31. Berdamai

31 5 0
                                    


"Berdamai Dengan Keadaan Itu Penting!"

Setelah seminggu hilang nya William, Naomi memilih menghabiskan waktu bersama anak Theblazt. Meskipun ada Adi di sana, namun hanya ini jalan yang bisa ia ambil untuk kembali bahagia. Karena Theblazt memiliki 1000 cara untuk membuat Naomi kembali bahagia.

"Jangan melamun terus" tegur Zaki sembari menepuk pundak Naomi.

"Ngagetin aja lo!" cibir Naomi.

Zaki duduk di sebelah Naomi dan menuangkan minuman. "Lo lagi ada masalah sama Adi ya?" tanya nya.

"Nggak, lo kata siapa?"

"Ya, biasa nya lo berdua ketawa bareng, ngobrol bareng, ini udah kayak orang gak kenal" ujar Zaki.

Naomi dan Zaki menatap Adi yang sedang sibuk membakar ayam, mungkin percakapan mereka sedikit terdengar karena jarak nya yang tak jauh dari bakaran. "Gua cuma kecewa sama dia, Zak" ucap Naomi dan mengalihkan pandangan nya.

"Karena?" tanya Zaki.

"Karena gua baru tau kalau dia gak pernah anggap gua sebagai sahabat nya"

Zaki menatap Naomi iba, karena setau nya, hubungan Naomi dan Adi itu sangat erat seperti anak kembar yang selalu bermain bersama-sama. Namun sekarang, kedua nya benar-benar asing. Dia lantas berjalan menemui Adi dan ikut membantu membakar ayam itu.

"Naomi ngomong apa sama lo?" tanya Adi.

"Nggak ngomong apa-apa, cuma kelihatan nya seseorang habis buat dia kecewa" jawab Zaki dan terus mengipas bakaran itu.

"Tentang gua?" tanya Adi, Zaki mengangguk sebagai jawaban.

"Gua gak mau ikut campur sih, tapi ngelihat Naomi yang biasa nya ketawa-tawa jadi diam begitu juga gak enak, Di" ucap Zaki.

Naomi berjalan mendekati kedua cowok yang sedang berbincang itu. "Boleh gua ngomong berdua sama lo?" tanya Naomi pada Adi.

"Lo berdua selesai in dulu deh ya masalah ini, gua tunggu di dalam, jangan lupa ini tetap bakar ayam nya" sahut Zaki dan meninggalkan kedua orang itu.

Naomi mengambil kipas yang Zaki berikan dan mengipas nya, sementara Adi membalik ayam-ayam itu hingga mereka berbincang. "Gua mau minta maaf sama lo" ucap Naomi.

"Gua egois, gua gak pernah tanya perasaan lo ke gua selama ini gimana. Gua gak tau kalau lo selama ini gak mau sahabatan sama gua, di sini kita sama-sama salah, gua akui kesalahan gua ke lo, Vin" ucap Naomi tanpa menatap Alvin Adi.

"Ya, gua juga gak bermaksud bilang begitu sebenar nya. Kemarin gua gak tau cara bicara nya, atur kata-kata yang baik buat ngomong tentang hal ini ke lo. Jadi, gua minta maaf kalau kata-kata dan sikap gua benar-benar nyakitin lo" jawab Alvin Adi.

Kedua nya memindahkan ayam yang sudah selesai mereka bakar dan memberikan nya pada anak Theblazt di dalam rumah Nenek Naomi. "Ngobrol di luar aja" pinta Naomi.

Kini kedua nya duduk bersebelahan di luar rumah, lebih tertutup saja agar anak Theblazt tidak mengetahui permasalahan mereka selain Zaki yang seperti nya sangat peka dengan keadaan.

"Gua gak mau kita ada masalah, gua gak mau ada masalah sama orang sebelum gua tinggalin kota ini" ucap Alvin Adi.

"Tinggalin kota ini? lo mau kemana?" tanya Naomi.

"Gua mau sekolah Taruna, di Subang selama 4 tahun"

Siapapun, berikan kacamata hitam pada Naomi agar Alvin Adi tidak air mata nya menetes mendengar jawaban yang sangat mendadak itu. "Lo pernah bilang ke gua, semua orang berhak nangis, termasuk lo juga" ucap Adi yang seperti nya mengetahui Naomi meneteskan air mata nya.

"Maaf, gua cuma kaget aja" jawab Naomi dan menghapus air mata nya.

"Saat lo hanya punya satu orang tua, lo bakal melakukan apapun untuk membahagiakan nya. Lo bakal terus berusaha kabulin semua permintaan dan harapan nya, dan itu yang lagi gua lakuin sekarang ke Papa" ucap Adi.

"Lo tau gak apa yang buat gua tambah sedih karena mau sekolah jauh?" tanya Alvin Adi.

"Apa?"

"Gua jadi tambah jauh sama Kak Dyah" jawab nya.

"Kak Dyah itu satu-satu nya perempuan yang gua punya, ya walaupun dia ngeselin, tapi gua gak tau hidup gua bakal kayak gimana tanpa Kakak seperti dia. Setiap gua butuh apa-apa, cuma dia yang selalu ngerti apa yang gua butuh in itu" ucap nya.

"Gua sayang sama Kak Dyah, cuma malu kalau harus bilang di depan orang nya. Lo pasti ngerti, cowok susah banget ungkapin perasaan nya sekalipun ke saudara kandung nya sendiri" lanjut nya.

"Waktu gua dengar dia mau sekolah di Bali, jujur aja gua sedih. Mau ulur waktu biar dia tetap di sini, temenin gua. Tapi gua gak boleh egois, dia berhak bahagia dengan cara nya sendiri. Nanti juga kalau dia nikah, gua harus nge lepas dia kan?" ujar nya lagi.

"Alvin... Kak Dyah juga sayang sama lo" balas Naomi.

"Nggak ada satu pun perempuan yang bisa ganti in posisi Kak Dyah di hidup gua"

Naomi tersenyum dan mengusap punggung Adi. "Dia beruntung punya adik kayak lo, begitu juga lo yang beruntung punya Kakak kayak dia" ucap nya.

"Gua juga sempat mikir begini" curhat Adi.

"Pikirin apa lagi? kalau keputusan lo emang mau sekolah di sana, lo jangan pikirin di sini melulu" jawab Naomi.

"Nanti kalau gua pergi, siapa yang ziarah ke makam Ibu gua?" tanya Alvin Adi.

Naomi terdiam. Menatap cowok di hadapan nya yang terlihat menahan tangis nya, meyakinkan Naomi kalau perasaan nya tidak baik-baik saja jika meninggalkan kota kelahiran nya.

"Jangan khawatir, nanti gua sering-sering jenguk in makam Mama lo ya" jawab Naomi.

"Lo pernah ke makam Ibu gua, ngapain ke sana?"

"Cerita dong" jawab Naomi dan menunjukkan foto makam Mama nya Adi.

"Kalau kita lagi ada masalah, terus gua gak tau mau cerita ke siapa karena takut orang-orang anggap lo jahat. Gua selalu datang ke makam Mama lo buat cerita permasalahan kita" ucap Naomi.

"Alvin, gua janji, gua gak akan ninggalin lo sendirian. Ingat, lo gak sendirian di dunia ini" ucap nya.

"Makasih Nom" jawab Adi dan menunjukan senyum nya.

"Nggak usah nangis, malu di lihat in yang lain nanti" ejek Naomi.

"Lo juga jelek, lihat noh jidat lo tambah maju" ejek Adi.

Naomi sudah siap mengambil kipas bakaran tadi dan melempar nya pada Alvin Adi, namun sayang nya cowok itu bergegas masuk ke rumah dan bergabung dengan anak Theblazt lain nya.
















•••
Publish : 03/11/21

ALVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang