pelajaran hidup

29 1 0
                                    

Dunia itu tempatnya belajar menjadi manusia yang memanusiakan manusia. Jadi maknailah dengan sebaik-baiknya.

Karina,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karina,"

"Ah iya Bu, bagaimana?" Karina memandang wajah sang ibu dengan begitu penasaran bahkan sudah tidak sabar lagi mendengar jawaban dari sang ibu perihal pertanyaan yang masih bergelantung di dalam fikirannya.

"Ibu tidak sedang di pecat nak." Terang ibu Medina ngulam senyum.

Sedang Karin tetap masih belum mempercayainya. Bukan apa-apa hanya saja ia terlalu takut jikalau firasat buruknya kali ini benar-benar nyata.

"Serius Karina, ibu tidak di pecat kok." Ibu Medina mencoba menjelaskan kembali, namun lagi-lagi Karina tak mempercayainya.

"Tapi kenapa baru jam segini, ibu tiba-tiba pulang, bukannya ini masih jam kerja ya Bu?" Karina sudah frustasi dengan pemikirannya sendiri, bahkan sepertinya ia sudah di kuasai oleh fikiran negetifnya itu.

"Hahahhaha, sini-sini duduk dulu, kamu itu bikin ibu tambah gemas aja sih." Ibu mendina mencoba menepuk-nepuk Shofa untuk segera di duduki oleh Karina. Sedang Karina masih saja belum mengerti bahkan sedikit mengerutkan dahi sebelum akhirnya ia mengalah dan mencoba duduk seperti apa yang di perintahkan oleh sang ibu.

"Kamu itu bisa tidak jangan terlalu mikir Sampek ke dalam gitu?"

"Maksud ibu gimana, ah jangan bikin Karina makin khawatir Bu." 

"Hahahha, Karina ini kan hari Sabtu sayang."

"Astaga, iya lupa, Karina Sampek gak ingat hari."

"Duh, anak ibu ini." Ibu Karina segera mencubit pipi mungilnya itu.

Iya, seperti biasa, setiap hari Sabtu, ibu Medina memang bekerja hanya setengah hari saja, jadi wajar jika kali ini ibu Medina sudah pulang.

"Hem oh ya Bu, tadi pagi Karina ketemu Irfan di jalan."

Mendengar nama Irfan di sebut dari bibir Karina, secara spontan ibu Medina menatap Karina. Entah apa maksud dari tatapannya itu, bahkan sesekali beliau menghembuskan nafas dengan kasar.

"Hem, Karina sepertinya ibu harus mengatakan sesuatu deh, mengenai Irfan kepada mu."

"Hem, kenapa Bu, btw ibu sudah memberikan gelas itu kan pada si Irfan? Giman responnya Bu? Irfan memaafkan Karina kan?"

Karina terus saja bertanya pada sang ibu, sedang ibu Medina hanya menatap nalar Karina.

Mengetahui sikap dan reaksi yang di berikan oleh sang ibu tidak seperti biasanya, sehingga Karina menyudahi pertanyaannya mengenai Irfan.

"Hem, ibu kenapa?" Karina membuka pertanyaan kembali, namun kali ini topik pembicaraannya sedikit berbeda

"Hem ibu tidak apa-apa Karina, hanya saja sepertinya Karina harus mengetahui satu hal."

"Apa itu Bu?" Karina sedikit memicing, entah ada apa dengan ibunya hari ini.

"Karina, tau tidak bahwa setiap anak yang telah dilahirkan adalah bentuk dari anugrah Tuhan yang maha baik?"

"Hem mungkin, kenapa ibu berbicara begitu?"

"Begitulah dengan Irfan dan juga Karina."

"Maksud ibu?" Karina semakin dibuat penasaran akut oleh sang ibu rupanya.

"Ya, setiap manusia yang terlahir di dunia itu memiliki kelebihan dan keunikan sendiri-sendiri Karina, dan sebagai manusia juga, makanya kita perlu dan harus bisa mengerti dan memahami itu, dengan tidak sampai menyinggung perasaannya, bahkan tidak sampai melukainya, karena bagaimanapun setiap manusia itu berbeda."

"Iya-iya Karina tau Bu." Meski Karina tidak sepenuhnya mengerti alur dari pembicaraan sang ibu, namun dia cukup mengerti maksud dari perkataan sang ibu, bahwa setiap orang itu memiliki kelebihan dan kekurangannya. Dan setiap orang juga harus mampu memahami dan juga mengerti hal itu. Dan itulah mengapa Karina mengatakan paham dari perkataan sang ibu.

"Syukurlah kalau Karina paham, tapi..."
Sejenak ibu Medina terdiam beberapa saat, namun karena Karina sudah tidak sesabar itu, sehingga ia mulai menanyakan lanjutan yang baru saja  ibu Medina katakan.

"Tapi apa Bu? Bisakah ibu lebih memperjelas maksudnya? To the point misalnya?" Karina sedikit menggigit bibir bawahnya, berharap sang ibu tidak tersinggung akibat perkataannya barusan. Mengingat dia sudah tidak sabar perihal makna yang ibu Medina maksud.

"Hahaha, duh anak ibu ini." Lagi-lagi ibu Medina mencubit pipi Karina dengan sumringah.

"Ih, ibu Karina penasaran, ada apa sih emangnya?"

"Karina, Irfan itu mengalami autisme, jadi ibu harap Karina jangan bertemu dengan Irfan dulu sementara ini? Mengingat....." 

"Apah?" Jad...i... Irf...an" ungkap Karina sambil menutup mulut dengan kedua tangannya

"Iya, Hem bukan ibu mau melarang Karina bertemu dengan Irfan, hanya saja Irfan mungkin butuh waktu untuk memaafkan Karina, tapi tenang, Karina jangan terlalu sedih ya."

"Ah gak kok Bu, Karina gak sedih, hanya saja Karina sangat merasa bersalah banget padanya, Karina juga tidak tau kalau Irfan mengalami autisme, jika tau begitu Karina lebih hati-hati menjaga perasaanya. Pasti sekarang dia benar-benar sedih dan terpuruk sekali Bu. Oh iya Bu,  bisakah ibu temani Irfan agar tidak terlalu terpuruk gara-gara benda kesayangannya Karina pecahkan? Bisakan ibu menjaga Irfan untuk Karina?"

"Hey-hey tenangkan dulu, pasti ibu kan pengasuhnya, jadi pasti ibu akan menemaninya."

"Maaf ibu, Karina tidak tau apa-apa, pasti ibu juga kenak imbasnya ya karena Karina?"

"Sudah-sudah, Hem pasti belum makan ya?"

"Hehehe iya." Karina cengir kuda bertanda perutnya tengah berdemo hingga terdengar oleh sang ibu.

Karina, ibu tau, Karina sedih, tapi bagaimanapun Karina harus mengetahui perihal keadaan Irfan agar Karina bisa memahami dan memperlakukan Irfan dengan lebih baik lagi.

Meskipun ibu Medina juga tau bahwa anak semata wayangnya adalah anak terlembut dan penyayang, hanya saja Karina mungkin kurang sedikit peka pada sekitar.  Dan semoga saja Karina bisa memaknai ini semua untuk lebih mengerti tentang menghargai manusia.

  Dan semoga saja Karina bisa memaknai ini semua untuk lebih mengerti tentang menghargai manusia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kapten Spektrum (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang