15. menepati janji

43 9 0
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku baru saja turun dari sepeda motor Faris untuk menunggunya berjalan berdampingan bersamaku. Sesuai janjiku kemarin, kami berdua akan menghabiskan waktu bersama di salah satu mall pusat kota untuk mencari keperluannya bermain futsal beberapa hari lagi.

Ini info yang tidak penting. Tetapi, aku yakin kalian pasti penasaran apa yang dilakukan si tukang tidur itu dengan keperluan futsal. Jawabannya adalah ... ya, dia memang salah satu anggota inti futsal sekolah kami. Itu saja informasinya, kurang lebih, kebetulan aku tidak pernah melihatnya main futsal di depan mataku.

"Rame banget ya," katanya begitu kami memasuki lobi.

Mataku menelisik ke seluruh area. Berharap-harap tak ada satu orang yang mengenal kami di sana. Ini sudah seperti bermain petak umpet. Kami berdua yang jadi mangsanya.

"Kamu mau cari yang model gimana?" tanyaku begitu kami berdua masuk ke salah satu toko. Dia tidak menjawabku, sekarang matanya sekaligus tangannya sibuk memilah beberapa model sepatu dan kaos kaki yang di pajang berjejer di dinding toko.

Aku menghela panjang sambil kuputuskan untuk pergi dari sana. Bisa kulihat kalau Faris sedang serius mengamati beberapa model dan seakan lupa kalau aku sedang bersamanya. Tanganku kini bermain di atas layar ponsel, menari-nari, dan melihat apa saja yang bisa kulihat di sana.

Bibirku secara spontan mendesis ketika melihat penampakan orang yang tak ingin kulihat dulu di laman Instagram saat ini. Bagaimana tidak? Perasaannya yang awalnya damai dan senang sekarang langsung jadi sebaliknya. Agnes baru saja menggunggah foto baru. Di captionnya, dia sengaja menulis begini: 'capek ngejar yang gak bisa dikejar'

Lututku langsung kesemutan. Bayangkan saja bagaimana rasanya.

"Kamu ngapain?" Tiba-tiba saja suara Faris membuatku mendongak ke arahnya. Layar ponselku masih menampilkan unggahan barusan, tapi tak lama dari itu tangan Faris langsung merebutnya. "Katanya mau nemenin aku cari-cari keperluan futsal, kok malah sibuk sendiri?"

Aku mengernyit. Sejak kapan aku sibuk sendiri? Bukannya dia duluan ya? batinku.

"Oh iya, maaf, udah ketemu sepatunya?" kataku yang tidak jadi menyuarakan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya.

"Nggak jadi beli di sini," katanya pelan. Dia mendekatkan bibirnya di telingaku, lalu berbisik, "Mahal, enggak ada diskon."

Buru-buru setelahnya dia menarik tanganku untuk beranjak dan pergi dari toko itu dengan cepat.

///

bagian selanjutnya dalam cerita:
menjenguk

B E R K I S A HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang