—
Di hari ini aku merasakan banyak hal. Perasaan berkecambuk jadi satu. Senang, sedih, kecewa, dan takut.
Seperti yang sudah aku katakan kemarin, menurut agenda, hari ini merupakan praktek mata pelajaran olahraga dilaksanakan. Seperti kebanyakan sekolah lainnya, praktek olahraga tidak dijadikan jadi satu, namun diberi beberapa sesi.
Mulai dari bermain voli, sampai nanti di tahap terakhir ada yang namanya senam jasmani. Hari ini aku bersama yang lainnya, pergi pada tahap pertama dan kedua. Bermain voli dan juga melakukan gerakan Kayang.
Rasanya jantungku mau copot saat namaku dipanggil bersamaan dengan Faris pagi hari itu. Aku senyum-senyum seperti orang gila. Namun, aku juga takut-takut merasa diperhatikan.
Semua mata orang tertuju padaku. Tidak. Bukan aku saja. Malahan sebenarnya memang bukan aku tokoh utamanya.
Faris melakukan praktek dengan sempurna. Beda denganku yang memang tidak berbakat di dalam hal semacam itu.
Faris lagi-lagi menghapus jaraknya denganku. Jemari kami bertautan tak kala dia membantuku untuk berdiri dari tanah. Dia tersenyum cerah sekali seperti mentari pada pagi hari itu. Setelahnya ia meninggalkan aku seorang diri yang sedang mabuk.
Lagi. Semua pandangan orang tertuju padaku.
Lalu, di siang harinya aku bersama kawan-kawanku pergi berbincang seperti biasa di kantin. Berkumpul di satu meja. Saat itu seperti kemarin-kemarin juga ramai.
Kawan-kawanku beradu sendiri. Sementara aku beradu dengan takut.
Siang itu aku membuat perjanjian tak tertulis. Tapi, aku sendiri ragu. Takut dan cemas pada kenyataan yang akan ku lakukan sendiri di masa depan.
///
bagian selanjutnya di cerita:
kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
B E R K I S A H
Short Story[✔️] Kamu akan mendengar cerita ini ketika kita duduk berdua di balkon rumah bersama. sesuatu yang pernah menjadi bagian dari cerita hidupku saat remaja, ku tuliskan berlembar-lembar dalam buku jurnalku. - Faris menjadi satu alasan kenapa bulan Feb...