"Manusia hanya berencana.
Selebihnya Tuhan yang mengatur semua.#Karina
______________________________________
CUACA kali ini cukup dingin. Matahari juga tengah enggan menampakkan diri dengan sinarnya.
Ia malah memilih bersembunyi di balik awan hitam yang sedang menutupi sang bumi.
Sesekali angin membawa beberapa helai daun yang tengah berguguran. Seakan mengajak sang pemilik kamar yakni si perempuan berambut sepundak itu untuk merebahkan riuh yang ada di kepala, dengan melilitkan tubuhnya seperti kepompong menggunakan selimut tebal berwarna pink, warna favoritnya itu.
Sedang bunyi alarm terus saja berbunyi hingga membuat suasana menjadi bising. Dengan keadaan kedua matanya yang masih terpejam, Karina mencoba mematikan alarm tersebut dengan meraba-raba jam weker yang terletak di samping kasur.
Sungguh, Karina tak ingin menyudahi mimpi indah yang telah lama tidak pernah datang dalam alam bawah sadarnya.
Karina tetap mencoba mematikan alarmnya kembali. Padahal sudah beberapa kali alarm itu berbunyi. Tapi ia tetap memilih untuk merebahkan tubuhnya di kasur dan tak ingin beranjak.
Namun lagi-lagi rasanya ia mengutuk alarm sialan itu, karena telah berhasil membuat tidurnya terganggu akibat suara bising yang diciptakan setiap 20 menit sekali. Sehingga mau tidak mau, Karina pun akhirnya mengalah juga.
Karina menguap sesekali menggeliat lalu mengusap-usap dan perlahan membuka kedua anteranya.
Karina menatap lekat-lekat pemandangan dari bilik cendela. Walau matahari kali ini tengah malu-malu untuk menampakkan sinarnya, namun cukup membuat suasana terasa teduh.
Sedikit lama Karina menatap suasana di luar rumahnya, hingga bola matanya tertuju pada benda yang tengah berdetak memutari angka menunjukkan pukul 07.30 Wib.
"Ah sial, telat lagi."
Sepagi ini, kata umpatan sepertinya telah berhasil keluar dari bibir mungilnya.Tunggu, sepertinya Karina tengah tergesa-gesa bahkan ia tengah sibuk mempersiapkan diri. Mulai dari bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, lalu memilih baju agar terlihat rapi hingga make up tipis yang telah berhasil membuat wajahnya tampak lebih segar.
Bagaimana tidak? Sekarang Karina tengah terburu-buru entah ingin menuju kemana.
"Ibu, Karina berangkat dulu ya," Karina sedikit berteriak setelah melihat ibunya sedang mempersiapkan makanan di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Spektrum (Tamat)
RomansaHari ini kami umumkan proyek perdana dari program ISP Initiative. Seperti yang sudah kami umumkan sebelumnya bahwa program ISP Initiative telah memilih 4 penulis muda untuk bersama-sama mengembangkan cerita untuk dipublikasikan di Wattpad secara ber...