Selamat membaca. 🙂
-- Pertemuan dan perpisahan bukan hanya kejadian biasa. Tetapi, terjadi karena adanya campur tangan takdir. --
Huft...
Suara helaan nafas Alva terdengar begitu panjang. Menyiratkan ada sesuatu hal yang tidak beres.
"Sabar, Al. Skripsian kena coret dosen itu biasa. Semangat. Ntar gue bantuin bikin perbaikannya."
Bian menepuk bahu Alva pelan. Siapa pun yang melihat seseorang keluar dari ruang dosen pembimbing skripsi mereka dengan wajah lesu, sudah bisa dipastikan apa penyebabnya.
"Iya, Al. Semangat. Gue aja yang bimbingan bab dua sampe tiga kali masih semangat gini," seloroh Gadhing.
"Iya. Gue masih semangat kok. Tapi, sekarang gue lapar. Kita ke kafe depan yok."
"Nggak ke kantin aja, Al?"
"Gue pengen ganti suasana, Ding. Seminggu yang lalu kan udah ke kantin. Kalian tenang aja, nanti gue yang bayar."
"Nah kalau gitu gue setuju banget, Al," Gadhing tersenyum lebar.
"Ayo buruan."
Alva bangkit dari kursinya. Disusul Bian dan Gadhing. Tiga cowok itu segera menuruni tangga untuk keluar dari gedung fakultas.
*****
"La, ke masjid yok. Salat dulu. Nanti kita lanjut lagi ngerjain tugasnya."
Zahira menarik-narik tangan Laras. Mengajak sahabatnya untuk segera pergi dari perpustakaan.
"Iya tunggu sebentar. Gue balikin dulu buku-buku ini ke rak."
Zahira mengangguk. Membiarkan Laras membereskan buku-buku di atas meja. Lalu, diletakkan kembali ke tempat semula.
Suara adzan sudah berkumandang sejak sepuluh menit yang lalu. Zahira agak mempercepat langkahnya. Ia tak ingin terlalu lama terlambat memenuhi panggilan Allah.
"Pelan-pelan jalannya, Ra. Tungguin gue."
Laras tertinggal beberapa langkah dari Zahira. Ia berusaha berlari kecil untuk menyusul Zahira. Namun, tiba-tiba terjadi hal yang sama sekali tidak terduga.
Bruk....
Laras tanpa sengaja menyenggol seorang mahasiswa laki-laki yang sedang berjalan bersama dua temannya. Membuat ransel cowok itu hampir terjatuh.
"Maaf."
Laras membungkukkan tubuhnya. Meminta maaf pada orang yang disenggolnya tadi.
"Eh, loe Laras bukan?"
Sangking ingin cepat-cepat menyusul Zahira, Laras sampai tidak mendengar jika salah satu dari cowok itu bertanya padanya. Melihat wajah orang yang disenggolnya pun tidak.
"Ih Rara, tungguin gue."
Sambil mengusap bahunya yang sedikit sakit terkena tas ransel tadi, Laras pun melanjutkan langkahnya. Menyusul Zahira yang sudah hilang dari pandangan. Tampaknya ia sudah sampai musola.
Ditinggal begitu saja, membuat tiga mahasiwa laki-laki itu melongo. Tidak habis pikir dengan kelakukan cewek tadi. Bukannya menjawab pertanyaan. Malah kabur begitu saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kelopak Lantana (Selesai)
Fiksi UmumTentang Zahira yang harus merasakan luka berkali-kali di dalam hidupnya. Dibenci, dijauhi, dan dicemooh oleh banyak orang disekitarnya. Bahkan, oleh orang yang mengisi hatinya. Mampukah Zahira kembali tersenyum bahagia? Karena ketika luka itu belum...