Kadang apa yang tidak kau sadari akan kehadirannya, justru ia yang paling berkesan nantinya.
Entah Karina menamai apa kejadian kali ini, atau mungkin dia sudah tak ingin lagi mengingatnya kembali.
Bagi Karina, kejadian tadi siang telah menyita seluruh daya dan fikirannya. Bahkan dirinya pun masih saja merasakan sedikit ketakutan jika hal itu bisa sampai terulang kembali.
"Ah sudah lah." Karina mencoba merebahkan tubuhnya ke kasur. Namun kedua bola matanya terus saja menatap langit-langit atap yang sedikit berdebu itu.
"Ah pliss stop mari tidur." Karina mulai kesal dengan dirinya sendiri. Bisa-bisanya kedua anteranya belum juga terpejam. Padahal besok ia harus mulai bekerja menggantikan Luqman yang masih istirahat selama 3 hari ke depan.
Karina mulai mengacak-acak rambutnya dengan sebal, sudah beberapa kali ia merubah posisi tidur namun naas, belum juga terlelap.
Fikirannya terus saja mengajaknya berputar. Bagaikan benang kusut yang tak tau caranya mengurutkannya satu demi satu agar tidak semerawut kembali.
Karina mencoba menarik dan membuang nafas dengan kasar, berharap kali ini dirinya sedikit rilex. Namun tetap saja, justru ia malah kesal sendirinya.
Hingga iapun mencoba duduk lalu meminum air yang ada di samping kasur tidurnya.
Dengan dugaan, siapa tau ia tengah dhidrasi. Tapi tetap saja bukannya malah ingin terpejam, justru ia malah lebih segar bugar.
Karina pun mulai berpikir keras untuk bis terlelap dari tidur, hp yang sedari tadi ia matikan, kini Karina hidupkan kembali. Setelah menunggu beberapa detik hp yang ia genggam telah normal memamerkan toll bar menu, Segera tangan Karina meluncur ke menu google. Dengan mengetik beberapa kata.
"Cara agar tertidur cepat." Begitulah kosa kata yang baru saja ia ketik di halaman beranda google hp miliknya.
Beberapa artikel yang terkait pun muncul seketika, segera Karina mengklik salah satu artikel yang menurutnya apa dengan keadaannya sekarang.
Karina mulai membaca dan menghayati makna dari tulisan itu berharap ia segera paham sehingga bisa langsung di peraktekkan.
Butuh 5 detik, Karina telah selesai membaca. Hingga dia juga telah menerapkannya. Namun hasilnya tetap saja. Karina masih belum juga tertidur dengan pulas.
Lamban-lamban Karina mulai berdiri, dengan niatan ingin merilex kan fikiran. Berjalan-jalan sebentar mondar mandir di kamarnya. Namun bukannya ia malah kelelahan, justru ia malah teringat sesuatu hal.
"Astaga, kenapa sampai lupa sih." Tegasnya lalu berlari-lari kecil menuju tempat cucian.
"Semoga saja noda darahnya bisa hilang." Cemas-cemas Karina mulai membuka jas dan dasi kotor itu.
Iya, dasi dan jas kotor yang tadi siang telah di gunakan sebagai penolong tragedi luka yang di alami oleh Luqman.
Masih ingat Karina, betapa gagahnya lelaki itu, saat dengan sigap membuka jasnya lalu menutup tubuh Luqman dengan sedikit merangkulnya. Bahkan tak hanya itu saja, dasi yang ia gunakan juga di lepas, untuk meringankan aliran darah yang tengah keluar dari lengan Luqman. Sungguh tak bisa terbayangkan jika tidak ada lelaki itu, mungkin Karina akan SE gila apa menyikapi hal yang tak terduga itu.
"Karina, ngapain?" Suara itu, parau samar-samar terdengar. Sepertinya tengah menuju tempat Karina berada.
"Ah, ibu, ini Karina lagi beresin cucian yang tadi sempat terkena noda darahnya Luqman." Terang Karina menjelaskan pada sang ibu yang sudah ada di hadapannya.
"Owalah, ibu kira sedang ngapain."
"Hehhehe, Hem oh iya Bu, sehabis Karina keluar dari ruang ketua yayasan, apakah setelah itu, ibu juga di panggil oleh beliau?"
"Maksudnya?"
"Ya, apakah ibu tadi di tegur oleh ketua yayasan karena masalah di restoran Karina?"
"Owalah yang tadi itu?"
"Iya, Hem, maaf ya Bu, Karina jadi sering ngerepotin ibu akhirnya."
"Gak papa Karina, lagian juga tadi bukan salah siapa-siapa, itu murni kecelakaan, jadi Karina tidak perlu merasa khawatir ya."
"Hehehhe iya Bu "
"Oh iya kar, tadi laki-laki yang bantuin kamu itu siapa?"
Mendengar penuturan sang ibu, spontan Karina sedikit shok, bukan apa-apa, hanya saja Karina terlalu lupa menanyakan perihal nama dan juga alamatnya.
"Hallo, Karina?, Hei." Sang ibu segera menyadarkan Karina dengan sedikit melambai-lambaikan tangan kanannya.
Sedang Karina, malah membuat respon aneh dengan menggaruk-garuk rambutnya. Padahal dirinya juga tidak sedang gatal.
"Hei, ngelamunin siapa hayo?"
"Eh ibu, bukan, bukan gitu, hanya saja, Karina bingung."
"Bingung kenapa?"
"Karina lupa menanyakan namanya dan juga alamatnya Bu, lalu bagaimana cara untuk mengembalikan jas dan juga dasinya ini?" Karina menepuk jidatnya sendiri. Bahkan ia sedikit mendengus kesal akan dirinya sendiri.
"Bisa-bisanya ia tidak sampai menanyakan nama dan juga alamat padanya." Gerutu Karina kembali.
Sebelum sang ibu mulai tersenyum jahil padanya.
"Ih ibu kenapa malah tertawa?"
"Hem, pengen saja!" Terang sang ibu berlalu dengan membawa senyuman khasnya.
Sedang Karina, jangan ditanya, dia sekarang sudah semakin kebingungan. Jika sampai jas dan dasi ini tidak bisa sampai lagi pada pemiliknya.
Ah atau lebih tepatnya, mungkin khawatiran Karina hanya karena belum mengucapkan rasa terima kasih sama sekali padanya dengan benar. Makanya Karina sedikit merasa tidak enak.
"Hai laki-laki bermata coklat, semoga takdir nantinya bisa mempertemukan kita ya." Doa Karina sebelum ia mulai beranjak pergi untuk merebahkan tubuhnya di kasur, setelah beres mencuci jas dan juga dasi dari laki-laki yang Karina sebut bermata coklat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Spektrum (Tamat)
RomanceHari ini kami umumkan proyek perdana dari program ISP Initiative. Seperti yang sudah kami umumkan sebelumnya bahwa program ISP Initiative telah memilih 4 penulis muda untuk bersama-sama mengembangkan cerita untuk dipublikasikan di Wattpad secara ber...