Bagian 9. Kebenaran yang Terungkap

21 8 10
                                    

Selamat membaca. 🙂

-- Jangan melimpahkan kesalahan pada orang lain. Karena suatu saat nanti pasti akan ada balasan untuk itu. --

        Pukul delapan pagi mama Zahira sudah turun dari pesawat. Wanita itu lantas memesan sebuah taksi untuk menuju ke sebuah penginapan. Ia tak jadi pulang ke rumah lamanya. Khawatir jika kepulangannya diketahui banyak orang hanya akan menimbulkan banyak masalah.

        “Terima kasih, Pak,” ucap Mira kepada sopir taksi yang mengantarnya.

         Sembari menyeret sebuah koper berukuran kecil, ia segera melangkah masuk ke dalam penginapan. Sebelum pergi lagi, ia berniat mengisi perutnya dulu.

        Setengah jam kemudian, mama Zahira sudah kembali keluar dari dalam penginapan. Kemudian, langsung masuk ke dalam sebuah taksi yang sudah dipesannya lewat sebuah aplikasi.

         “Selamat datang, Bu. Mari silahkan masuk.”

        Seorang laki-laki setengah baya berpenampilan rapi muncul dari balik pintu. Menyambut kedatangannya dengan sopan. Tanpa banyak bertanya, laki-laki itu mempersilahkan mama Zahira untuk masuk ke dalam sebuah ruangan.

         “Permisi.”

         “Silahkan masuk, Bu Mira,” jawab seorang wanita di dalam ruangan.

         Kali ini mama Zahira disambut oleh tiga orang yang sudah terlebih dahulu berada di dalam ruangan. Dua orang laki-laki dengan kumis tebal. Sedangkan, satu lagi seorang wanita berjilbab yang menjawab salamnya tadi.

         Penampilan ketiganya sangat rapi. Sama persis dengan laki-laki yang menyambutnya di pintu masuk tadi. Bedanya, ketiga orang ini memiliki wajah lebih tegas. Dengan rentang usia mungkin sekitar empat atau lima puluhan.

         “Silahkan duduk, Bu. Kita ngobrol-ngobrol ringan dulu sebentar,” lanjut wanita itu lagi.

        “Terima kasih, Bu.”

        Dengan sedikit gugup. Mama Zahira duduk di kursi yang tepat menghadap ketiga orang berwajah tegas. Bersiap dengan beragam pertanyaan yang akan dilemparkan kepadanya.

*****

          Dalam kegelapan, cahaya lampu senter terlihat menyala di sebuah ruangan. Tepatnya ruang kerja pimpinan perusahaan manufaktur terkenal di kota itu.

         Sulit untuk mengenali dua orang laki-laki pembawa senter. Sebab, wajah mereka tertutup oleh topeng ninja. Satu berwarna hitam. Dan satu lagi berwarna abu-abu. Jelas mereka punya niat jahat datang ke sana.

         Keduanya menyibak tumbukan berkas di atas meja. Mencari-cari sesuatu. Entah apa.

         Bruk….

         Sebuah buku berukuran tebal yang ada di atas meja jatuh bebas ke lantai. Pelakunya, laki-laki dengan topeng ninja berwarna abu-abu. Karena terburu-buru, tanpa sengaja tangannya malah menyenggol buku itu.

        “Shutt….pelan-pelan! Loe mau kita ketangkep di sini?” gerutu laki-laki bertopeng hitam.

         “Ya. Maaf. Nggak sengaja.”

         “Loe ke sana aja. Biar gue yang lanjut cari di sini.”

          Laki-laki yang menjatuhkan buku tadi diminta temannya untuk memeriksa rak di sudut kanan ruangan. Sementara, ia sendiri kembali melanjutkan aksinya memeriksa meja.

Kelopak Lantana (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang