#23

390 42 6
                                    

happy reading, 💜

•••

JIMIN POV

Sudah dua bulan lamanya sejak perbuatanku di flat Jiya terjadi. Sejak saat itu pula ia menjauhiku, aku tahu dengan pasti ketika berada dikampus ia akan bersembunyi ketika aku akan lewat. Jika tak sengaja bertemu di koridor biro kampus, ia akan memutar balik demi menghindariku. Taehyung dan Jungkook mengatakan bahwa hubungan mereka dan Jiya tentu saja masih baik-baik saja walau Jiya berubah menjadi lebih pendiam dari pada biasanya dan tidak pernah mau diajak berkumpul bersama.

Satu-satunya cara agar aku bisa melihat Jiya dengan leluasa adalah dengan melakukan perbuatan tidak terpuji ini.. maksudku yah— aku tidak bisa membenarkan diriku yang diam-diam memantau Jiya dari kejauhan, mengikutinya kemana pun gadis yang ku cintai itu pergi.

Bahkan saat ini aku dengan bodohnya duduk dibelakang kemudi, mengamati Jiya-ku yang tengah bekerja di toko swalayan jenis minimarket. Jendela besar toko itu memudahkanku melihat aktivitas Jiya yang tengah melayani pembeli disana.

Gurat kelelahan tidak jarang aku temui, ia akan memijit bahunya sembari menunggu pembeli datang dan akan tersenyum ceria ketika ada yang membeli. Gadisku sangat gigih dan aku bangga padanya.

Namun aku tidak senang pada situasi saat ini. Jiya tidak pantas bekerja sampai larut seperti itu, Jiya harusnya tetap belajar dan tinggal dirumahnya bersama Ibunya.

Ini semua karena si tua bangka ayahku— yah ia ayahku, yang dulu sangat aku hormati namun semua hilang begitu saja saat aku mendapati ia berselingkuh dengan Ibu dari kekasihku.

Aku menyayangkan hubunganku dan Jiya yang tercerai berai karena ulah ayahku itu, mereka tidak pantas bahagia ketika aku disini menderita. Setiap aku melihat Ibuku dirumah, saat ia tengah mengurus ayahku dengan tulus— aku ingin menangis dan berteriak pada Ibu jika lelaki yang tengah ia perhatian makan dan tidurnya telah berkhianat.

Karena itu aku tidak tahan jika pulang kerumah dan memutuskan menyewa apartemen yang tidak jauh dari lokasi flat milik Jiya.

Saat ini pukul sepuluh malam dan saatnya Jiya untuk pulang, aku menutup buku ditanganku karena melihat Jiya sudah membereskan minimarket dan menutupnya. Wajahnya yang lelah— ohh.. cintaku begitu kelelahan malam ini.

Aku mengikuti Jiya sampai ke halte bus, ia menunggu disana sembari memandang lurus. Aku tidak tahu apa yang ia pikirnya, namun wajah sedihnya memberitahuku jika Jiya tidak pernah baik-baik saja.

Bahkan sampai Jiya sudah berada di depan flatnya, aku masih menunggu sampai ia naik dan masuk ke dalam kamar miliknya, menunggu lampu kamarnya mati kemudian pergi dari sana.

Sebut saja aku pengecut namun hanya ini cara yang aku punya untuk saat ini. Aku tidak mau Jiya merasa tidak nyaman dengan kehadiranku disekitarnya— walau setiap aku memandangnya.. aku ingin berlari dan memeluknya dengan erat. Aku rindu dengan tawanya, perhatiannya padaku dan suara manjanya yang membuat hatiku berbunga-bunga.

Ia adalah gadis yang paling aku cintai.

Tidak ada yang seperti Jiya di dunia ini. Aku mati jatuh cinta padanya.

•••

Getaran ponsel pada kantong celana membuatku agak tidak berkonsentrasi pada jam kuliah kali ini, didepan sana ada seorang dosen yang juga berprofesi sebagai hakim di kota ini tengah mengajar dengan serius.

Ponselku terus bergetar tiada henti, aku melirik ke depan dan mendapati dosen pria itu tengah fokus dengan layar putih didepan sana. Aku mengambil ponselku dan mendapatkan Taehyung yang terus mencoba menelponku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Journey [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang