23. curiga

31 6 0
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perasaan curiga seperti tidak ada habisnya. Makin hari, aku makin dirudung rasa cemas atas sikap yang diberikan Faris padaku.

Tentu bukan tanpa sebab aku berpikir seperti itu. Ini semua karena sampai detik ini Faris belum memberitahuku soal perasaannya—atau lebih tepatnya, soal kejelasan status hubungan kami berdua.

"Kamu tuh udah pacaran belum sih sama Faris?" tanya Kania.

Kebetulan siang itu ia bersama yang lainnya sedang bermain ke rumahku untuk menonton film kesukaan kami.

Aku menggeleng. "Enggak tahu," ujarku. "Aku bingung sebenernya hubunganku sama Faris tuh apa."

Mendadak semua orang di sana berhenti beraktivitas dan melihat ke arahku. Aku terduduk lemas sambil mengambil tempat dekat dinding untuk mengistirahatkan punggungku.

"Coba deh kamu lihat ini." Kania memberikanku ponsel yang ada di tangannya. "Kamu baca pelan-pelan dan jangan emosi."

Kuambil benda persegi itu dari tangannya dan pergi melihat bubble chat yang berisi ujaran-ujaran panjang. Di bagian atas, terlihat jelas siapa pengirimnya.

Aku menghela napas.

Aku merasa tidak seharusnya kesal. Kupikir, dibanding kesal aku justru merasa takut kalau saja apa yang baru saja kubaca itu betul sampai ke telinganya.

"Elsa udah mulai curiga, Ta." Kania memberikan informasi yang seharusnya dia tahu kalau aku pun bisa mengerti berkat bacaan yang kubaca di ponselnya barusan. "Kalau kayak gini terus—"

"Kan, aku enggak mau ngobrolin itu dulu." Aku menyembunyikan wajah di antara dua kakiku.

"Tapi, Ta...."

Yang kuingat. Setelah itu, Kania masih berusaha mendesakku untuk berbicara dengannya. Beruntung ada Syila dan Syfa yang berhasil menenangkan sahabatku yang satu itu. Sedangkan lainnya berusaha untuk memberikan jarak untukku berpikir.

Entahlah ... saat ini aku merasa tidak tahu harus menanggapi kecurigaan Elsa itu.

Jika biasanya aku akan meringkuk takut sebab merasa bersalah karena telah dekat dengan Faris, laki-laki idamannya.

Saat ini justru aku hanya ingin meringkuk dan menerka-nerka.

Sebetulnya apa yang kutakutkan?

Apa hubunganku dengan Faris saat ini bisa dikatakan sebagai bentuk pengkhianatan?

///

bagian selanjutnya dalam cerita:
gantung

B E R K I S A HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang