#13

495 64 5
                                    

Happy reading, 💜

•••

Sudah tiga hari semenjak Jina datang kerumah Ibu, dan Ibu tetap tidak ingin berbicara pada Jina. Aku terus membujuk Ibu namun nihil.

Kantin fakultas Jimin ramai dengan mahasiswa yang makan siang sembari membaca satu atau bahkan banyak buku. Uh, mereka disini terlalu berambisi.

"Kau tidak seperti mereka?" Tanyaku pada Jimin. Ia yang tengah melahap satu cup mie instan menggeleng pelan.

Yah, Jimin tidak perlu belajar pun akan tetap mendapatkan nilai diatas rata-rata. Ia pintar dan aku bangga padanya.

Taehyung datang setelah aku mengiriminya banyak pesan, yah, aku masih canggung dengan Jimin sesudah hubunganku dan dirinya putus. Mungkin hanya aku yang merasakan itu sementara Jimin nampak seperti biasanya.

Minuman Ocean Blue yang aku pesan direbut oleh Taehyung dan ia meminumnya sampai habis. Aku menghela napas dan memutuskan tidak memarahinya karena aku perlu menyimpan energi untuk kuis satu jam kedepan dengan dosen galak.

"Ah, aku benci dosen Kim." Ujarku.

"Kenapa?" Balas Jimin bertanya padaku. Hmm, bukankah ia sudah tahu kenapa aku membenci dosen Kim? Sewaktu kami masih berpacaran aku akan mengeluh dan bercerita pada Jimin dan ia akan menenangkanku.

Aku menggigit bibir bawahku, "Seperti biasa." Lirihku.

Jimin mengangguk dan melanjutkan melahap mie instannya yang tinggal sedikit, kemudian ia akan meminum kuahnya sampai habis. Yah, aku tahu kebiasaannya dan aku malah mengikutinya.

"Sepertinya Jungkook dan Hana memang sudah tidak bisa kembali bersama lagi."

"Mana mungkin." Jawabku pada kalimat yang Taehyung ungkapkan, "Kau tahu sendiri Hana itu sangat mencintai Jungkook."

"Iya aku tahu, dan Jungkook? Ck.. anak itu pasti sudah bosan."

Aku mengerutkan kening. Jungkook dan Hana sudah berpacaran selama enam bulan, itu adalah rekor pacaran terlama seorang Jeon Jungkook. Aku yakin sekali jika Jungkook juga mencintai Hana.

"Sudahlah, biarkan mereka mengurus hal itu." Ungkap Taehyung kembali.

"Bagaimana denganmu dan Nana?" Aku menaik-turunkan alis cantikku menggoda Taehyung.

Ia berhenti memainkan sedotan dan beralih memandangku yang duduk disebelahnya. Aku yang tidak sabar mendengar kalimatnya terlihat antusias. Taehyung terkekeh kemudian tangan kirinya mengusap lembut pucuk kepalaku, "Anak kecil tidak perlu tahu."

Raut antusiasku berganti menjadi marah, aku memukul lengan kirinya. Taehyung menyebalkan.

"Baiklah, baiklah.. aku tidak berpacaran dengannya, oke?"

"Apa?! Kenapa tidak? Kau menolaknya?!"

Taehyung memberikan raut wajah dinginnya, "Aku tidak menyukainya."

Wah, keparat Taehyung! Sudah membuat seorang gadis jatuh cinta malah ia sia-siakan. Apalagi ini Nana, gadis satu-satunya yang aku dukung untuk menjadi pacar Taehyung.

"Sok tampan sekali!" Geramku. Taehyung kembali terkekeh kemudian mengusikku dengan mencubit-cubit pipiku, bahkan merusak tatanan rambutku.

"Berhenti!"

"Kim Taehyuuungg.."

"Apa Jiya? Apa?"

Aku menyukai jenis tawa yang Taehyung miliki, bibirnya yang membentuk kotak itu sangat khas. Aku ikut tertawa dengannya setelah Taehyung berhenti mengusikku.

The Journey [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang