Videmarsha Anasuciara Prabaswara

710 64 13
                                    

"Emang dasar cewek murahan lu!" Seorang laki-laki bertubuh cukup tinggi itu mendaratkan sebuah tamparan kepada seorang perempuan yang berdiri di depannya hingga terjatuh. Sontak, seluruh pasang mata di café tersebut menoleh ke arah sumber keributan.

"Sha, lu kagak apa-apa?" Dengan cepat, seorang laki-laki berambut biru navy menghampiri perempuan tersebut.

"Gue baik-baik kok aja, Vin." Perempuan yang dipanggil Sha menjawab pelan sembari memegang pipinya yang terasa perih, warnanya yang semula peach berubah menjadi merah padam.

"LU LAKI-LAKI BUKAN?!" Laki-laki yang dipanggil Vin itu berdiri emosi, dia mendaratkan pukulan keras pada pipi kanan laki-laki yang bertubuh cukup tinggi itu hingga ujung bibirnya mengeluarkan darah segar dan lebam menghiasi tulang pipinya.

"BANGS..."

"AIT." Videmarsha Anasuciara Prabaswara, atau yang lebih akrab dipanggil Marsha, terlonjak kaget ketika terbangun dari tidurnya dengan bermandikan keringat yang mengalir di dahinya. "Mimpi itu lagi." Marsha menghela nafas panjang sembari memijat kedua pelipisnya yang terasa pusing.

"Nak Marsha, ayok bangun. Bibi udah siapin sarapan di bawah." Terdengar suara lembut seorang wanita paruh baya dari luar kamar Marsha, diiringi dengan suara ketukan pelan.

"Iya, bi. Marsha ke sana." Marsha sedikit berteriak dengan malas. Marsha melirik jam digital di atas meja samping tempat tidurnya, waktu menunjukkan pukul 06.48 waktu setempat. "Sial, bisa telat nih gue." Marsha menyingkirkan selimutnya dengan cepat, melompat dari tempat tidurnya, dan langsung berlari menuju kamar mandi.

꙰꙰꙰

Marsha terpaku di depan cermin riasnya. Seperti pagi biasanya setelah dia mengalami mimpi buruk tersebut, Marsha selalu memperhatikan bekas goresan panjang terukir di lehernya yang tak kunjung hilang. Marsha mendesah pelan dan menarik ke atas leher baju turtleneck yang dia gunakan untuk menutupi bekas merah itu. Tak lupa, Marsha menurunkan lengan bajunya untuk menutupi 'barcode' pada lengannya.

"Pagi, bi." Marsha menuruni tangga menuju ruang makan dengan langkah terburu-buru.

"Pagi juga, Nak Sha." Bibi tersenyum melihat Marsha sembari menaruh beberapa macam makanan di atas meja makan.

"Grandma kemana, bi?" Marsha duduk di salah satu kursi dan langsung mengambil segelas susu.

"Nyonya tadi lagi ke kamar mandi sebentar katanya." Bibi menaruh sepiring roti tepat di hadapan Marsha.

"Makasih ya, bi." Marsha tersenyum manis dan langsung melahap roti berisi selai coklat tersebut.

"Hallo, morning, my sweetie." Grandma berjalan dari arah kamarnya dengan tersenyum lebar.

"Morning, grandma." Marsha tersenyum lebar melihat sosok perempuan -yang sudah berumur kurang lebih 3/4 abad menghampirinya.

"Did you sleep well? (Apa kamu tidur dengan nyenyak?)" Grandma duduk di hadapan Marsha.

"Ofc, how was your night? (Tentu saja, bagaimana malammu?)" Ya, tentu saja Marsha berbohong. Marsha tak pernah ingin menceritakan hal buruk yang terjadi padanya, terutama kepada sosok grandma di depannya.

"It was fine. (Baik-baik saja.)" Grandma tersenyum manis ke arah Marsha dan dibalas dengan senyuman tipis. Tak sengaja Marsha melihat jam pada layar smartphone miliknya, waktu sudah menunjukkan pukul 07.55 waktu setempat.

"Grandma, I think I'll be late for my lecture. I have to go now. (Nenek, aku pikir aku akan terlambat untuk kuliahku. Aku harus pergi sekarang.)" Dengan cepat, Marsha melahap gigitan terakhir rotinya dan meneguk susu hingga tetesan terakhir.

Secret Admirer 2 || UN1TY × StarBe (ft. TNBGB 1 & 2) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang