Selamat membaca. 🙂
-- Tanpa sadar, kita terkadang berbohong pada diri sendiri. Mulut berkata tidak. Sedangkan, hati mengatakan iya. Atau sebaliknya. --
“Cukup sekian dari saya. Sampai bertemu lagi di perkulihan selanjutnya.”
“Terima kasih, Bu,” suara kompak mahasiswa terdengar memenuhi ruang kelas.
Setelah bu Kurnia, dosen yang mengajar mata kuliah kurikulum dan pembelajaran tadi keluar. Satu per satu mahasiswa pun ikut meninggalkan kelas. Mereka memilih pulang karena tidak ada lagi jadwal kuliah.
“Laras, loe jadi ke perpustakaanya?”
“Jadi, Ra. Loe tahu kan kalau buku itu penting banget buat nyelesain tugasnya Bu Liana.”
Zahira menganguk.
“Nanti jangan lupa dibaca lagi judul bukunya. Jangan kayak kemarin.”
Laras tertawa kecil. Mengakui tindakan konyolnya kemarin. Mengambil buku hanya berdasarkan warna sampulnya sama dengan yang diambil Zahira. Tanpa sedikit pun membaca judulnya.
Zahira menganggukkan kepala beberapa kali. Mengiyakan ucapan sahabatnya.
“Tapi, maaf ya La. Gue nggak bisa nemenin loe. Barusan Mama kirim pesan. Gue di suruh pulang cepat. Bagas nggak enak badan.”
“Oo gitu. Ya nggak apa-apa kalau loe ada keperluan lain. Gue bisa kok ke perpustakaannya sendiri.”
“Semoga adik loe cepet sembuh ya, Ra.”
“Aamiin. Makasih doanya, La.”
“Sama-sama, Ra. Ayo barengan jalan ke luarnya.”
Zahira mengangguk. Kemudian, menjajari langkah kaki Laras.
*****
“Rara.”
Zahira menoleh saat mendengar namanya dipanggil. Senyumnya terkembang saat melihat sosok Arka di sana. Ia menghentikan langkahnya sejenak.
“Iya, Kak Arka.”
“Rara mau pulang? Kok sendirian? Laras mana?”
“Laras lagi ke perpustakaan, Kak. Mau pinjem buku. Kemarin salah ambil.”
“Oo gitu.”
“Kakak mau ke mana?”“Kakak mau ke masjid. Shalat dzuhur. Soalnya nanti ada kelas lagi.”
"Ooo."
"Mau jalan ke depan barengan nggak, Ra?" tanya Arka ragu.
Meskipun, sudah saling mengenal. Arka sadar jika mereka bukan mahram. Tidak baik jika mereka berinteraksi hanya berdua saja.
"Iya, Kak. Nggak apa-apa barengan aja."
Arka mengangguk. Lalu, menjajari langkah Zahira.
Zahira juga berpikiran yang sama dengan Arka. Setelah melihat suasana sekitar yang cukup ramai. Baru lah ia berani menyetujui ajakan Arka tadi.
"Kak, jadi dosen itu seru nggak?"
"Kakak bukan dosen, Ra. Hanya bantu-bantu aja. Memangnya kenapa, Ra? Rara berminat jadi dosen?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Kelopak Lantana (Selesai)
General FictionTentang Zahira yang harus merasakan luka berkali-kali di dalam hidupnya. Dibenci, dijauhi, dan dicemooh oleh banyak orang disekitarnya. Bahkan, oleh orang yang mengisi hatinya. Mampukah Zahira kembali tersenyum bahagia? Karena ketika luka itu belum...