17. Perjodohan

76 15 0
                                    

"Menyatukan Cerita Dini"

Naomi pulang dan bersalaman dengan Ibu dan Budeh nya. Kedua wanita itu tersenyum aneh pada nya membuat ia bingung. Tak lama kemudian,Yoga dan Ibu nya datang dengan pakaian rapih dan bingkisan di tangan nya.

"Ini ada acara apa? Kok Tante repot-repot bawa bingkisan?" tanya Naomi tidak lupa bersalaman dengan Ibu Ningsih.

"Naomi, duduk dulu sini" ujar Ibu sembari menepuk sofa kosong di samping nya.

Yoga dan Ibu nya pun ikut duduk di sofa ruang tamu ini. Naomi menatap bingung ke semua orang yang sekarang di isi oleh Paman dan Tante nya juga. Salah satu sepupuh nya mengacungkan ibu jari dan tersenyum jahil sebelum kembali ke lantai atas.

"Naomi, Tante ke sini mau lamar kamu untuk Yoga" ucap Ibu Ningsih.

"APA?!" Naomi secara tidak sengaja berteriak karena terkejut dengan ucapan Ibu Ningsih.

"Yoga tiga tahun lagi lulus kuliah di Belanda, kamu boleh kok kuliah sambil mengurus Yoga. Dia anak nya mjuga pengertian" ujar Ibu Ningsih mencoba meyakinkan Naomi.

"Aku gak mau nikah muda, aku masih mau menikmati masa muda aku. Lamaran ini aku tolak, terima kasih" jawab Naomi dan pergi ke kamar nya. Kakak sepupuh nya yang melihat itu pun langsung mengikuti Naomi.

"Nom... mungkin ini jalan yang terbaik untuk kamu. Kita semua nggak mau kalau nanti nya kamu kesulitan" ujar Kakak sepupuh nya itu.

"Aku nggak cinta sama Mas Yoga, aku cinta sama orang lain. Dia juga baru ungkapkan perasaa nya tadi" jawab Naomi yang mencoba mengatur emosi nya.

"Cowok tadi?" tanya nya, Naomi mengangguk.

"Kalau begitu, kamu minta dia datang ke sini untuk buktikan kalau dia mencintai kamu" usul Kakak sepupuh nya. Naomi menggeleng tidak setuju.

"Kak, bantu aku keluar dari sini. Aku mau ketem sama Alvin" pinta Naomi sembari menyeka air mata nya.

"Aku mohon, Kak... sekali ini aja, aku janji gak akan lama"pinta nya sekali lagi. Itu membuat Kakak sepupuh nya iba dan memutuskan untuk membantu Naomi keluar dari rumah ini.

Dengan meminta bantuan sepupuh nya lagi, mereka membantu Naomi keluar melalui jendela kamar nya. Melirim sekitar agar tidak ada orang dewasa yang melihat aksi nekat mereka. Setelah berhasil keluar dari situ, Naomi membuka ponsel nya dan menghubungi Salsa.

Naomi segera berlari ke jalan besar dan menghentikan taxi. Ia menghapus air mata nya yang tidak berhenti jatuh sejak tadi, ketakutan nya sungguh besar dalam perjodohal bodoh ini. Di usia nya yang masih 17 tahun, Keluarga dari Ibu nya sudah menetapkan pasangan yang berusia 20 tahun.

Sesampai nya di Malioboro ia menengok ke sekitar, berjalan menyusuri tempat itu dengan terliti berharap menemui cowok yang baru saja mengungakpan perasaan nya. Sepanjang jalan ia terus memikirkan William, berpikir bahwa cowok itu pasti sudah menyerah unruk menunggu jawaban nya.

"Alvin!!! Aku gak bisa temuin kamu!" teriakan nya seperti orang yang menyerah di jalanan sepi saat hari mulai petang. Naomi membuka ponsel nya, seperti nya ini hari terburuk karena baterai nya habis.

Naomi duduk di salah satu kuris dekat trotoar. Ia menatap matahari yang sudah tenggelam, langit berwarna oren dan angin sepoy yang seakan menampar nya. Tangisan nya tidak berhenti, bahkan beberapa orang menegur nya, tapi ia hanya menggelengkan kepala.

"Hai... kamu kenapa?" tanya seseorang sembari menepuk pelan pundak Naomi.

Naomi langsung memeluk sosok di depan nya saat mengenali wajah itu. Alvin William nya datang di waktru yang tepat, waktu dimana ia ingin menyerah untuk mencari nya dan menceritakan semua kejadian di rumah tadi. Sampai William berhasil membuat pujaan hati nya tenang di dalam pelukan nya, ia terus mengusap lembut punggung Naomi sampai benar-benar bisa menceitakan semua isi hati nya.

"Alvin... aku takut, aku nggak mau nikah sama Mas Yoga. Aku mau nya sama kamu" lirih Naomi yang semakin mengeratkan pelukan nya.

"Menikah? Siapa yang mau menjodohkan kamu?" tanya William dan menatap mata sendu itu.

"Keluarga Ibu ku, Alvin... aku nggak cinta sama dia" ucap Naomi yang masih menangis.

"Kamu tenang dulu ya, kita bicarakan ini sama keluarga Ibu. Aku sakan bicara sama mereka" jawab William, ia menghapus air mata Naomi dan membawa nya ke mobil untuk pergi ke rumah Budeh nya.

•••

Keluarga sudah menunggu Naomi sejak tadi, melihat Naomi yang tidak ada di kamar nya, terutama jendela kamar yang terbuka, membuat semua anggotga keluarga khawatir anak itu kabur dari rumah karena takut di nikahkan. Yoga juga sudah mencari Naomi hampir ke seluruh tempat di Jogja, tapi hasil nya tidak ada.

"Gimana? Kalian ada yang sudah ketemu sama Naomi?" tanya Ibu Naomi yang sudah panik.

"Belum, Mbak, Seperti nya dia pergi jauh dari sini" jawab salah satu Om Naomi.

Keluarga dan Yoga akhir nya menunggu Naomi hingga malam, jika tidak di temukan juga, mereka akan meminta bantuan polisi. Karena di kota seluas Jogja mencari nya bukan lah hal yang mudah.

Mobil William terparkir di depan rumah itu, ia menatap Naomi yang masih gemetar karena takut akan terjadi masalah besar. William menggengam tangan Naomi dan menatap nya untuk tidak ragu dengan keputusan ini. Mereka pun keluar dari mobil dan bergenggaman tangan sambil berjalan masuk ke rumah itu.

"Lho! Naomi sama siapa itu?" tanya Ibu Ningsih sembari menujuk Naomi.

"Bersama pilihan nya" jawab Inu Naomi yang tersenyum melihat Naomi dan William.

"Maaf Om dan Tante, saya lancang karena berani datang ke rumah ini dengan membawa Naomi pulang" ucap William dengan wajah tenang.

"Siapa nama mu pemuda?" tanya Budeh Sari.

"Alvin, Alvin William Setiawan. Saya kekasih nya Naomi" jawab William dengan berani. Semua orang terkejut dengan jawaban tadi, karena Naomi bilang tidak punya kekasih.

"Ya, Tante kenal kamu" ucap Ibu Naomi yang mendekati William dan anak nya dengan kursi roda. William menyamakan tinggi nya agar wanita itu bisa berbicara dengan mudah pada nya.

"Tante percaya kamu orang baik, Naomi selalu menceritakan kamu selama di Jogja" ucap nya.

"Alvin mau minta izin untuk menjadi pasangan Naomi, Alvin janji nggak akan macam-macam apalagi buat dia sedih" ujar William sembari menggengam tangan Ibu Naomi.

"Iya... Ibu titip Naomi ya"

Naomi senang bukan main, ia memeluk Ibu nya dan mengecup pipi nya. Begitu juga dengan William yang langsung memeluk Naomi setelah Ibu nya. Untuk sebutan hari terburuk ini, Naomi akan mengganti nya menjadi hari yang membuat nya paling bahagia.

"Terus bagaimana dengan Yoga" tanya Ibu Ningsih menghancurkan suasana.

"Maaf kalau kamu tidak bisa menerima hal ini. Tapi anak ku, sudah menentukan pilihan nya. Tenang saja, Yoga itu pria yang pintar dan tampan, ia pasti akan mendapatkan pasangan yang lebih baik dari Naomi" jawab Ibu Naomi dengan baik, takut mnyingung perasaan teman lama nya.

"Iya, Mah, mungkin aja kami memang tidak berjodoh" ujar Yoga sembari menggengam tangan Ibu nya.

"Ya, mungkin memang mereka tidak berjodoh" jawab Ibu Ningsih.

Setelah perdamaian kedua pihak selesai. William pamit pulang untuk kembali ke Jakarta besok. Karena ia tidak mendapatkan izin lebih panjang dari pihak sekolah, terpaksa harus kembali besok pagi.














•••
Publish : 21/10/21

ALVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang