Hidup bukan hanya mencari dan menghasilkan uang dan uang saja, akan tetapi jadilah berarti, karena hidup cuma sekali.
______________________________
KARINA mulai turun dari angkot. Lamban-lamban ia mulai melangkahkan kedua kakinya menuju gerbang ber cat putih itu dengan tiang famflet di sebelahnya bertuliskan yayasan kasih.
Masih menunggu sang ibu yang masih berjalan di belakang, Karina memutuskan untuk berhenti tepat di depan gerbang tersebut.
Ia mulai menatap dengan penuh intens halaman yayasan itu dari bilik pagar.
Tampak beberapa pohon rindang tumbuh di sana, beberapa dedaunan kering juga sudah tergeletak di tanah. Lalu bola matanya mulai terfokus pada seorang gadis remaja yang tengah berteduh di pohon itu.
Tanpa di sadari, Karina tersenyum sendiri, melihat pemandangan itu. Hingga air matanya menetes begitu saja. Entah apa yang ia fikirkan. Yang pasti ia tengah terlihat bahagia. Meski itu hanya prediksi oleh sang ibunya semata.
"Karina ayo masuk." Seketika tangan ibu Medina menggandengnya.
"Ah, iya Ibu." Karinapun tersenyum lebar melihat sang ibu, sebelum akhirnya ia berjalan bersama ibunya.
Entah apa arti dari senyuman lebarnya itu. Yang pasti sepertinya ia mulai tertarik dengan dunia barunya.
"Ibu, karina ke sana ya?" Sambil menunjuk tangan kanannya pada gadis remaja yang tengah memilih menggambar di bawah pohon besar itu.
"Ah, iya, ibu tinggal ke dalam dulu ya sebentar. Mau ngecek beberapa anak dulu."
"Ah iya bu."
Karina akhirnya melangkah menuju gadis seumuran remaja tersebut, sedang sang ibu bergegas menuju ke dalam bangunan ber chat putih itu yang tak lain adalah yayasan kasih.
"Hai." Karina mulai menyapanya dengan senyum merekah. Dengan lambaian tangan kanan yang berhasil membuat Karina terlihat semakin menawan bagi siapapun yang melihatnya, tak terkecuali gadis remaja yang baru saja Karina beri sapa.
Gadis remaja itu tak ubahnya hanya melihat Karina sebentar sebelum akhirnya ia tak memperdulikannya lagi. Ia mulai melakukan aktifitasnya kembali. Menggambar, namun kali ini dengan sedikit menjauh dari posisi Karina berdiri.
Spontan Karina menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. Ia sepertinya mulai kebingungan akibat reaksi dari gadis itu yang telah berhasil membuat Karina tampak keheranan. Ah lebih tepatnya bingung.
Karina pun mencoba kembali untuk mendekatinya.
"Hai cantik, kenalin nama aku adalah Karina, kalau nama kamu siapa Nih?"
Lagi-lagi tak ada respon dari gadis itu. Bahkan ia sedikit mengambil jarak kepada Karina. Padahal Karina telah bersusah payah untuk memakai topeng bahagia kali ini, meski hatinya belum baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Spektrum (Tamat)
RomansaHari ini kami umumkan proyek perdana dari program ISP Initiative. Seperti yang sudah kami umumkan sebelumnya bahwa program ISP Initiative telah memilih 4 penulis muda untuk bersama-sama mengembangkan cerita untuk dipublikasikan di Wattpad secara ber...