"Life must go on, right?"

365 59 8
                                    

"FAJRI."

Zweitson menggebrak meja dengan keras, membuat Fajri terlonjak kaget dan terbangun. Fajri mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Bangku. Papan Tulis. Jadwal Pelajaran. Fajri menemukan suasana kelas yang sudah sepi.

"Son." Panggil Fajri pelan. "Kita di mana?" Fajri menoleh ke arah Zweitson perlahan.

"Ya, di kelas lah, Ji. Lu kira di mana? Rumah makan?" Zweitson memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya.

"Kelas?" Fajri mengerutkan dahinya. "Kita sekarang kelas berapa?" Tanya Fajri cepat.

"Hah?" Zweitson menghentikan aktivitasnya dan menoleh heran ke arah Fajri.

"Ini serius kita masih sekolah?" Fajri menatap seragam yang dia gunakan.

"Lu kenapa sih, Ji? Perasaan baru tidur dua jam, kok udah hilang ingatan aja." Zweitson menatap aneh Fajri.

"Gue kagak mimpi, kan?" Tanya Fajri kepada diri sendiri.

Plakkk...

"Aw..." Fajri mengusap pipinya yang terasa sakit setelah dia tampar.

"Ji." Panggil Zweitson pelan. "Gue kagak peduli ya lu tadi mimpi apa sampe bertingkah aneh kyk gini, mending lu beresin buku lu cepet." Zweitson kembali merapihkan mejanya.

"Ada apa?" Fajri menatap polos Zweitson.

"YA AMPUN." Zweitson menatap ke atas, pasrah. "Gini nih kalau keseringan tidur di kelas." Zweitson mendesah pelan. "Kita ada tanding basket sama Fenly, lu lupa juga?" Zweitson menoleh ke arah Fajri.

"Tanding basket? Fenly?" Fajri mengerutkan dahinya.

"Iya." Balas Zweitson cepat. "Udah, cepet beresin meja lu. Kita udah ditungguin di lapang." Zweitson mulai kesal dengan sikap aneh dari sahabatnya. "Oh, iya. Ini tugas selama lu tidur udah gue kerjain. Lu susah banget dibangunin, begadang main game sampe jam berapa lu kemarin?" Zweitson melempar pelan sebuah buku ke atas meja Fajri.

"Oh, I... Iya." Fajri menatap polos buku di hadapannya. "Ma... Makasih, Son." Ucap Fajri pelan.

"Gue mau ganti jersey dulu deh." Zweitson menyematkan tas ransel pada pundaknya. "Lu jangan kelamaan ya. Gue tunggu di lapang." Dengan santai, Zweitson berjalan meninggalkan Fajri sendiri di dalam kelas.

Fajri terdiam, menatap polos ke arah buku yang diberikan oleh Zweitson. XII IPS 2.

꙰꙰꙰

Fajri berjalan perlahan pada koridor sekolah sembari menunduk, terlarut dalam pikirannya. Fajri masih bingung dengan kondisinya saat ini. Tentang kelulusan, Jerman, Marsha, Fauzan, transfusi darah, apakah semua itu hanya mimpi atau saat ini adalah mimpi, pikir Fajri.

Sorak riuh siswa/i di sekitar lapang sudah dapat terdengar jelas dari jarak yang cukup jauh. Fajri mendongakkan kepala, terlihat ratusan orang sudah mengelilingi lapang dengan antusias. Fajri terdiam, seperti déjà vu.

"HEY!"

Tiba-tiba, seseorang menepuk pundak Fajri dari belakang. Refleks, Fajri menoleh kaget ke arah orang tersebut.

"Kenapa masih di sini? Pertandingannya udah mau mulai, kan?" Tanya orang yang baru saja mengejutkan Fajri.

"Kezia?" Ucap Fajri pelan tanpa sadar.

"Iya?" Kezia menatap kaget Fajri.

Fajri terdiam. Tanpa sadar, senyum Fajri merekah, seolah dia baru saja menemukan sebuah harta karun.

"Ji?" Kezia melambaikan tangannya di depan wajah Fajri, membuyarkan lamunannya.

"Eh, i... Iya. Kenapa?" Fajri menatap kaget Kezia.

Secret Admirer 2 || UN1TY × StarBe (ft. TNBGB 1 & 2) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang