Horizon

535 62 3
                                    

Di sekitar jalan sepi yang terlihat lama di tinggalkan dengan di apit oleh pepohonan yang rindang dan tampak membuat seperti sebuah terowongan lebar. Itu adalah jalan yang terlihat sangat sepi dan angker namun bagi anak lelaki itu, jalan ini adalah jalan pintas karena jarak antara sekolah dan rumahnya yang lumayan jauh.

Anak lelaki yang terlihat berjalan santai sambil menggenggam tali tasnya dengan erat pulang sambil bersiul-siul.  Dia cukup lelah di sekolahnya karena dirinya yang cukup aktif membuatnya terlihat sedikit berantakan. Rambut nya yang awalnya rapi menjadi berantakan, bajunya keluar seperti preman dini. Tapi anak itu bukan anak nakal, dia hanya terlalu bersemangat bermain bola di sekolahnya sampai penampilannya seperti itu

Anak lelaki itu menengadahkan kepalanya saat merasakan rintik hujan menerpa wajahnya yang kusut. Dia menghalau rintik hujan dengan tangan kanannya, kemudian menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk menyapu pandangan mencari tempat berteduh. Matahari masih terik, tidak ada awan mendung namun mampu memberikan hujan tanpa sedikitpun tanda-tanda. Di jalan yang sepi itu dia sendiri, berlari kecil-kecilan menghindari hujan yang kian membesar.

Suara ceplak cepluk air terdengar ketika jatuh di atas aspal yang dingin. Di ikuti dengan suara langkah kaki yang terburu-buru meninggalkan tempat terbuka untuk berlindung di balik hujan yang mulai berani mengguyur dengan kencang. Anak lelaki ber-tag name Choi Jongho itu berlari tanpa berpikir bahwa ia semakin menjauh dari rute pulang.

Jongho mengernyit, dia akhirnya menemukan sebuah tempat berteduh, namun tempat itu seperti sebuah rumah yang di tinggal. Terlalu sepi untuk di bilang rumah yang berpenghuni, keadaannya juga tidak terlalu buruk untuk di katakan rumah bobrok. Rumah yang seluruhnya terbuat dari kayu itu tampak tak terurus dengan sampah daun yang berserakan dan jaring laba-laba yang begitu banyak terlihat di dinding dan atap rumah tersebut.

Dengan ragu, Jongho meraih kenop pintu dan mendorongnya sambil menggerakkan matanya ke seluruh penjuru pandangannya. Sepi, tapi cukup baik untuk nya sebagai tempat berteduh. Jongho menghela nafas. Dia sebenarnya tidak mau masuk karena menurutnya masuk tanpa izin itu adalah perbuatan yang tercela, tapi melihat keadaan rumah ini di pastikan tempatnya kosong.

Jongho mengusap-usap rambut kepalanya yang sedikit basah karena diterpa gerimis yang mendadak turun. Sambil mengusap matanya yang sedikit perih, Jongho mendengar suara yang merintih butuh bantuan. Jujur, Jongho sebenarnya takut dengan suara itu, tapi di sisi lain Jongho merasa penasaran dan kasihan, akhirnya ia memutuskan untuk menghampiri suara itu. Dia berlari dan bunyi sepatunya yang menginjak lantai kayu mengiringinya setiap langkahnya.

Jongho terkesiap, menemukan seorang pria yang tersungkur dalam keadaan lemah dan pucat pasi. Seluruh tubuhnya gemetar dan umur pria yang sepertinya jauh lebih tua darinya itu tampak begitu kusut. Jongho langsung berlutut dan mencoba menyadarkan pria tersebut. Ditepuknya pipi pria itu namun hanya sebuah ringisan yang Jongho dengar dari mulut itu.

"Aku akan menelpon bantuan!" Seru Jongho namun langsung di balas gelengan dari pria tersebut. Pria itu mengangkat tangannya sekuat tenaga dan kemudian menunjuk ke arah jendela yang menghadap mereka.

"T-tolong tu-tup tirai itu... Ma..tahari, hahh, sungguh menyiksa..." Pria itu meminta dengan suara yang mengerang dan tidak berdaya. Segera Jongho mengambil posisi berdiri dan menarik tirai jendela itu, seketika cahaya matahari langsung terhalau. Tempat tanpa lampu itu cukup gelap karena satu-satunya sumber cahaya sudah tertutup tirai kusam itu. Sekarang yang terdengar hanya suara hujan yang semakin mengecil. Mungkin hanya hujan sementara.

Jongho kembali bertanya pada pria itu tentang apa yang bisa ia lakukan untuk membantunya. Mungkin responnya agak lama, namun akhirnya pria itu bersuara namun terdengar seperti sedang berbisik seolah dirinya sudah tidak mampu lagi untuk mengucapkan kata dengan lantang.

JongSang DailyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang