Bagian 13. Bayangan Masa Lalu

19 10 3
                                    

Selamat membaca. 🙂

-- Sejauh apa pun melangkah. Selama apa pun waktu berlalu. Tak akan mampu menghapus sebuah rasa yang terlanjur tersimpan rapi di dalam hati. --

        Dua tahun berlalu.

         Saat ini, Alva sudah berada di semester akhir kuliahnya. Ia tinggal menyelesaikan skripsi saja. Setelahnya, gelar sarjana akan tersemat di belakang namanya.

         Alva berkuliah di universitas yang sama dengan Arka. Mereka memilih fakultas yang sama pula yaitu ekonomi. Hanya berbeda jurusan saja.

         Bersama dua sahabatnya ketika SMA, yaitu Bian dan Gadhing, Alva memilih jurusan manajemen. Sedangkan, Arka mengambil jurusan akuntansi.

     Masih sama seperti dulu. Kedua saudara sepupu itu jarang berinteraksi. Komunikasi di antara mereka hanya sekedarnya saja.

       Menjelang tengah hari, Alva dan teman-temannya terlihat keluar dari ruang perpustakaan. Mereka berjalan menuju kantin. 

      Ketiganya sempat bingung mencari tempat duduk. Di jam-jam seperti ini kantin mendadak menjadi sangat ramai. Tidak hanya diisi oleh mahasiswa dari fakultas ekonomi saja. Namun, juga dari fakultas keguruan dan ilmu pendidikan.

        Kebetulan bangunan dua fakultas ini berdiri berdampingan. Berbeda dengan fakultas teknik, sastra, dan hukum yang dibangun agak jauh.

      Tak lama setelah mendapat tempat. Alva, Bian, dan Gadhing pun segera melahap bakso yang baru saja dihidangkan. Sembari makan, berbagai topik menjadi bahan perbincangan mereka.

       “Eh liat tuh Arka rapi banget,” tunjuk Bian ke arah depan.

      Baik Alva maupun Gadhing spontan mengalihkan pandangan. Mengikuti arah yang ditunjuk Bian.

       Dalam jarak sepuluh meter terlihat lah sosok Arka. Cowok itu baru keluar dari arah ruang dosen.

       Seperti yang dikatakan Bian, penampilan Arka memang sangat rapi. Ia mengenakan kemeja biru muda dipadu celana bahan berwarna hitam. Sebuah tas ransel hitam berada di punggungnya. Sedangkan, tangannya memegang erat map plastik berisi kertas-kertas tebal.

          “Sepupu loe keren ya, Al. Di organisasi kampus dia pegang jabatan. Di akademik dia juga bagus. Pantesan aja belum lulus udah diminta jadi asisten dosen.”

       Nada bicara Bian sebenarnya biasa saja. Karena Arka memang patut dipuji dengan prestasi yang disebutkan Bian tadi. Namun, bagi Alva hal itu terasa seperti sindiran halus untuk dirinya.

       “Nggak kebayang gimana suasana kelas kalau Arka lagi ngajar. Pasti cewek-ceweknya pada curi-curi pandang gitu,” sambung Gadhing.

         Alva tak menanggapi ucapan Bian dan Gadhing. Ia mencoba kembali fokus pada mangkuk baksonya. Meskipun, dalam pikirannya berkecamuk banyak hal.

*****

        “Hei, Pak Dosen muda.”

        Seorang mahasiswa laki-laki mendekati Arka di meja baca perpustakaan. Arka tidak terlalu memperhatikan sekeliling karena masih sibuk dengan laptopnya.
Sehingga, tepukan tangan di bahunya cukup membuat Arka menoleh kaget.

        “Astaghfirrullahallazim. Loe bikin  kaget gue aja, Ta.”

       Mahasiswa laki-laki bernama Nata itu terkekeh pelan. Lalu, menarik kursi di sebelah Arka.

       “Loe lagi sibuk nggak, Ar? Gue mau minta tolong.”

       “Minta tolong apa, Ta? Gue nggak sibuk kok. Ini gue cuma lagi nyari bahan tambahan buat presentasi besok.”

      “Wow, Pak Dosen lagi cari bahan buat ngajar ternyata.”

       Arka tersenyum. Dengan berlahan ia pun segera menutup laptopnya. Fokus berbicara dengan Nata.

       “Tapi, nggak terlalu mendesak kok. Emangnya loe mau minta bantuan apa, Ta?”

      “Gini, Ar. Skripsi loe kan udah selesai. Gue boleh dong minta diajarin sama loe. Gue bingung cara nyusun bab tiga.”

      “Ooo boleh. Sini gue lihat dulu bab satu sama dua punya loe.”

        Arka mengulurkan tangan ke arah Nata. Meminta hasil cetak skripsi milik Nata sebelumnya.

          Keduanya segera sibuk dengan lembaran skripsi milik Nata. Dan tak berapa lama, meja di depan mereka pun mulai dipenuhi beberapa buku dengan beragam judul.

          Sementara itu,  di meja sudut kanan ruangan perpustakaan. Alva terlihat sedang duduk seorang diri. Sejak tadi ia lebih banyak mengamati gerak-gerik Arka. Ketimbang membaca buku yang dipegangnya.

        Dalam hatinya, Alva selalu curiga kepada Arka. Terlebih akhir-akhir ini. Bagaimana mungkin sepupunya itu bisa tetap tenang menjalani hari-hari setelah kepergian Zahira dan keluarganya. Ia merasa Arka tahu sesuatu tentang Zahira. Setidaknya mengenai kabar cewek itu saat ini.

         “Al, sendirian aja nih? Tumben,” sapa seorang cewek berambut sebahu yang langsung duduk di kursi depan Alva.

        Alva sedikit terkejut. Namun, dengan cepat ia memasang wajah tenang sembari tersenyum tipis.

      Cewek itu Sella. Teman seangkatannya sewaktu SMA. Dan sekarang mereka kuliah di jurusan yang sama. Tetapi, beda kelas.

        “Loe lagi ngapain di sini, Al?”

       “Lagi nyari bahan buat bab dua.”

       Alva pura-pura sibuk membaca buku di tangannya. Dengan harapan Sella tak lagi mengajaknya bicara dan segera pergi dari sana.

     “Ooo gitu. Mau gue bantuin nggak, Al? Gue udah selesai nyusun bab dua.”

        Alva menggeleng. Ia merasa tidak nyaman dengan keberadaan Sella.

     “Makasih, La. Gue bisa sendiri kok.”

       “Nggak apa-apa, Al. Gue beneran mau bantuin loe.”

       “Loe boleh aja mau bantu gue. Tapi, gue nggak sudi dibantu sama loe,” Alva mendengus dalam hati.

        “Makasih udah mau nawarin bantuan ke gue. Tapi, gue rasa nggak perlu. Gue bisa sendiri, Sel.”

       Nada bicara Alva terdengar ketus. Dia tidak bisa lagi mengontrol emosinya. Kesal dengan sikap Sella yang sering terang-terangan berusaha mendekatinya.

         Memang bukan rahasia lagi jika sejak SMA dulu Sella menaruh hati pada Alva. Teman-teman kuliah mereka juga sudah banyak yang tahu. Beberapa malah mendukung. Tetapi, hingga kini Alva masih menutup hatinya rapat-rapat.

        Sella termangu. Belum sempat ia bicara lagi. Alva sudah lebih dulu bangkit dari kursinya. Keluar dari perpustakaan.


******
 

Sabtu, 25 September 2021
Pukul 19.37 WIB

Alhamdulillah bisa publish sampai bab ini.
Semoga bisa lancar sampai selesai. Aamiin.

Buat yang sudah mampir, terima kasih ya. 🙏🙂

Sampai ketemu besok. 🙂
Seperti biasa, kalau hari Minggu bakal publish 2 bab. 🙂

Kelopak Lantana (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang