—
Faris menelponku. Katanya rindu. Dia becerita banyak hal, termasuk acaranya menginap di rumah salah seorang temannya yang tidak kukenal dekat.
Namanya Wahyu. Seorang laki-laki yang dikenalnya dulu saat masa rotasi di kelas sebelas.
Sambungan kami tidak berlangsung lama. Faris pamit untuk pergi bersama temannya ke suatu tempat yang sebenarnya aku tidak tahu di mana itu.
Kuhabiskan waktuku di dalam kamar, merenungi beberapa kejadian yang kualami beberapa hari ini. Saat aku menceritakannya pada Faris, pria itu berkata padaku untuk tidak terlalu memikirkannya. Waktu itu aku pun mengiyakan anjuran Faris.
Namun jawabanku itu tidak selaras dengan kerja kepalaku.
Dengan tidak adanya jadwal kegiatan apa pun, kepalaku terus berkerja memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang membuat teman-temanku seakan menjauh dariku.
Mereka terlalu blak-blakan memusuhiku. Bagaimana bisa tiba-tiba pergi sendiri tanpa mengajakku. Jika memang berniat begitu, kenapa pula harus di grup obrolan kami? Seakan-akan mereka mengusirku dari perkumpulan secara terang-terangan.
Tapi, apa salahku? Kenapa aku diajuhi?
Perdebatan itu terus-terusan mengacaukan pikiranku. Sampai akhirnya mama datang ke kamar, mengajakku makan bersama.
Acara makan malam itu berlalu dengan cepat. Aku tak sempat becerita apa-apa kepada mama soal masalahku. Beliau sendiri juga tampak kelelahan karena seharian terus bekerja.
Setelah selesai akhirnya kuputuskan untuk kembali ke kamar. Melemparkan tubuhku di atas tempat tidur sambil merenung menatapi langi-langit.
Sebenarnya apa salahku?
Apa jangan-jangan mereka sekarang membenciku karena memutuskan untuk dekat dengan Faris?
Apa mereka kesal denganku yang egois?
///
bagian selanjutnya dalam cerita :
renggang
KAMU SEDANG MEMBACA
B E R K I S A H
Short Story[✔️] Kamu akan mendengar cerita ini ketika kita duduk berdua di balkon rumah bersama. sesuatu yang pernah menjadi bagian dari cerita hidupku saat remaja, ku tuliskan berlembar-lembar dalam buku jurnalku. - Faris menjadi satu alasan kenapa bulan Feb...