Suasana kantor tidak pernah sepi, apalagi dengan rasa ambisius Yeosang yang membara. Menjadi seorang Manager tidak membuatnya bebas dari pekerjaan berat. Itu semua karena atasannya yang melimpahkan segala bentuk dokumen padanya. Bukan sekali dua kali, tapi setiap hari sampai dia merasa begitu muak selalu lembur di jam pulangnya. Yeosang bersumpah, dia akan menjadi seorang direksi apapun caranya.
"Kerja bagus. Sekarang selesaikan yang ini." Atasannya yang bernama Choi Jongho itu memberikan beberapa lembar kertas yang sukses membuat Yeosang shock berat.
"Bukankah ini bisa dikerjakan oleh staff atau—"
"Aku selalu kagum dengan hasilmu, Yeosang-ssi. Jadi, kuharap kamu mau mengerjakan bagian ini juga. Aku berharap banyak padamu."
Bukan. Yeosang yakin kalau Jongho memberikannya pekerjaan lagi hanya untuk bersenang-senang. Memberikannya banyak pekerjaan dengan kendali wewenangnya sebagai seorang pemimpin tertinggi alias CEO perusahaan. Serius! andai saja Yeosang ahli dalam hukum tentang pasal pegawai, ia ingin sekali menuntut orang itu karena terlalu berlebihan mengoperasionalkan SDM. Astaga, Yeosang mendengus pasrah.
"Baiklah," final Yeosang dan tersenyum paksa. Meraih kertas itu dengan ogah-ogahan dan melirik ke arah Jongho dengan tidak ikhlas.
"Kalau bisa, harus jadi hari ini."
Yeosang melotot. Seharusnya dengan mengerjakan bagian yang bukan miliknya saja Yeosang merasa sangat terpaksa, di tambah dengan deadline yang tidak masuk akal(?) Benar-benar membuat akal sehatnya ingin memudar sebentar dan mengamuk sambil meninju atasannya itu.
Jongho menggerakkan tangannya seperti sedang minum sebagai sebuah isyarat pada bawahannya itu. "Akan aku traktir minum."
Yeosang mau menangis. Ingin mengadu pada San, sepupu Jongho. Dia seorang staff yang sekaligus bawahannya. Katanya sih, San mau diangkat menjadi salah satu eksekutif tapi di tolak karena dia mau bekerja dari nol katanya. Yeosang sangat menyayangkan cerita itu, karena untuk sampai dipangkatnya ini saja dia harus berusaha mati-matian.
"Yeosang-ssi?"
Yeosang tersentak. Jongho menyandarkannya dari lamunannya. Kemudian Yeosang langsung mengangguk cepat dan memberikan sebuah jempol pada atasannya itu. Bukankah CEO ini sering sekali langsung turun hanya untuk seorang manajer biasa. Cukup mencurigakan dan aneh bagi Yeosang. Sebenarnya bukan cuma Yeosang saja yang merasa aneh, tapi seluruh karyawan di sana juga ikut merasakan hal yang sama.
Mana ada CEO langsung lihat bawahannya dan bahkan turun tangan untuk bicara empat mata. Biasanya sih eksekutif sepertinya itu duduk di ruang mewahnya dan menerima langsung laporan. Paling tidak hanya bertemu dengan direktur-direktur lain. Cukup tidak normal.
"Eh? Iya, akan aku kerjakan. Akan aku siapkan sampai malam ini."
"Aku mempercayaimu."
"Baiklah sial—–sajang-nim."
Untung saja tidak di dengar. Kalau iya, bisa-bisa dia didepak langsung dari sini.
"Akh... Krrr..." Yeosang mendesis kala merasakan soju mulai mengalir di tenggorokannya. Ini aneh. Yeosang kira, dia akan di traktir dalam rangka makan malam bersama. Tapi nyatanya, hanya mereka berdua di sini. Jadi untuk Yeosang, suasana terasa sangat canggung.
"Hanya kita berdua? Serius?"
Jongho mengangguk santai. Dia menuang botol beer di gelasnya dan meneguknya perlahan.
"Campurkan. Nanti cepat mabuk." Jongho memberi saran. Yeosang menoleh ke arah gelas kecilnya yang masih terisi setengah soju.
"Jangan ragu untuk memesan sepuasnya. Sudah kubilang kan, aku yang traktir."
KAMU SEDANG MEMBACA
JongSang Daily
FanfictionCollection of Oneshoot/ Drabble/ Short Story for JongSang • BxB (Boy x Boy) • Can switch! (Dom & Sub It's nOT too important for me^^) Lastly, Enjoy