Pelukan Ternyaman

286 19 7
                                    

"Tenang,
Yang lebam segera meredam.
Yang pedih segera pulih.
Yang pergi segera terganti.
Semua kan membaik pada akhirnya."

#Medina
______________________________________

HARI ini, Karina bertekat untuk mengubur semua mimpi yang telah susah payah ia bangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HARI ini, Karina bertekat untuk mengubur semua mimpi yang telah susah payah ia bangun. Ia menurunkan jubah ambisi dan segala ego meski banyak ketidakrelaan dalam lubuk hatinya yang paling dalam.

Karina menatap lekat-lekat bagunan toko kue yang di dominasi oleh chat berwarna moca itu.

"Indah, tapi sayang harus berakhir." Gumamnya tanpa di sadari air matanya kembali menetes begitu saja membasahi pipi mungilnya.

Sesekali kedua anteranya berfokus pada kursi kasir yang telah kosong. Fikirannya menelisik jauh, ia pun mencoba mengingat kembali betapa sibuknya kala itu, saat beberapa pelanggan datang menghampirinya, hanya untuk memesan beberapa kue buatannya. Dengan senyum merekah, Karina melayani para pelanggan dengan begitu ramah.

"Ah, sudah lah." Pekiknya mengatur nafas agar tidak terlalu sesak di dada.

Setelah mengabsen satu persatu bangunan tersebut, ia pun akhirnya memilih untuk pergi dari tempat itu. Meski banyak kenangan yang tak mungkin rela ia hapus dari ingatan.

Namun, lagi-lagi ia sadar, karena bagaimanapun apa-apa yang ada di bumi, tak lain hanya sebuah titipan Tuhan. Jika tidak di tinggalkan ya meninggalkan. Itulah cara kerja semesta.

Langkahnya mulai gontai, sesekali air matanya menetes begitu saja, meski berulang kali Karina tepis dengan tangannya, berharap cairan bening itu berhenti untuk menetes.

Tapi sejauh apapun berusaha, tetap saja, yang namanya kehilangan itu tetaplah duka bahkan teramat menyiksa.

Apalagi tidak hanya sekali dua kali namun berkali-kali, jadi wajar jika Karina menangis bahkan sudah frustasi akibat semesta yang tak selalu berpihak pada hidupnya.

Di tambah cuaca sedang terik menandakan pukul 12.00 Wib. Bisa di bayangkan panasnya luar biasa sekali.
Sepertinya, matahari kali ini ingin menguji kesabaran seorang Karina. Atau mungkin, matahari juga sedang bersorak ria akibat kegagalan yang di derita Karina. Entahlah, yang pasti kali ini ia tengah kepanasan menunggu bus datang.

Angin sepertinya juga enggan menyejukkan suasana kali ini, atau jangan-jangan ia bersekongkol dengan matahari agar tidak memberikan nikmat sedikit saja pada Karina. Entahlah, yang jelas kali ini ia tengah mengibas-ngibaskan tangannya ke area wajah agar tidak terlalu kepanasan.

Hampir 5 menit, akhirnya bus yang di tunggu datang juga.

"Ah, akhirnya yang ditunggu datang juga." Karina tersenyum sedikit lega.

Kapten Spektrum (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang