restoran baru

26 3 0
                                    

"Ku tau, ini tak mudah, namun aku yakin semua akan baik-baik saja."

@karina

Akhirnya, setelah perjalanan panjang, Karina menemukan titik terang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya, setelah perjalanan panjang, Karina menemukan titik terang. Meski pada nyatanya sebenarnya ini adalah perjalanan baru untuk ia tempuh. Namun ia percaya, selama masih ada tekad yang membulat, Karina masih akan tegak berdiri dengan kakinya sendiri.

Karina mulai tersenyum lega setelah lihat bagunan berwarna kuning bercampur merah bata itu menghiasi dinding-dinding bangunan yang telah lama ia nantikan dan impikan.

Karina benar-benar lega sepertinya, tampak sekali raut wajah sumringah lengkap dengan tatapan indahnya itu.

"Ka...Rin..a" suara itu, suara yang karina tunggu kehadirannya.

"Hai Irfan." Karina melambaikan tangan kanannya lengkap dengan wajah sumringah tanpa luntur sama sekali sejak tadi.

Nampak Irfan sedikit berlari yang di ikuti oleh beberapa orang dari belakang salah satunya sang ibu. Iya, ibu Medina ibu ku dan juga ibu mereka yayasan simpati.

"Karina gimana sudah selesai semua?"
Ibu Medina nampaknya sedikit merasa sedih akibat tak bisa membantu Karina membersihkan kedai yang nantinya akan di tempati oleh anaknya tersebut.

"Sudah Bu." Lagi-lagi Karina melayangkan senyuman khas yang sudah lama telah hilang dari wajahnya sejak tragedi lalu saat dunianya sirna.

"Maaf ya nak, ibu gak bisa bantuin jadinya."

"Gak papa Bu, justru Karina seharusnya yang harus bilang terima kasih, karena selalu support Karina hingga detik ini." Terang Karina memeluk sang ibu.

"Kari ..na, boll.eh, sa...ya, m..asuk...?"

"Ah iya, Sampek lupa, ayo silahkan masuk."

Mereka pun akhirnya masuk ke ruangan itu, ruangan yang penuh dengan harapan dan juga awal yang baru.
Meski Karina juga tidak tau kedepannya kedai ini akan bertahan lama atau tidak, yang pasti Karina akan mencoba mempertahankan sebisanya.

Masih lekat di ingatan Karina, dimana sejak awal bangunan ini bisa berdiri kokoh. Namun itu semua tidak lepas dari kekuatan sang ibu.

Tanpa ibu Medina, mungkin bangunan ini tidak ada artinya apa-apa tau mungkin tidak ada.

Mengingat sejak kejadian di yayasan Minggu lalu, lebih tepatnya saat Irfan memutuskan untuk tidak memaafkan Karina, ketua yayasan telah mengambil sikap untuk melarang Karina mengunjungi yayasan kembali. Demi kebaikan bersama. Bahkan ibu Medina pun pernah mendapat sedikit teguran oleh pihak yayasan karena telah lalai. Namun tak berhenti di situ saja, permohonan maaf Karina pun  juga kerap kali di tolak habis-habisan oleh irfan. Namun akhirnya Irfan tetap memaafkan Karina. Namun kejadian tak berhenti di situ saja, apalagi setelah pengajuan kedai ini pun hadir. Beberapa dari yayasan malah banyak yang menentang. Bahkan menolak mentah-mentah atas pengakuan rencana ini. Karena menurut mereka ditakutkan bahwa akan terjadi sesuatu hal yang tak terduga.

"Maaf mbak, bukan apa-apa hanya saja sepertinya kami belum bisa menerima pengajuan itu, mengingat mbak tau sendiri kan?"

"Ibu buk, tapi saya yakin semua akan berjalan normal."

"Mbak, bukankah mbak sudah tau, setelah kejadian kemaren? Seharusnya mbak bisa mengerti akan hal itu?"

"Tapi Buk."

"Maaf mbak."

Ya, begitulah situasi pada saat itu, hari pertama pengajuan Karina di tolak mentah-mentah, karena alasan yang memang mungkin sebagai ketua yayasan juga saat khawatir jika terjadi sesuai rencana.

Namun namanya saja Karina, perempuan gigih meski dihantam berkali-kali. Karina tetap mencari cara agar pengajuannya bisa diterima oleh ketua yayasan.

Hingga tepat seminggu sesudah itu, entah ada angin segar apa, tetiba ketua yayasan menelfon Karina. Padahal saat itu Karina sudah sedikit mulai goyah akan pertahanannya.

"Tedtedted..."

"Iya hallo?"

"Selamat siang Karina."

"Selamat siang juga bu, ada apa ya Bu?"

"Hem mungkin pengajuan yang Karina berikan, boleh di coba."

"Serius Bu?"

"Iya Karina."

"Hem kalau boleh tau, kira-kira apa ya Bu alasannya kenapa ibu bisa setuju?"

"Hem, sebenarnya tadi Irfan datang ke saya, dia mengatakan ingin bekerja di restoran yang kamu ceritakan, jadi setelah saya fikir lagi mungkin ini akan lebih baik kedepannya, baik untuk Irfan dan juga yang lain yang bekerja di tempatmu nantinya."

"Wah terima kasih Bu."

Yah, begitulah singkatnya restoran ini berdiri, lebih tepatnya adalah kedai bubur empati ini berdiri. Dimana di dalamnya terdapat para pekerja anak-anak autisme dari yayasan empati.

"Ka...r..Ina, mau ...nyoba...in maka...nan pert...ama bu...atan s..aya?"

Lagi-lagi Irfan bikin Karina tersenyum kembali. Karena memang dari tangannya lah semua masakannya nikmat sekali.

"Iya fan, tunggu aku ke sana."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kapten Spektrum (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang