"Just let him into your life"

162 51 9
                                    

Marsha merapihkan rambutnya di depan cermin rias. Senyuman yang tercetak di wajah Marsha membuat make-up peach terlihat sangat manis untuknya. Tepat 24 jam yang lalu, Fajri mengirimi Marsha pesan untuk bertemu di salah satu taman dekat kampus. Tentu saja, Marsha menyambut pesan tersebut dengan perasaan bahagia. Sudah berbulan-bulan lamanya Fajri cukup menjaga jarak dengan Marsha. Fajri memang tidak benar-benar menjauhinya, tetapi jarak yang diciptakan Fajri cukup membuat Marsha berpikiran hal yang aneh. Entah apa yang telah Marsha lakukan hingga Fajri berlaku demikan kepadanya. Namun, Marsha kembali merasakan kebahagiaan pada malam ini.

Setelah merasakan riasan wajah dan tatanan rambutnya terlihat rapih, Marsha berdiri dan berjalan menuju gantungan baju yang berada tak jauh dari meja riasnya. Marsha menarik salah satu jaket yang tergantung di sana dan langsung menggunakannya. Marsha menatap cermin full-body yang terletak di pojok ruangan. Rambut coklat dengan gaya ponytail, t-shirt putih berbalut jaket coklat, celana jeans hitam, dan sepatu hitam senada. Marsha mengambil tas selempang kecil berwarna coklat senada yang tergantung bersama jaket.

"Nak Sha." Terdengar panggilan lembut dan ketukan kecil pada pintu kamar Marsha.

"Iya, bi." Marsha berjalan menuju pintu dan langsung membukanya.

"Itu makan..." Bibi menatap kaget Marsha dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Nak Sha, mau ke mana?" Bibi memegang kedua lengan Marsha.

"Marsha mau keluar, bi." Marsha tersenyum manis.

"Tumben banget, ke mana?" Senyum bibi merekah perlahan.

"Mau ketemu seseorang." Bisik Marsha.

"Siapa?" Bibi tak bisa menahan rasa penasarannya.

"Ada pokoknya." Marsha tersenyum lebar.

"Ih, Nak Sha main rahasia sama bibi." Bibi memanyunkan bibirnya. Marsha tertawa melihat perilaku asisten rumah tangannya yang seperti anak kecil.

"Grandma ada di bawah, bi?" Marsha mengalihkan topik pembicaraan.

"Madam tadi keluar sebentar katanya." Jelas bibi.

"Kalau gitu, nanti bilangin Marsha keluar bentar sama temen ya." Senyum Marsha penuh makna. Bibi tentu sudah paham dengan senyuman Marsha.

"Oke!" Bibi tersenyum lebar, membentuk huruf 'O' dengan jari telunjuk dan ibu jarinya.

"Marsha duluan ya, bi." Dengan cepat, Marsha mencium telapak tangan bibi dan langsung berlari meninggalkannya sendiri. Bibi tersenyum tipis sembari menggelengkan kepalanya, menatap punggung Marsha yang menjauh.

꙰꙰꙰

Sudah dua tahun sejak Fajri memutuskan untuk menyusul papahnya ke Jerman. Itu berarti, sudah dua tahun pula Fajri tidak mengunjungi kampung halamannya. Fajri kini sudah menginjak tingkat dua di kampusnya. Satu tahun terakhir, hubungan Fajri dan Marsha tidak menjadi lebih baik. Fajri terlalu sibuk mencari cara agar Devin dapat memenangkan hati Marsha. Melihat kegigihan Devin, Fajri semakin yakin untuk membantunya. Liburan musim panas sudah di depan mata. Fajri pun sudah mempersiapkan banyak hal untuk mendekatkan kembali Devin dan Marsha.

"Gimana?" Fajri membalikkan tubuhnya agar dapat berhadapan dengan Devin.

"Gue ragu, Ji." Ucap Devin pelan sembari menunduk.

"Ayolah, bro." Fajri menepuk pundak Devin, memberikan sebuah kekuatan.

"Emang lu yakin Marsha mau deket sama gue lagi?" Devin mendongakkan kepala, sorot matanya terlihat sendu.

"One hundred percent! (Seratus persen!)" Jawab Fajri semangat, senyumnya merekah.

"Tapi..."

Secret Admirer 2 || UN1TY × StarBe (ft. TNBGB 1 & 2) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang