—
Karena satu hal dan lainnya, Faris tidak bisa menemuiku secara langsung untuk memberikan hadiah yang sudah dia ingin beli—entah kapan.
Katanya, dia ada urusan mendadak. Namun, jika menurut informasi yang diberikan oleh adiknya—aka Azzahra, sahabatku—dia jelas malu.
Aku mulai menebak-nebak apa yang akan diberikan padaku. Kubayangkan isi di dalam kotak yang sekarang ada di depan mataku.
Waktu terasa begitu lambat. Tiba-tiba saat istirahat tiba, Kania memberitahuku sesuatu. Katanya, dia bisa mencium bau-bau aneh dari dalam kotak hadiah yang diberikan Azzahra tadi pagi. Aku pun merengut, memukul pelan bahu Kania yang sedang tertawa karena menggodaku.
Seperti yang kukatakan sebelumnya. Hari ini, sekolah terasa sangat panjang. Tanganku gatal ingin membuka isi kotak itu. Kalau saja Faris tidak tiba-tiba mengancamku dari tempat duduknya, aku sudah tahu apa isinya.
"Kalau kamu nakal ngintip-ngintip kadonya sekarang, aku bakalan pengumuman sama anak-anak di sini kalau itu kadonya dari aku."
Begitu kira-kira bunyi ancamannya.
Tentu saja aku takut. Mengingat kalau yang baru saja mengancamku itu adalah Faris. Semua hal yang dia ucapkan bisa saja terjadi.
Untuk hitungan hal terencanakan, ancaman itu tentu saja membuat bulu tubuhku meremang.
Di hari spesial seperti sekarang pun, aku tetap harus berhati-hati untuk tidak membuat seseorang menangis di atas kebahagianku.
///
bagian selanjutnya dalam cerita:
curiga
KAMU SEDANG MEMBACA
B E R K I S A H
Short Story[✔️] Kamu akan mendengar cerita ini ketika kita duduk berdua di balkon rumah bersama. sesuatu yang pernah menjadi bagian dari cerita hidupku saat remaja, ku tuliskan berlembar-lembar dalam buku jurnalku. - Faris menjadi satu alasan kenapa bulan Feb...