I'm The One

653 66 9
                                    

p.s :  "Recommended to playing : (Anymore by Ph-1) & (Valhalla by Ash Island)"

Mode : Ulang, karena ceritanya agak panjang (?)

Kkeut~










"Bunuh dia sekarang."

"Dimengerti."










Kang Yeosang. Pria bermata teduh itu melepaskan buku yang awalnya menjadi objek kegiatannya, berlari ketika mendengar suara tembakan yang mulai menghujam masuk ke dalam ruangannya. Tubuhnya cukup mudah untuk Yeosang gerakkan hingga dengan gesit ia menghindari semua peluru dengan keluar melewati jendela kamarnya yang jauh dari tanah berumput hijau itu. Ia melemparkan dirinya, berguling dan langsung mengambil posisi berdiri secepatnya.

Yeosang mendongak, menatap jendela kamarnya. Pria itu tersenyum miris ketika tahu kini ia menjadi incaran terakhir untuk di tembak oleh beberapa orang berpakaian tentara itu. Mereka menemukan keberadaan Yeosang, anak dari seorang mafia yang memulai disiden hingga menjadi buronan para inteligen karena di anggap sebagai ancaman. Tapi tetap saja, Yeosang yakin ini adalah sebuah pembalasan atas apa yang di lakukan nya pada masa lalu.

Membunuh. Mencuri. Menyiksa. Bahkan merenggut kebahagian dengan menghancurkan keluarga adalah sebuah hobi pria itu. Wajahnya memang terlihat begitu tenang dan tidak bersalah, namun sebenarnya ia sangat menyukai perasaan membunuh. Orang-orang menyebutnya sebagai iblis kecil yang lahir dalam neraka. Siapa yang menyangka, tangannya yang putih dan mulus itu begitu kotor, ternodai oleh begitu banyak darah.

"Yeosang! Kemari!" Pria itu menarik tangan Yeosang membuatnya terpaksa menggerakkan kakinya mengikuti arah kemana pria itu menariknya. Orang yang menariknya bernama Choi Jongho, dia adalah seorang bodyguard Yeosang yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Itu alasan utamanya kenapa ia di terima di posisinya saat ini. Kedatangannya membuat senyum Yeosang mengembang lega. Dia senang ketika pria itu menuntunnya pergi menjauh. Ia menahan senyumannya, jangan sampai pria bermarga Choi itu sadar kalau Yeosang lagi di mabuk cinta karenanya.

Ingatkan Yeosang kalau dirinya sedang di targetkan untuk di bunuh.

Jongho menarik Yeosang, menuntunnya masuk kedalam kursi penumpang mobil Mercedes hitam itu dan menutup pintunya. Kemudian ia  naik ke kursi pengemudi dan tanpa basa-basi langsung menghidupkan mesin mobil tersebut dan menginjak pedal gas dengan buru-buru.
Yeosang mendengar suara sirine yang mengikuti mereka, namun rute dalam pelarian ini ia percayakan pada Jongho.

Beberapa kali Yeosang melirik kebelakang, melihat mobil mengerjar mereka yang seiring waktu bertambah eksistensinya. Dari spion mobil ia menatap Yeosang, Jongho menyadari apa yang di khawatirkan dan langsung tersenyum miring dengan keyakinan yang luar biasa di pikirannya.

"Pasang sabuk pengamanmu, Yeosang," peringat Jongho yang kemudian di respon oleh Yeosang melalui gerakan anggukan kepalanya.
Yah, Yeosang tahu apa yang akan orang itu lakukan. Bermain dengan kecepatan tinggi layaknya seorang pembalap tanpa aturan.

Benar saja, Jongho membanting setir dan menginjak pedal gas semakin kuat. Menyalip beberapa mobil sekaligus tanpa membiarkannya menekan rem sekalipun. Bahkan memutar mobil di tikungan tajam dengan kecepatan tinggi membuat ban yang bergesek di jalan menciptakan asap yang mengepul. Yeosang hampir saja badannya terlempar namun untungnya ia mengenakan sabuk pengaman seperti yang di sarankan oleh Jongho.

"Wah. Seperti yang di harapkan," gumam Yeosang pelan.

Sekarang tidak lagi melihat mobil-mobil mengejarnya. Yeosang tersenyum lega, namun tetap menampilkan wajah tenangnya walaupun nyawanya kini menjadi taruhan dalam pelarian ini. Ciri khasnya memanglah seperti itu, berwajah tenang seakan masih ada hari esok.

JongSang DailyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang