Kadang tanpa kita sadari, sesuatu yang tidak terencana sama sekali, justru hadir begitu saja di depan mata kita. Ya begitulah cara kerja semesta.
Pagi ini sengaja Karina bergegas mempersiapkan diri, padahal jam masih menunjukkan pukul 05.00 wib. Sehabis sholat subuh sengaja Karina tidak melakukan ritual tidur kembali, karena kali ini ia tidak ingin bangun kesiangan apalagi sampai ditinggal pergi duluan oleh ibunya.
Tidak salah sih, mengingat Karina kali ini akan mengunjungi Irfan di tempat yayasan ibunya bekerja. Meski beberapa kali ibu Medina menyarankan kepada Karina untuk istirahat terlebih dahulu.
"Karina yakin mau ke yayasan hari ini?"
"Iya Bu,"
"Kalau Karina istirahat saja dulu bagaimana?"
"Bu, Karina sudah baik-baik saja, jadi boleh ya, Karina ikut ibu ke yayasan."
Lagi-lagi Karina terus saja memaksa sang ibu agar diperbolehkan untuk ikut ke tempat kerjanya.
"Tapi Karina...."
"Karina baik-baik saja bu, jadi jangan khawatir ya" potong Karina segera.
Bukan apa-apa ia tega memotong pembicaraan ibunya, hanya saja Karina terlalu bahagia, akhirnya ia bisa meminta maaf langsung kepada Irfan. Meski Karina juga belum tau bagaimana respon Irfan nantinya.
"Ah, semoga saja Irfan mau memaafkan ku." Gumamnya bahagia.
"Hem ya sudah ayo makan dulu " potong sang ibu. Sedang
Karina segera melirik jam dinding."Ah kenapa lambat sekali sih jam ini." Protes Karina karena jarum jam masih menunjukkan pukul 06.00 wib, sehingga butuh 30 menit lagi untuk bisa pergi menemui si Irfan.
"Karina ayo makan." Lagi-lagi ibu Medina memanggilnya, bukan apa-apa, hanya saja takut jika Karina tidak mendengar panggilannya tadi, sehingga sang ibu berusaha mengulangi panggilannya kembali.
"Iya Bu, bentar." Karina segera bergegas menuju ruang makan sebelum ia di panggil kembali oleh ibunya.
"Ya sudah ayo makan dulu." Terang sang ibu setelah mendapati Karina sudah rapi dan cantik.
Karina hanya menanggapi dengan anggukan dan segera menyantap makanan yang telah di sediakan oleh ibunya.
"Gak sabar mau ketemu Irfan" ungkapnya kembali sambil meraba kotak yang telah terbungkus rapi itu.
Sedang ibu Medina hanya tersenyum, ah lebih tepatnya sedikit gusar menanggapi Karina. Entah apa yang ada di fikiran ibu Medina saat ini."Ibu kenapa?"
"Hem, Karina kalau misal ke Irfannya jangan hari ini gimana?"
"Gak bisa bu, kan Karina udah sembuh, lagian Karina harus cepat-cepat minta maafnya pada dia."
"Hem, bukan ibu melarang Karina mengunjungi Irfan, hanya saja setelah kejadian itu......"
"Kenapa Bu?" Potong Karina merasa penasaran. Ah lebih tepatnya khawatir, takut jika ia sudah tidak boleh mengunjungi si Irfan kembali.
"Ya intinya kalau misal ke irfannya jangan hari ini bagaimana? Ya nunggu ibu ngabarin Karina."
"Pihak yayasan ya Bu, yang gak ngebolehin Karina datang lagi ke sana?"
"Hem, bukan, bukan tidak ngebolehin datang lagi, hanya saja untuk sementara waktu kayaknya gak papakan Karina jangan ke sana dulu?"
Dengan perasaan sedih Karina hanya menjawab dengan anggukan lesu. Padahal ia sudah merangkai kata sedemikian bagus agar si Irfan nantinya bisa memaafkan dirinya, namun lagi-lagi semesta tetap saja masih belum memberikan jalan baik untuk dirinya.
"Karina minta maaf kalau begitu Bu." Terang Karina mencoba baik-baik saja, padahal ia sendiri sudah tak kuat lagi menahan genangan air matanya.
"Karina gak salah, itu hanya kecelakaan kok " ungkap sang ibu sambil memeluk Karina dengan begitu erat, takut jika anak semata wayangnya benar-benar sedih akibat ucapan yang baru saja ibu Medina lontarkan.
Ya, semenjak kejadian itu, ibu Medina mendapatkan peringatan dari ketua yayasan atas apa yang di lakukan oleh Karina, meskipun ibu Medina sudah berusaha menjelaskan bahwa apa yang di lakukan anaknya itu adalah bentuk ketidaksengajaan. Namun tetap saja, pihak yayasan tetap menyalahkan Karina.
Masih teringat lekat-lekat oleh ibu Medina saat ketua yayasan menegurnya. Sehingga jalan satu-satunya adalah mencoba memberikan pengertian pada Karina selaku anaknya, karena bagaimanapun juga, pihak yayasan tidak ingin terjadi sesuatu masalah kembali.
Sedang Karina yang mendengar penuturan ibunya, akhirnya cukup mengerti bahwa selepasnya jadian tersebut, pasti ibunya telah diberi peringatan oleh pihak yayasan, meskipun sang ibu juga masih enggan untuk menceritakan pada Karina, atau bisa dikatakan bahwa sang ibu berusaha menutupi masalah tersebut.
"Karina gak papakan?"
"Hah, iya Karina gak papa kok Bu, oh iya kalau begitu Karina titip ini saja ya bu, tolong berikan pada si Irfan, terus sampaikan juga permohonan maaf Karina bu." Terang Karina sambil memberikan gelas yang telah terbungkus kardus rapi itu.
"Iya, ibu akan sampaikan, maaf ya Karina,"
"Ibu gak salah kok, Karina justru yang minta maaf pada ibu, karena Karina selalu buat masalah terus di tempat kerjanya ibu."
"Hem gak papa kok, kan Karina juga gak sengaja."
"Ya tapi tetap saja bu, jadi maaf ya."
Lagi-lagi Karina hanya pasrah, setelah kejadian demi kejadian terus saja menimpa hidupnya. Seakan dunia tengah menertawakan dirinya.
"Hem, ya sudah ibu berangkat dulu ya."
"Iya Bu, hati-hati." Terang Karina akhir. Sebelum ia juga memilih keluar untuk menghirup udara segar, kebetulan juga udaranya lumayan sejuk.
Langkah demi langkah, Karina terus saja berjalan, hingga di tengah jalan tanpa sengaja dan tanpa terduga Karina berpapasan dengan seseorang.
Sontak saja Karina menghampirinya dengan begitu tergesa-gesa."Irfan tunggu." Teriaknya dengan ngos-ngosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Spektrum (Tamat)
RomanceHari ini kami umumkan proyek perdana dari program ISP Initiative. Seperti yang sudah kami umumkan sebelumnya bahwa program ISP Initiative telah memilih 4 penulis muda untuk bersama-sama mengembangkan cerita untuk dipublikasikan di Wattpad secara ber...