18. Teman Baru

69 11 2
                                    


Jam pelajaran pertama di mulai, namun Salsa dan Jovan terpaksa harus berdiri di depan tiang bendera merah putih karena telat masuk sekolah. Katakan saja jika Jovan sengaja melambatkan langkah nya saat di depan gerbang karena melihat Salsa yang sudah berlari dari kejauhan.

"Lo kenapa nggak masuk aja tadi?" tanya Salsa yang masih hormat di depan tiang bendera.

"Lo yang kenapa, lari-larian kayak habis di kerja setan"

"Mobil gua mogok di jalan, terpaksa gua jalan karena susah dapat taxi. Hari ini ngeselin banget gak sih? Ugh!" keluh nya sembari menghentakkan kaki nya kesal.

"Kenapa nggak ngabarin gua? Kan bisa gua jemput" tanya Jovan.

"Ya gua kan ngira nya lo udah berangkat, lo kan gak pernah terlambat"

Benar juga pikir Jovan. Dia tidak pernah terlambat masuk sekolah karena Ibu nya pasti akan memarahi nya habis-habisan jika tidak bersiap dari awal.

"Lo capek gak?" tanya Jovan.

"Nggak sih, cuma panas aja, silau" jawab Salsa sembari menghalangi wajah nya dari paparan sinar matahari dengan tangan.

Jovan memasang badan di depan Salsa dan berhadapan dengan nya. Salsa menatap nya aneh, sahabat nya itu tanpa di suruh sudah mau membantu nya.

"Woy! Lagi di hukum, malah pacaran!" cibir Hanif yang melihat kedua nya dari koridor.

"Berisik! Masuk kelas sana, bodoh!" balas Salsa.

"Hati-hati di sini banyak kamera pengawas, nanti ketauan lagi pacaran malah tambah hukuman nya" ejek Hanif dan lanjut berjalan menuju kelas nya.

Salsa dan Jovan saling berpandangan dan terkekeh. Ntah karena Hanif yang lucu atau perasaan mereka yang senang di ejek seperti itu. Lupakan lah, mereka hanya sahabatan.

"Aduh, ada pahlawan kesiangan lagi melindungi ratu nya" ejek Seno, menatap kedua sejoeli itu yang masih setia dengan posisi mereka.

"Cuma sahabat! Jangan meledek!" protes Salsa.

"Ya itu kan lo nya, nggak tau deh sepupuh gua yang ganteng itu anggap lo apa" jawab Seno dengan tertawa kecil.

Seno dan Jovan memiliki tali persaudaraan. Mereka sepupuhan dari pihak Ayah. Kedua nya memang jarang berkomunikasi ataupun berinteraksi, tapi saat mereka satu sekolah, hubungan mereka bisa di bilang cukup dekat.

"Mendingan lo terusin jadi babu sekolah dari pada ngintipin gua sama Salsa" cibir Jovan.

"Kalau ngintip, gua udah pasti diam-diam. Oh ya, gua bukan babu sekolah, tapi aset sekolah" jawab Seno dan pergi meninggalkan kedua nya.

"Baperan!" sindir Jovan.

Kring!!!

"Huft, syukurlah bel jam kedua udah mulai, yuk ke kelas" ajak Salsa, ia menghapus keringat nya dengan tangan dan berjalan lebih dulu.

"Lo nggak mau ke kantin dulu? Emang nya lo nggak capek?" tawaran Jovan yang di tolak oleh Salsa. Meskipun ia juga sering bolos, tapi jika dia sudah berbuat satu kesalahan, maka ia akan berhenti melakukan kesalahan lagi hari ini.

ALVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang