—
Hari itu, Faris tak seperti biasanya. Sebetulnya, aku sendiri tak begitu merasakan perbedaannya. Hanya saja pagi ini Syila menghampiriku dan bertanya-tanya kenapa wajah Faris berubah masam sejak di pergantian jam pelajaran pertama tadi.
"Tumben banget sih, Syil, perhatian," balasku dengan nada sedikit menggoda. "Mentang-mentang lagi duduk sama Abi ya?"
Pipinya berubah merah. Arsyila memukul lenganku sedikit kencang sampai aku menjerit kesakitan. Beberapa orang yang sebelumnya sedang sibuk dengan kegiatannya sampai harus menoleh dan memandangiku dengan pandangan bertanya-tanya.
"Duh, malu, tau...." Kania protes. Assyfa yang ada di sampingnya sedikit menahan tawa karena perlakuan Syila padaku yang kelewatan. Aku cemberut.
"Bukan gitu, Ta. Faris kayaknya daritadi mukanya bete deh." Kania menimpali. "Beneran gak ada apa-apa?"
Aku mengangguk percaya diri. Akan tetapi, tiba-tiba saja aku mengingat sesuatu yang sepertinya berhubungan dengan masalahku kali ini. Aku pun akhirnya berniat menceritakannya pada teman-temanku. "Kayaknya ada," ucapku.
Syila menyilangkan dua tangannya di depan dada. "Ada atau gak ada?" Dia bertanya ketus. Aku tidak begitu peduli dan melanjutkan kalimatku sebelumnya, "Kemarin malem dia kirim pesan panjang, intinya dia bilang jangan sampai khilaf balikan sama Gilang."
Semua di sana menghela napas berat, tentu saja aku bingung dan mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya yang mereka pikirkan dalam kepalanya.
"Itu sih Faris cemburu sama Gilang, Ta," kata Kania sambil sambil memegang keningnya seperti sedang sakit kepala.
Aku mengerutkan keningku bingung. "Cemburu? Memang kenapa? Masa dia cemburu sama temannya sendiri sih?"
"Gak ada yang gak mungkin, Kak." Sayla menimpali, ngomong-ngomong sekarang ini aku sedang berada di kantin, 15 menit yang lalu bel tanda istirahat dibunyikan di semua penjuru sekolah, seperti biasanya, aku dan lainnya akan menghabiskan waktu bersama. "Malah katanya, Vier sekarang cemburu sama Drian gara-gara dia deket sama aku."
Syila yang mendengar nama adiknya itu lantas dengan sengaja mendengus keras. "Gak usah diurusin lah dia, Dek. Aneh emang orangnya."
Sayla yang mendengar ujarannya barusan mengangguk setuju. Aku yang berusaha memilah-milah di mana kemungkinan itu terjadi, masih harus berpikir keras dan mencoba memahami situasinya.
"Mereka memang temen, Ta," celetuk Assyfa, "tapi gimana-gimana, Gilang kan, juga mantan kamu."
Ah ... ini masalahnya. Faris memang benar-benar sedang cemburu sekarang.
///
bagian selanjutnya dalam cerita:
satu hari bersama brata
KAMU SEDANG MEMBACA
B E R K I S A H
Short Story[✔️] Kamu akan mendengar cerita ini ketika kita duduk berdua di balkon rumah bersama. sesuatu yang pernah menjadi bagian dari cerita hidupku saat remaja, ku tuliskan berlembar-lembar dalam buku jurnalku. - Faris menjadi satu alasan kenapa bulan Feb...