"I will always be your side"

222 55 3
                                    

Seperti biasanya, Marsha duduk di halte sendirian. Tidak, dia tidak sedang menunggu bus kampus. Mereka baru saja memasuki pertengahan bulan Desember, itu tandanya liburan musim dingin akan dilaksanakan kurang lebih selama 3 bulan ke depan. Marsha memeriksa layar smartphone miliknya. Bahkan untuk pukul 13.25 waktu setempat, suhunya mencapai 2 derajat celcius. Marsha memasukkan kembali smartphone pada saku jaketnya dan berusaha merapatkan pakaiannya -berharap itu dapat mengurangi rasa dingin pada tubuhnya.

Marsha mengedarkan pandangannya, dia sedang menunggu seseorang. Seseorang yang mengajaknya jalan-jalan pada hari yang dingin ini. Sebenarnya, Marsha sangat malas keluar rumah saat musim dingin. Suhu yang sangat rendah bahkan bisa saja mencapai nilai minus. Pakaian yang digunakan pun harus tebal untuk menghangatkan tubuhnya. Bukankah lebih baik waktu ini digunakan untuk beristirahat dan meminum coklat panas di depan perapian? Namun, tak ada salahnya Marsha menerima ajakan dari teman pertamanya -setelah cukup lama tak ingin berbaur dengan orang lain.

"SHA."

Panggilan itu tentu saja membuat Marsha langsung menoleh ke arahnya. Terlihat seorang laki-laki yang berlari menghampirinya. Senyum Marsha perlahan merekah. Laki-laki yang sudah dinantikan akhirnya datang setelah 60 menit. Marsha langsung berdiri saat laki-laki itu sudah berdiri di dekatnya. Tanpa basa basi, Marsha langsung memeluk erat tubuh tinggi laki-laki tersebut.

"Kok lama sih?" Tanya Marsha dengan nada sedih. Laki-laki itu membalas pelukan Marsha perlahan.

"Tadi kan udah dikabarin, ada tugas kelompok dulu." Jawab laki-laki itu datar.

"Licya lagi?" Marsha melepas perlahan pelukannya dan menatap laki-laki di depannya.

"Iya." Laki-laki itu mengangguk.

"Ait gak ada apa-apa sama dia kan?" Tanya Marsha pelan.

"Udah gue bilang, dia cuma temen." Laki-laki yang dipanggil Ait itu mendesah pelan. Muncul asap tipis dari mulutnya.

"Marsha pengen minta sesuatu boleh?" Marsha menunduk perlahan.

"Apa?" Tanya Fauzan heran.

"Ait jangan terlalu deket sama Licya ya." Pinta Marsha pelan. Fauzan membuang wajahnya sembari tersenyum kesal.

"Lu mau gue kagak naik kelas?" Tanya Fauzan.

"Kalau masalah kelompok gak apa-apa." Marsha kembali menatap Fauzan. "Tapi kamu keliatan deket banget sama dia, lebih dari sekedar temen tugas." Mata Marsha sudah berkaca-kaca.

"Lu bisa kagak sih berhenti bahas masalah ini? Capek gue." Fauzan mendorong tubuh Marsha menjauh. "Gue mau pulang." Fauzan melangkah melewati Marsha. Dengan cepat, Marsha menahan lengan Fauzan.

"Kamu mau kemana?" Tanya Marsha cepat.

"Lu kagak denger? Gue mau pulang." Fauzan menekankan suaranya. "Lepas." Dengan kasar, Fauzan melepaskan genggaman tangan Marsha dan pergi meninggalkannya sendiri di halte.

"Sha?" Terlihat sebuah tangan melambai di depan wajah Marsha, membuyarkan lamunan masa lalunya.

"Hah?" Refleks, Marsha menoleh ke arah tangan tersebut berasal. Terlihat Fajri yang sudah duduk di sampingnya.

"What are you thinking about? (Lu lagi mikirin apa?)" Fajri mengerutkan dahinya heran.

"Hah? Um... Nothing. (Bukan apa-apa.)" Jawab Marsha terbata-bata sembari menggelengkan kepalanya cepat.

"Okay." Fajri mengangguk pelan. Sejak pertama kali bertemu dengannya, Fajri sadar bahwa ada hal yang disembunyikan dari Marsha. Namun, bukan hak Fajri untuk langsung mencampuri kehidupan personal Marsha. "By the way, how long you been here? (Udah berapa lama lu di sini?)"

Secret Admirer 2 || UN1TY × StarBe (ft. TNBGB 1 & 2) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang