? Besok Papa belikan baru lagi,"

"Ini... cium... tadi---huhuhuuuu uhuk!"

"Duh ya ampun, iya sayang, iya... dicium Dongju tadi ya? Sini Mama cium biar hilang,"

"Bu-bukann... nanti Hyunmi hamil gimana Mamaaaaa~"

Kami yang diam sekarang. Aku hanya bisa menghela nafas pasrah dan menyandari bahu Donghyun.

Kim Youngjo sialan.




Im Youngmin's Point of View, end.

Red Rose || PacaDong MXM || RaWoong ONEUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang