—
Tadi pagi-pagi sekali, aku mendapatkan informasi bahwa semua kegiatan yang sudah aku dan teman-temanku rencanakan sebelumnya harus batal karena Kania mendadak pergi ke sekolah. Kami semua akhirnya memutuskan untuk berkumpul di rumah Syila dan menghabiskan waktu seharian dengan menonton film.
Kebetulan lain, rumah Syila pun sedang kosong. Yang awalnya Sayla menolak keras, tiba-tiba saja melunak begitu Syila menjamin tak ada adiknya di rumah. Arista tertawa sangat keras kali ini. Tumben-tumbenan saja menurutku dia berekspresi begitu.
"Eh, Kak," panggil Zahra. "Tahu Abang lagi keluar gak?"
Aku mengangguk. Tak biasanya Faris mengirimiku pesan sangat detail soal kegiatannya. Untuk ukuran seorang teman, ini terbilang berlebihan. Azzahra tersenyum menggoda sambil menatapku. Yang lainnya sekarang sedang sibuk sendiri mencari film apa yang akan kita tonton.
"Insidious aja gimana?" usul Syila yang sedang mengambil koleksi kasetnya di dalam lemari.
Aku bergidik ngeri dengan hanya mendengar judulnya saja. Sayla yang sekarang tengah duduk di pojokan ikut meringis.
"Aku pulang deh," kataku. Bukan bualan saja, aku benar-benar beranjak dari tempatku dan bersiap pergi dari sana. Sayla mengikuti gerakankku, dia berniat meninggalkan rumah Syila diam-diam.
"Bercandaaaa ih," tutur Syila. Dia memasukkan kembali CD bertuliskan film Insidious dan mengambil satu kaset lain dengan judul berbeda. "Nonton Paper Towns aja deh ya? Ini romance, kesukaan mami Zita."
Kuedarkan pandanganku untuk melihat satu per satu ekspresi tidak setuju dari teman-temanku. Namun, mereka semua mengangguk bergantian, begitu juga dengan Sayla yang sudah duduk kembali di tempatnya.
Seperti biasanya, tak satu dari mereka yang serius menonton. Sayla pun beberapa kali berceloteh soal Aldrian yang kerap menghubunginya. Begitu juga Rista yang bercerita kalau dia pun sedang dekat dengan seseorang. Ada juga Rina yang bercerita soal kekasihnya, Candra.
"Kalian ini berarti lagi deket sama cowok semua ya?" celetuk Syila.
"Deket sih deket," balas Rina, "Tapi, yang ada status cuma aku, Kak Kania sama Zahra doang."
"Oh, Kak Syfa sih aku enggak tahu lagi deket sama siapa."
Berbeda denganku yang meringis, kudengar Assyfa tertawa kecil menanggapi penuturan Azrina barusan. Dipikir-pikir benar apa katanya. Sayla memang sedang didekati Aldrian, tapi perempuan itu memutuskan untuk tidak menanggapinya serius. Rista pun begitu. Kalau soal Syila dan Dheela aku tidak tahu pastinya bagaimana, yang kutahu mereka sedang dalam hubungan yang sulit dijelaskan sama sepertiku.
Ah... memang hubunganku bagaimana dengan Faris?
"Faris gimana, Ta?" tanya Syila, "Ada kemajuan?"
"Kemajuan biar gak ketahuan sama secret admirer masing-masing maksudnya?" sindir Dheela.
"Bang Faris emang gak ngomong apa-apa, Kak?" tanya Zahra.
"Emang dia harus ngomong apa, Ra?" Aku menghela frustasi.
Kesal karena bingung harus menjawab bagaimana lagi soal hubunganku dengan Faris sebagai pelaku utamanya.
///
bagian selanjutnya dalam cerita:
menepati janji
KAMU SEDANG MEMBACA
B E R K I S A H
Short Story[✔️] Kamu akan mendengar cerita ini ketika kita duduk berdua di balkon rumah bersama. sesuatu yang pernah menjadi bagian dari cerita hidupku saat remaja, ku tuliskan berlembar-lembar dalam buku jurnalku. - Faris menjadi satu alasan kenapa bulan Feb...