—
Kutarik omong kosongku kemarin. Hari ini aku jadi ikut. Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatanku untuk berkaryawisata bersama Faris. Bukan hanya itu sebenarnya. Tapi, itu alasan utamanya.
"Nanti pulang kita pergi dulu yuk?" ajak Kania tiba-tiba. Dia memberikan ponselnya kepadaku, Syfa dan Syila yang berada tak jauh dari tempatku pun ikut melongok ke layar ponsel Kania dan membelalak kaget.
"Serius?!" ujar Syila sedikit heboh, beberapa orang di sana ikut melihatnya dan berakhir dia senyum-senyum sendiri karena malu.
"Katanya penuh loh," tambah Syfa yang sejak tadi juga ikut memperhatikan, "ajak yang lain nggak?"
"Udah kok tadi di grup, katanya pada bisa," jelas Kania.
Belum juga aku mengutarakan pendapatku, tiba-tiba ponselku yang berada di dalam saku rok seragamku bergetar. Keningku refleks mengerut, bertanya-tanya siapa yang mengirimiku pesan di jam sekolah begini.
Kukeluarkan ponselku dan menggulir layar hingga ke tempat pesan masuk.
Ah!
Ternyata Faris.
Isi pesannya: larangan untuk pergi.
Ini semua salah Syila yang mendadak berteriak heboh tadi. Ya, ya, ya... baiklah... mari kita pulang ke rumah kalau begitu.
///
bagian selanjutnya dalam cerita:
cinta dan rahasia
KAMU SEDANG MEMBACA
B E R K I S A H
Conto[✔️] Kamu akan mendengar cerita ini ketika kita duduk berdua di balkon rumah bersama. sesuatu yang pernah menjadi bagian dari cerita hidupku saat remaja, ku tuliskan berlembar-lembar dalam buku jurnalku. - Faris menjadi satu alasan kenapa bulan Feb...