Tak masalah jika hidup mu hancur berantakan, selama kamu percaya, maka kamu tidak akan kehilangan apapun.
#karina
Selepas kejadian yang tak terduga 3 hari yang lalu, sengaja Karina tak kembali menemui Irfan, bukannya ia tidak berniat meminta maaf kembali secara langsung setelah kejadian itu, hanya saja ibu Medina menyuruh Karina untuk memberi waktu pada Irfan terlebih dahulu. Karena bagaimanapun hal ini sangat berat bagi Irfan terang sang ibu kala Karina ingin pergi menemui Irfan.
Dan satu lagi, alasan Karina juga belum bisa mengunjungi Irfan kembali karena ia ingin mencari barang yang telah di pecahkan oleh Karina meski secara tak sengaja. Karena bagaimanapun ia amat merasa bersalah karena telah memecahkan barangnya.
Sudah beberapa market yang ia kunjungi, namun Karina belum juga menemukan gelas yang sama persis dengan milik Irfan, sehingga ia sedikit frustasi.
Lagi-lagi nasib Karina teramat pilu, bahkan terkesan beban kembali hadir mengolok-olok dirinya. Bak sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Namun peduli semua itu, Karina tetap saja mencari gelas itu walau sepertinya gelas itu sudah tidak ada yang jual atau antik. Hal ini terbukti, sudah beberapa kali karina membuka tutup aplikasi market online untuk mencari gelas tersebut, namun tetap saja, ia belum juga menemukan satupun.
Bahkan Karina berfikir andai sampai besok ia belum juga menemukan kelas itu, maka jalan satu-satunya ia akan berniat mencari tempat olahan keramik, setidaknya ia bisa membuatnya dengan olah tangannya sendiri. Meski terlihat konyol, namun Karina tetap harus bertanggung jawab dengan apa yang telah ia lakukan walau sepenuhnya bukan salah Karina juga.
Karena bagaimanapun, bagi Irfan, Karina lah yang telah menghancurkan gelasnya itu. Dan sepertinya gelas itu sangat berarti sekali bagi dirinya. Dan ini bisa terlihat, saat beberapa pecahan gelas berantakan di lantai, dengan kecewanya Irfan langsung memunguti pecahan-pecahan tersebut. Tanpa peduli bahwa tangannya telah mengeluarkan darah akibat terkena goresan dari pecahan itu. Dan ini cukup menandakan bahwa Irfan sangat menyukai dan menyayangi gelas itu.
Beberapa usaha telah Karina coba, salah satunya meminta tolong pada teman-teman di group WhatsApp nya dan juga memposting di berbagai media sosialnya dengan mengirim gambar gelas yang berhasil ia gambar semalam. Meski tidak terlalu bagus hasil dari gambarnya, namun Karina berharap teman-teman onlinenya bisa mengerti dan paham pada bentuk gelas yang Karina gambar tersebut.
Sambil menunggu kabar baik, Karina tak lupa juga menanyakan keadaan Irfan pada ibunya yang kali ini baru saja pulang setelah bekerja seharian.
"Ibu, bagaimana keadaannya?"
"Masih belum baikan, tapi Karina tenang saja, Irfan pasti bakal baik-baik saja nantinya." Terang sang ibu dengan mengelus rambut Karina.
Mungkin ini sudah kesekian kalinya Karina bertanya perihal keadaannya Irfan pada sang ibu, setiap pulang dari kerja. Bahkan Karina juga tak lupa memberikan berbagai macam buku aneka resep yang ia beli waktu itu untuk di berikan pada sang Irfan dengan menitip barang tersebut pada sang ibu setiap hendak berangkat menuju tempat yayasan. Berharap si Irfan bisa memaafkan Karina.
Namun tetap saja, usaha Karina belum juga ada titik terang. Dunianya masih gelap akan cahaya, Irfan nyatanya belum bisa memaafkan Karina, bahkan mendengar nama Karina di sebut ditelinga Irfan saja, membuat Irfan seketika menjadi tak menentu dan memukul-mukuli dirinya dengan meracau tidak menentu. Sehingga Karina hanya menunggu dan tetap menunggu dengan usaha yang tentunya masih Karina lakukan. Walau Karina juga sedikit khawatir, takut jika Irfan tidak memaafkan Karina selamanya.
"Karina, tenang saja, semuanya akan baik-baik saja, percaya sama ibu." Ungkap sang ibu terakhir kali sebelum melangkah menuju ke kamarnya.
Karina hanya mematung mendengar penuturan sang ibu, bukan Karina tidak mempercayai ibunya, Karina justru percaya sekali padanya, hanya saja mungkin ibunya sedikit kecewa padanya karena telah berulah melakukan keributan di tempatnya bekerja. Walau sedetikpun sang ibu tidak pernah memiliki pemikiran buruk itu. Namun tetap saja, Karina dia adalah Karina. Seorang yang selalu berfikir hal terburuk jika dunianya hancur berantakan.
"Ibu maaf." Ungkap Karina parau lalu menangis tersedu-sedu.
"Ping," notif pesan tiba-tiba saja masuk. Segara Karina merogoh hpnya yang ia letakkan di saku hodinya.
Kedua mata Karina terbelalak setelah baru saja menangis tersedu-sedu, kini ia mulai kegirangan. Bahkan ia mengusap air matanya dengan begitu kasar.
Bukan apa-apa, hanya saja ia begitu riang bahkan gembira, setelah menerima notif tersebut.
"Hallo, kakak lagi cari gelas ini ya, kebetulan teman ku lagi jual gelas yang hampir mirip dengan model yang kakak gambar tersebut, tapi berhubung masih baru di buka, jadi belum ada market onlinenya kak, kalau kakak tertarik kakak bisa langsung aja datang ke rumahnya, ini saya kirim alamatnya : jl. Kenanga 20." Begitulah notif chat yang masuk dari group entrepreneurship yang Karina ikuti waktu 1 bulan lalu. Namun masih tetap berhubungan baik meski acaranya telah selesai.
Segera Karina beranjak untuk menemui penjual keramik tersebut. Tak peduli kali ini hujan tiba-tiba saja menguyur dengan derasnya.
Bagi Karina, gelas itu amatlah berharga untuk menyelamatkan kehidupannya. Dan semoga Irfan bisa menerimanya.
"Semoga saja" senyum Karina merekah setelah kardus kotak kecil di dalamnya berisi gelas yang mirip dengan milik Irfan itu sudah ada di dekapan Karina.
Hallo, yuk mari ikuti petualangan Karina membujuk Irfan agar bisa memaafkannya.
Kira-kira berhasil tidak ya?
Soon~
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Spektrum (Tamat)
RomanceHari ini kami umumkan proyek perdana dari program ISP Initiative. Seperti yang sudah kami umumkan sebelumnya bahwa program ISP Initiative telah memilih 4 penulis muda untuk bersama-sama mengembangkan cerita untuk dipublikasikan di Wattpad secara ber...