takdir bahagia

21 1 0
                                    

"Dan sepertinya aku telah jatuh cinta dengan apa yang kamu masak."

@karina

Hujan tiba-tiba mengguyur begitu deras, sejenak Karina menghembuskan nafas kasar sebentar sebelum akhirnya ia melangkah menuju ke dapur membantu sang ibu menyiapkan makanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan tiba-tiba mengguyur begitu deras, sejenak Karina menghembuskan nafas kasar sebentar sebelum akhirnya ia melangkah menuju ke dapur membantu sang ibu menyiapkan makanan.

"Pagi Bu." Terang Karina tersenyum kecut.
Bukan apa-apa, hanya saja dia sedikit takut jika hujan bisa menggagalkan dirinya untuk bertemu dengan Irfan.

Iya, setelah mengetahui kabar gembira dari sang ibu kemaren malam, Karina tak henti-hentinya tersenyum bahagia. Karena bagaimanapun usaha untuk meminta maaf tidak sia-sia. Bahkan so sweetnya lagi, Irfan memberikan hansaplast bermotif kartun kepadanya lewat sang ibu.

Karina terus saja memandangi lututnya yang telah ia tutup dengan hansaplast pemberian dari Irfan. Lagi-lagi ia mulai tersenyum kembali. Mungkin sudah tidak terhitung lagi berapa kali ia telah tersenyum sendiri di meja makan. Sambil memperhatikan hansaplast itu.

Sedang sang ibu terus saja memperhatikan tingkah Karina yang begitu bahagia. Hingga tanpa sadar ibu Medina menyunggikan senyum sekilas.

"Karina, ayo makan dulu."

"Ah iya Bu, oh iya Bu, Karina boleh ikut ya ke tempat kerjanya ibu, boleh ya Bu, pliss kali ini Karina janji gak bakal membuat onar lagi." Terang Karina dengan mengangkat kedua jarinya pertanda pliss.

Sedang ibu Medina hanya ternyum saja, tanpa mengatakan sepatah apapun

"Ibu, boleh ya," kali ini Karina mulai merengek, entah sejak kapan ibu Medina tidak mendengar rengekan itu, setelah sekian lama akhirnya terdengar kembali di telinganya. Lengkap dengan raut muka menyebalkan yang membuat ibu Medina gemas sendiri.

"Ih anak ibu." Pungkas ibu Medina seketika mencubit kedua pipi karina.sontak saja Karin menjerit histeris. Bisa-bisanya ibunya mencubit kedua pipi yang sudah tembem ini.

"Ibu sakit."

"Habisnya Karina mgemesin." Ucap sang ibu kembali tersenyum.

"Ya sudah ayo habisin makanannya."

"Ah siap Bu." Karina mulai melahapnya dengan sedikit tergesa. Hingga tanpa sadar ia tersendat.

"Khuk-khuk-khuk" seketika itu, Karina langsung mengambil ceret yang berisi air untuk ia tuangkan ke dalam gelas.

Namun ibu Medina dengan sigap segera membantunya sambil sedikit memberikan petuah.

"Pelan-pelan dong nak." Terang ibu Medina menyodorkan segelas air padanya.

Bukannya Karina mendengarkan sang ibu, justru ia malah memberikan cengiran kuda.

"Hem ayo Bu, Karina udah selesai." Akhirnya setelah menyudahi untuk meminum segelas air pemberian dari sang ibu.

Kapten Spektrum (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang