Happy reading, 💜
•••
Jungkook POV
Ada yang tidak beres terjadi diantara kami, hal itu dimulai sejak Jiya yang mengalami pelecehan, putusnya hubungan Jiya dan Jimin sampai kini Taehyung dan Jimin sedang tidak berbaikan.
Aku memeluk Jiya yang menangis dengan terus memanggil Ibunya, aku tidak tahu masalah apa yang menimpanya karena Jiya belum menceritakan apapun. Sebenarnya bisa saja aku mencari tahu lewat orang suruhanku, namun itu akan mengganggu privacy Jiya karena aku tidak pernah menggunakan kekuatan orang suruhanku padanya.
Setelah Jiya kembali tidur, kami bertiga memutuskan untuk keluar dan membiarkan Jiya tidur dengan tenang. Kami menunduk, memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.
Keheningan itu terhenti ketika Jimin mulai membuka suara.
"Sepertinya.. kalian harus tahu alasan sebenarnya aku putus dengan Jiya."
Aku dan Taehyung sama-sama mendengarkan, "Aku mencintai Jiya dan —"
"Tapi apa maksudmu dengan terus-terusan bersama dengan Rossie?!" Marah Taehyung, aku melerai keduanya dan membiarkan Jimin kembali melanjutkan ucapannya.
"Untuk itu.. aku benar-benar tidak ingin menyakiti Jiya, tapi hanya cara itu yang bisa membuat aku dan Jiya merenggang. Bagiku Rossie bukanlah siapa pun, aku jahat karena menggunakannya sebagai alat, tidak benar-benar suka padanya."
Taehyung hanya berdecih yang sepertinya ia muak dengan Jimin, "Lanjutkan." Ujarku pada Jimin dengan tidak sabar.
"Mungkin hal ini juga berkaitan dengan apa yang Jiya alami, aku tahu cepat atau lambat Jiya akan mengetahui hal ini juga."
"Hey.. jangan berbasa-basi!" Ujar Taehyung. Jimin memejam beberapa detik yang aku tahu bahkan apa yang ia akan ucapkan terdengar berat baginya.
"Seperti yang kalian tahu, Ibu Jiya bekerja di kantor firma hukum milik ayahku.. dan.. sekitar lima? atau enam bulan?.." Jimin seperti mengingat-ingat, "Yang pasti.. aku memergoki Ayahku dan Ibu Jiya—"
"Tunggu-tunggu..." Aku menghentikan Jimin, "Bisa kau ceritakan dengan benar?! apa yang kau maksud?"
Jimi memandang sedih padaku dan Taehyung, aku tahu ia tengah berusaha menahan air mata, "Ayahku berselingkuh dari Ibuku.. berselingkuh dengan Ibu Jiya.." Lirihnya sembari memandangku dan Taehyung pilu.
Aku dan Taehyung tentu saja sangat kaget, aku masih mencerna ucapan Jimin takut jika aku salah mendengar. Apa Jimin sedang tidak waras? Ibu Jiya dan Tuan Park?
Aku membola ketika mengingat ucapan Taehyung mengenai pesan Ibu Jiya tadi padaku. Tanpa sadar aku dan Taehyung saling berpandangan, masih berdiam diri dengan ekspresi terkejut dan tidak percaya yang sangat kentara.
"Aku menyayangi Ibu Jiya.. namun ikut membencinya.." Kini aku mulai menyusun puing kejadian dan ingatan beberapa bulan kebelakang. Tentang Jimin yang tiba-tiba menjadi sangat pendiam, Jimin yang menyakiti Jiya, kedekatannya dengan Rossie dan.. Jimin yang jarang ikut menemani Jiya dirumahnya atau sekedar mampir untuk makan kaserol daging buatan Ibu Jiya yang menjadi favoritnya.
"Dari pada Ibu Jiya.. aku lebih memilih melindungi Ibuku, aku.. tidak ingin Ibuku menjadi sakit.. sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk menyakiti Jiya demi memuaskan hasrat balas dendamku pada Ibunya." Ucap Jimin dengan suaranya yang bergetar.
Melihat Jimin menangis adalah pemandangan yang sangat langka, jika biasanya kami akan mengambil ponsel dan mengabadikan momen ini dan menjadikan lelucon dikemudian hari, oh.. tentunya aku berharap seperti itu.
"Sial." Umpat Taehyung. Aku tidak tahu apa yang pria Kim itu pikirkan. Kini aku hanya ikut bingung dan pusing seperti meminum beberapa botol minuman keras, ingin muntah karena situasi kini tidak sejalan dengan apa yang aku harapkan.
"Dimana kau menemukan dua orang itu berselingkuh?" Tanya Taehyung. Guratan air wajahnya mengatakan ia ikut terluka dan kecewa.
Jimin tersenyum, apa ia waras?
"Kalian pasti tidak percaya.." kemudian wajahnya kembali serius dengan mimik amarah tercetak jelas. "Rumahku, rumah Jiya, dikantornya, bahkan di mobil si tua bangka itu!" Jimin menunduk sembari menjambak rambut kecoklatannya. "Aku bahkan melihat tubuh keduanya tanpa sehelai benang pun, aku melihat tawa keduanya saat melakukan dosa itu!"
Aku mendekat padanya, menepuk bahunya dan sedikit memeluk.. ingat hanya sedikit, dan itu untuk memberitahunya jika aku mendengarkan dan memperhatikan segala ucapannya.
"Apa mereka tidak pernah memikirkan Ibuku?" Bahu Jimin semakin bergetar. Aku sedikit panik dan melihat Taehyung mencari bantuan, namun si kunyuk itu ikut menangis entah sebab apa. Aku juga sedih dan kecewa, tetapi jika aku menangis, lantas siapa yang menjadi bahu untuk keduanya.
•••
Jiya POV
Aku melihat ponsel yang terus bergetar sedari beberapa menit yang lalu. Itu adalah panggilan kesekian kalinya dari Jina dan Ibu. Beberapa rentetan pesan juga ikut menganggu siang hariku.
Aku tidak pernah keluar dari kamar ini sedari pagi. Tidak ada yang membangunkanku, dan aku bersyukur ketiga lelaki itu tidak menggangguku.
Pikiranku kembali kepada kejadian kemarin, saat tuan Park dan Ibu yang berada didalam satu kamar yang sama. Siapapun tahu jika mereka telah selesai bersetubuh jika melihat keadaan itu.
Perut yang sedari tadi meminta di isi aku hiraukan.
Setelah ini aku akan kemana? aku tidak akan bisa tinggal bersama Ibu yang telah mengecewakanku, yang merusak kepercayaanku. Itulah yang aku pikirkan sedari tadi. Aku harus bagaimana jika dihadapan Jimin dan Ibunya?
Ibu Park sangat baik padaku, senyumnya yang mirip seperti Jimin sangat hangat dan indah. Ibu Park selalu memberiku pelukan dan dukungan, ia selalu ada untukku dan Ibu kandungku kini telah menyakitinya.
Sejak kapan hubungan mereka dimulai?
Apa Jimin sudah tahu?
Ketika pikiranku terus mencari jawaban itu, aku menemukan sebuah petikan isyarat dari Jimin beberapa bulan kebelakang. Saat ia mulai menjauh dariku dan mendekati Rossie secara terang-terangan.
Jimin. Aku. Rasa. Ia. Sudah. Tahu. []
tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey [M]
FanfictionJimin, Taehyung, dan Jungkook memang selalu bersama-sama. Ditambah dengan sahabat perempuan mereka tentu saja. 4 Juni 2021