10. bercerita

63 13 0
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selepas pulang sekolah, aku dan Faris memutuskan untuk pergi bersama di salah satu supermarket mini yang menyediakan makanan ringan untuk menemani kami berbincang.

Katanya, Faris ingin meminta maaf perihal kemarin. Aku sendiri tidak masalah dengan perubahan sifatnya yang tiba-tiba, apalagi di sini bukan Faris masalah utamanya.

"Katanya mau cerita," ucap Faris membubarkan lamunanku segera. "Soal Elsa, kan?"

Aku terdiam cukup lama. Dalam kepalaku sedang menimang mana yang baiknya ku lakukan dan sebaliknya. Sampai pada akhirnya ku putuskan untuk bercerita dan menjelaskan semuanya kepada Faris sore itu.

Dia terdiam sebentar. Seperti memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjawab semua ujaranku sebelumnya. Dan, jika aku bisa menebaknya, Faris pun sama kebingungannya denganku.

"Ta," panggil Faris akhirnya. "Kamu itu bukan penikung, aku yang pertama kali suka sama kamu."

Mendengar penjelasannya itu, pipiku merona merah.

"Jangan pernah lagi bilang ke aku kalau kamu itu nusuk Elsa," lanjutnya. Kali ini dia pun melayangkan tatapan tajamnya kepadaku. "Aku gak suka, Ta."

"Inti jawaban dari permasalahan ini itu cuma satu, aku gak suka sama Elsa. Aku gak sayang sama dia." Faris menghela napasnya panjang. "Terserah orang lain atau dia mau ngomong apa pun tentang kita nanti, aku gak peduli."

"Bukan salah kamu, aku yang suka sama kamu."

Aku yakin setelah ini air mataku akan keluar dengan hebat. Faris bahkan sekarang sudah menautkan tangannya di sela-sela jemariku.

Ucapan Faris tadi seperti mengisyaratkan perasaannya yang berbalas. Walaupun begitu, kenapa? Kenapa perasaanku masih saja cemas?

Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana menanggapi masalah percintaanku dengan Faris sekarang.

///

bagian selanjutnya dalam cerita:
bermain bersama

B E R K I S A HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang