Ajari ku hidup dengan sederhana
agar aku bisa tau bahwa dunia itu sangat berwarna..
Ajari aku hidup dengan cinta
agar hatiku tak melulu merasa kesakitan tiada tara...@karina
"Karina, ayo cepat bagun." Teriak ibu Medina dari bilik kamar Karina sambil mengetok pintunya.
Sedang sang empu jangan di tanya, dia masih tidak mendengar lebih tepatnya masih sibuk dengan dunia mimpinya.
Wajar, sejak tadi malam, Karina Kahirnya bisa memejamkan kedua matanya tepat sekitar pukul 02.35 wib. Sehingga wajar jika Karian begitu. Tidak terbangun meski sang ibu telah bersusah payah membangunkannya sedari tadi.
"Karina, ayo bangun nak " terang ibu emdina kembali, kali ini nada bicaranya sedikit naik, berharap Karina bisa mendengar penuturan sang ibu untuk seger bagun.
Namun tetap saja, Karina belum juga bangun dari alam bawah sadarnya.Bahkan tak hanya itu saja, alarm yang sedari malam telah ia setel pada angka 06.00 wib ternyata tak berpengaruh apa-apa Meksi sedari tadi alarm telah berbunyi.
Kring, kring, kring.
'' Astaga, ibu karina kesiangan.'' karina berteriak memenuhi seisi ruangan sambil bergegas menuju ke kamar mandi membiarkan bunyi alrm setia berdering ke sentero kamar.
"Soal." Karina menggerutu dengan meruntuki dirinya sendiri.
Sedang sang ibu yang telah mengetahui bahwa putrinya telah bangun dari tidurnya, ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sesaat sebelum akhirnya bergegas mempersiapkan makanan.
"Ibu Karina telat!" Ungkapnya sambil mengikat rambutnya dengan sembarang.
Sedang sang ibu hanya tersenyum kecut sebelum akhirnya membalas perkataan Karina.
"Orang dari tadi ibu bangunin gak bangun-bangun."
"Ah benarkah?" Kali ini ia beralih memakai kaos kaki
"Sepertinya tadi malam Karina begadang ya?" Tanya sang ibu penasaran.
"Ah iya Bu, Karina susah tidur tadi malam." Jawab Karina tergesa-gesa sambil membelai sepatu sneaker berwarna putih kesayangannya.
"Makanya, kantong matamu keliatan sekali." Pungkasnya dengan gelengan kepala.
"Hem Bu, Karina gak makan di rumah ya, Karina makan di sana aja, udah telat soalnya, dada ibu." Karina melambai-lambaikan kedua tangannya dengan tergesa sebelum langkahnya dipercepat menuju halte bus yang tak jauh dari rumahnya.
"Hati-hati kar." Teriak sang ibu masih dengan gelengan kepalanya.
"Ah kenapa lama sekali sih? Gak tau apa lagi telat!" Karina ngedumel sendiri sambil sesekali melirik jam tangannya yang terus berdetak.
Hingga tanpa sadar klakson mobil terdengar lengkungan suaranya dengan sedikit nyaring.
Tin,tin,tin.
Sungguh, betapa shock ya Karina mendengar bunyian itu. Hingga dengan sekejap kedua bola matanya seger mencari asal suara yang ternyata mobil pazero berwarna putih tepat berada di depannya.
Lambat-lambat Karina mengernyitkan kedu bola matanya, bahkan beberapa kerutan di dahinya juga nampak jelas bahwa Karina sedang penasaran sekali dengan seseorang yang ada di dalam mobil tersebut.
Hingga setelah cendela mobil terbuka dengan sempurna, nampak seseorang yang sepertinya pernah Karina temui sedang berbicara padanya.
"Mbaknya, mau ke restoran ya?" Tanyanya dengan penuh yakin, seolah sudah mengerti dengan apa yang di lakukan oleh Karina.
Sedang Karina, tentu malah menambah kerutan di dahinya. Karina masih mengingat-ingat seseorang itu, yang sepertinya pernah Karina temui.
"Ah, mas yang nolong di restoran kemaren ya?" Ucap Karina segera.
"Ah mas maaf, jas dan juga dasinya belum saya bawa, Hem sudah saya cuci kok tapi belum garing." Terang Karina mengutarakan maksudnya.
"Oh iya tidak apa-apa mbak, Hem kebetulan saya mau ke rostarannya mbak, atau sekalian mau bareng?"
"Oh bolehkah mas?"
"Dengan senang hati." Jawabnya penuh senyum sumringah.
Segera Karian bergegas menaiki mobil tersebut tanpa merasa malu sedikitpun, karena bagaimanapun sepertinya dia sudah telat baget rupanya.
"Hem, oh iya mas, mungkin saya minta alamat rumahnya mas supa..." Belum juga melanjutkan perkataannya, tetiba dia sudah memotong pembicaraannya.
"Ah maksudnya?"
"Ah, bukan-bukan apa-apa, maksudnya biar gampang saya untuk balikin jas dan dasinya yang kemaren itu."
"Owalah, hehehhe, iya-iya ini alamat saya." Terangnya memberikan kartu nama pada Karina.
"Mbak bisa balikin ke alamat kantor saya saja, takutnya di rumah tidak ada orang."
"Oh iya baiklah."
"Atau mbaknya bisa langsung tlp saya, jika tidak ketemu saya pas di kantor nanti."
"Oh iya siap, Hem btw boleh tanya sesuatu?"
"Hem pertanyaan mu dipersilahkan." Terangnya masih fokus menyetir mobilnya. Meski sesekali menatap Karina dari samping.
"Hem, kalau boleh tau, masnya kok bisa tau sih cara untuk nenangin karyawan saya kemaren?"
"Hahhahaha, ya saya hanya terbiasa saja, Karena saudara saya juga mengalami spektrum jug, jadi akhirnya saya bisa paham, tapi sayang adik saya sudah meninggal 2 tahun yang lalu."
"Innalillah, turut berduka cita ya mas, maaf saya tidak tau hal itu." Terang Karina merasa bersalah padanya.
"Hahha santai aja, oh iya saya belum tau nama mu..."
"Oh iya, nama saya Karina, masnya bisa panggil Karina aja, gak usah mbak heheheh."
"Oh hai Karina."
"Hai juga Haikal."
Senyum merekah dari keduanya.
Akankah dunia akan mempertemukan mereka kembali? Tunggu episode selanjutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Spektrum (Tamat)
RomanceHari ini kami umumkan proyek perdana dari program ISP Initiative. Seperti yang sudah kami umumkan sebelumnya bahwa program ISP Initiative telah memilih 4 penulis muda untuk bersama-sama mengembangkan cerita untuk dipublikasikan di Wattpad secara ber...