#10

685 70 0
                                    

Happy reading, 💜

•••

"Jina.." Lirihku.

Gadis yang aku panggil dengan Jina mendekatiku, mencengkram kedua lenganku dengan kuat, "Apa yang kau lakukan disini?!" Ujarnya.

"Ayah.. Ayah dimana? Kau dan Ayah tinggal disini?"

Jina melepaskan cengkramannya dengan sedikit mendorong tubuhku, Jungkook langsung memegangku.

"Ya!" Teriaknya pada Jina.

"Kau.." Taehyung menunjuk Jina dan aku bergantian. Yah, Ketiga temanku memang belum pernah melihat Jina, adikku. Dan pasti ketiganya akan shock melihat kemiripan diriku dan Jina karena kami adalah saudari kembar.

Namun aku tidak mempermasalahkan temanku untuk saat ini, aku mendekati Jina dan kembali bertanya, "Dimana Ayah?!"

Jina melihatku tidak suka, lalu ia melempar pandang pada Jungkook dan Taehyung kemudian tersenyum tidak senang, "Kau hidup dengan bahagia.. sepertinya."

Perbedaanku dan Jina hanya ada di tahi lalat, Jina tidak memiliki tahi lalat dibawah matanya sedangkan aku punya. Warna tone kulit kami juga sedikit berbeda.. hanya itu yang membedakan kami.

"Pergi."

Aku menggeleng, aku ingin bertemu Ayah!

"Kau kenapa? Kita tidak pernah bertemu, aku merindukan dirimu dan Ayah."

"Tidak perlu berbohong, Jiya! Aish.. sialan!"

Jimin mendekat dan melempar tatapan tajam pada Jina, aku langsung mengatakan pada Jimin, "Jangan menatap adikku seperti itu, Jimin.."

"Adik?" Jina kemudian tertawa, tawa yang tidak lucu sama sekali.

"Jina.." lirihku.

"Aku ingin sekali menghancurkan wajahmu itu! Setiap aku melihat wajahmu— " Jina mengambil napas kemudian melanjutkan ucapannya, "Aku seperti tidak ingin bernapas lagi."

Disaat aku dan Jina tidak pernah bertemu sejak Ibu dan Ayah berpisah, mengapa ia menjadi seperti ini? Apakah aku pernah melakukan kesalahan padanya?

Jina kemudian pergi meninggalkan kami, aku mengejarnya namun Jina berlari dengan cepat.

"Jina!"

Jimin, Taehyung, dan Jungkook menyusulku. Aku melihat pada Jungkook dengan tatapan memohon padanya. Jungkook kemudian memelukku, "Kita akan menemukan Ayahmu." Ujarnya sembari menenangkanku.

Kami akhirnya memilih pulang ke Villa. Liburan kali ini sepertinya akan dibatalkan, digantikan dengan kami yang akan mencari Ayahku.

Ah, aku merasa bersalah pada teman-temanku. Aku yang murung sejak kejadian dua jam yang lalu membuat Taehyung frustasi.

"Ayolah, Jiya.." ia terus membujukku dan aku menyuruhnya keluar dari kamarku karena aku ingin sendiri.

Jina dan Ayah.. seperti apa hidup mereka?

Aku dan Ibu tidak pernah bertemu keduanya setelah orang tuaku berpisah. Ayah bahkan tidak pernah mengirimiku pesan atau sekedar surat, aku yakin Ayah belum melupakan alamat rumah kami dulunya. Apa.. Ayah memang ingin melupakanku dan Ibu?

Aku merindukan keduanya, setelah sekian lama.. hah— apa aku harus memberitahu Ibu jika aku bertemu Jina?
Apa Ibu akan senang mendengarnya?

Tentu saja, bukan? Jina adalah anak Ibu.

Ketika hendak menekan nomor Ibu, aku menghentikannya setelah memikirkan ulang. Ibu tidak pernah menanyakan Jina, menceritakan Jina, atau pun sekedar menyebut nama Jina.

The Journey [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang