"Please, don't go"

182 43 8
                                    

"Möchten Sie schon etwas zu trinken bestellen? (Apakah anda ingin memesan sesuatu untuk minum?)"

"Ich möchten Ayinger Urweisse, bitte. (Saya mau bir dengan kandungan alkohol 5.8%.)"

Kini, Fajri sedang berada di dalam sebuah bar. Sebenarnya tidak ada keinginan sedikitpun dari Fajri untuk memasuki tempat seperti ini. Namun, mendengar temannya sedang memiliki banyak beban dalam pikirannya, Mavin berinisiatif untuk membawa Fajri ke dalam sebuah tempat yang menurutnya akan membuat semua permasalahan terlupakan.

Fajri mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Meskipun terbilang cukup nakal sejak kecil -beberapa kali mengikuti balap liar, ini adalah pertama kalinya Fajri melangkahkan kakinya masuk ke dalam sebuah bar. Tempat yang terbilang cukup mewah dan ramai, dengan dominasi warna coklat dan jingga. Saat Fajri baru saja membuka pintu bar, aroma alkohol langsung menusuk hidungnya. Terlihat banyak laki-laki dan perempuan yang 'bersenang-senang' di sini.

"Lu mau yang berapa persen, Ji?" Mavin menyikut lengan Fajri di sampingnya.

"Hah?" Fajri menoleh kaget ke arah Mavin. "Gu... Gue kagak minum." Fajri menggeleng pelan.

"Santai aja kali, Ji." Mavin merangkul Fajri. "Lu kagak perlu malu. Mau 4.8%? 5.2%? Atau 6%?" Tawar Mavin.

"Ich nehme Espresso Machhiato, bitte. (Saya mau kopi.)" Ucap Fajri kepada pelayan bar di depannya.

"Ein moment, bitte. (Silakan tunggu sebentar.)" Pelayan perempuan tersebut berjalan menuju temannya untuk memberi tahu pesanan Fajri dan Mavin.

"Lu serius ke sini pesen kopi aja?" Mavin menatap heran Fajri.

"Jangan banyak tanya lu." Fajri melepas rangkulan Mavin. "Ayok cari tempat duduk." Fajri berjalan meninggalkan Mavin.

꙰꙰꙰

"Ji, lu harus coba ini. Ini enak banget, serius."

Sudah hampir satu jam Fajri dan Mavin berada di dalam bar tersebut. Berkali-kali Mavin memesan tambahan botol alkohol itu. Bahkan saat ini sudah ada tiga botol alkohol jenis yang sama di atas meja mereka. Fajri memperhatikan teman di depannya sudah cukup mabuk. Mata Mavin sedikit memerah dan beberapa kali berkata sesuatu yang tidak jelas. Terlihat Mavin tak bisa menopang tubuhnya sendiri. Namun, Mavin tetap tidak ingin menghentikan minumnya.

"Vin, pulang aja yok." Ucap Fajri khawatir.

Untuk pertama kalinya, Fajri benar-benar menemani orang mabuk dan itu adalah temannya sendiri.

"Pagi banget pulang. Minum dulu lah." Mavin mengangkat sebuah botol dan menyodorkannya ke arah Fajri.

"Pagi mata lu silikon." Ucap Fajri kesal. "Udah jam 9 malem ini." Fajri mendorong pelan botol itu ke arah Mavin.

"Seteguk, Ji." Mavin kembali menyodorkan botol yang masih berisi setengahnya.

"Kagak minum gue." Fajri menuntun tangan Mavin untuk menaruh botol itu di atas meja.

"Cupu lu." Mavin sedikit menaikkan nada suaranya, tetapi masih tertutupi suara musik dalam bar.

"Lu gue tinggal dua bulan doang, kenapa tiba-tiba ngajak gue ke tempat beginian sih?" Fajri mendengus kesal. "Pulang aja yok, Vin. Lu udah mabuk gitu." Untuk ke sekian kalinya, Fajri mengajak Mavin pulang.

"Ji, lu kenapa masih kagak paham?" Mavin menyandarkan punggungnya.

"Gue paham lu udah mabuk, makanya gue ngajak lu pulang. Ayok." Fajri menarik tangan Mavin untuk berdiri.

"Kenapa lu kagak sadar kalau Bastian udah ngincer Marsha dari lama?" Mavin menangkis tangan Fajri. Fajri terdiam, menatap Mavin. "Dan lu dateng buat semuanya makin kacau." Mavin menunjuk Fajri sedikit kesal.

Secret Admirer 2 || UN1TY × StarBe (ft. TNBGB 1 & 2) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang