#15

571 63 10
                                    

Happy reading, 💜

•••

"Wah, sudah datang?"

Jungkook seperti sedang menyambut kolega bisnisnya saat aku, Taehyung dan Jina datang.
Aku menatap sekeliling dan menyadari jika akan ada pesta miras sebentar lagi.

Jimin, Hana, bahkan Rossie ada disana. Kedua gadis itu menatapku dan Jina tidak suka.
Wah, mereka masih menganggapku saingan? terserah saja aku tidak peduli.

Aku mengajak Jina menuju kamar di lantai dua yang biasa aku tempati, "Kau pakai baju yang ada di lemari saja."

"Kau sering kesini, ya?"

"Hmm," aku melemparkan diri pada ranjang besar, "Ketika Ibu keluar kota dan tidak bisa pulang aku menginap disini."

Jina mengikutiku untuk berbaring diranjang. "Temanmu sepertinya sangat asik, ya." Ujarnya. Aku memilih menghadap ke arahnya, "Bagaimana dengan temanmu saat disana?" tanyaku.

Jina terlihat berpikir kemudian tersenyum kecut, "Tidak ada yang benar-benar teman. Mereka hanya teman untuk mencari uang."

Ternyata Jina kesepian. "Kau bisa berteman dengan mereka, yah.. kecuali dua gadis tadi." Jina yang tertarik dengan ucapanku ikut berbaring menghadapku. "Mereka seperti medusa." bisikku padanya.

"Medusa?"

Ya, teruma Rossie! Teriakku dalam hati.

Oh, sepertinya Jina belum mengetahui perihal Jimin yang sebenarnya adalah teman sekaligus mantan kekasihku.

"Jimin mantan kekasihku." Lirihku kemudian kembali berbaring menghadap plafon putih. "Hah.. karena Rossie aku putus dengannya."

"Wanita seperti itukah yang Jimin sukai?"

"Entahlah.. mereka berteman sudah lama, Rossie sangat ketergantungan dengan Jimin. Awalnya aku biasa saja, tetapi saat dibiarkan terlalu lama aku juga merasakan cemburu."

"Cemburu itu wajar." Jina tersenyum padaku, itu adalah senyuman manis yang ia perlihatkan padaku pertama kali. "Aku juga terkadang seperti itu."

"Benarkah? cemburu pada siapa?"

Jina memutar tubuhnya, memberikan punggungnya padaku sedangkan ia terkikik senang. Aku yang penasaran mencoba kembali bertanya padanya sehingga ia mengaku jika ia memiliki kekasih bernama Namjoon yang sekarang bekerja menjadi polisi di Seoul.

Aku ingin terus menggoda Jina namun suara ketukan pintu menghentikan aksi saling menggoda kami. Aku membuka pintu dan Jimin ada disana. Memakai baju kaus hitam pendek dan celana pendeknya.

"Ayo ke bawah, yang lain sudah menunggu kalian."

"Ya. Kami akan menyusul."

Namun Jimin terus bergeming didepan pintu, aku yang tidak tahu apapun ingin kembali bertanya namun Jimin lebih dahulu berbicara, "Jina, bisa tinggalkan kami sebentar?"

Baiklah, apa yang kini ia rencanakan?

Jina menuruti Jimin, ia keluar kamar dengan tatapan mata yang menggodaku, oh ayolah...
Setelah Jina menghilang dari pandangan kami, tiba-tiba saja Jimin mendorongku masuk kembali ke kamar, mengunci pintunya dan mulai menciumku.

Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya, Jimin tengah mabuk?
Tetapi tidak ada rasa alkohol yang aku cicipi darinya. Aku mendorongnya dengan pelan dan Jimin berhenti menciumku secara sepihak.

"Ada apa denganmu?"

Aku bisa melihat tatapan mata Jimin yang frustasi, matanya yang biasa selalu menggodaku atau pun menatap penuh ketulusan kini berkaca-kaca, hendak menangis namun pria Park didepanku berusaha menahannya.

"Jimin.."

Ia tidak berbicara, Jimin hanya memelukku. Menyembunyikan lukanya pada bahu sempitku. Aku tidak bertanya kembali, aku hanya berusaha menenangkan Jimin melalui sapuan lembut pada punggung lebarnya.

"Aku merindukanmu." Bisiknya dengan suara yang serak. Aku mengeratkan pelukan padanya, aku juga sama merindunya dengan Jimin.

Jimin merenggangkan pelukannya perlahan, ia memandangi wajahku yang aku pastikan sangat jelek sekali saat ini. Saat aku melihat arah pandang matanya yang terus memandangi bibirku, aku tahu ia menginginkan ciuman kembali.

Aku pun menciumnya, tidak.. lebih tepatnya mengecup bibir tebalnya dengan singkat. "Ayo kebawah." Ajakku sembari melepaskan sepenuhnya pelukan kami. Aku berjalan mendahuluinya dan ia menyusul.

Perasaanku pada Jimin tetaplah sama. Belum ada yang bisa menggantikan posisinya di hatiku.

"Ya! Jangan lama!" Teriakan Jungkook hanya ku balas dengan ejekan sehingga ia yang gemas ikut mengejek.

"Jadi, ayo bersulang!!"

Kami duduk melingkar, lampu remang sengaja dihidupkan seperti itu. Aku tidak bersemangat karena Rossie masih menatapku tidak suka.
Sementara Hana dan Jina mulai akrab dengan bercerita mengenai kehidupan masing-masing.

Di antara ketiga pria yang ada disini, Taehyung satu-satunya yang paling tidak tahan dengan Alkohol, dalam artian ia hanya sanggup meminum sampai dua gelas saja. Untuk itu Taehyung sengaja hanya meminum colanya, menghiraukan Jungkook dan Jimin yang mengejeknya.

Sementara di antara kami para wanita, yang aku tahu Hana bukanlah peminum yang hebat. Untuk Jina aku belum mengetahuinya tapi sepertinya saudariku itu peminum yang hebat.

Rossie.. aku tidak tahu. Ini kali pertama aku dan dirinya minum di satu tempat yang sama.

Sedangkan aku, aku hanya sanggup meminum sampai empat hingga lima gelas saja. Tidak cukup payah untuk ukuran seorang wanita.

Jungkook menuangkan Alkohol pada gelasku, aku menggeleng, menolak keinginannya untuk minum. "Aku tidak ingin mabuk, bodoh!"

"Ck! jika kau mabuk Jimin bisa mengangkatmu ke kamar."

Itu dulu Jeon Jungkook, saat aku masih menjadi kekasihnya. ucapku dalam hati.

Taehyung yang masih dalam kesadaran full mengajak aku keluar, duduk di dekat kolam berenang dan memandangi bulan sabit malam ini.

"Kenapa tidak ada bintang?" tanyaku. Aku yakin pipiku sudah memerah karena Alkohol, namun kesadaranku masih ada tujuh puluh lima persen.

Taehyung tidak menjawab, pertanyaanku berlalu begitu saja. Aku bersandar pada sofa lembut disana, aku sudah mengantuk dan ingin segera tidur. Ketika hendak memejamkan mata, aku mendengar keributan yang terdengar samar-samar.

Aku mencoba mengintip dan disana ada Taehyung dan Jimin. Jimin tengah memegang kerah baju Taehyung, hei.. apa yang sedang mereka lakukan?

"Kalian bertengkar?" Tanyaku, bodoh sekali. Aku mencoba bangun, hendak melerai keduanya namun karena Alkohol sialan kakiku malah tersandung dan aku merasakan dinginnya air. []

tbc

The Journey [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang