#17

214 28 4
                                    

Happy reading, 💜

•••

"Dia sudah gila."

Aku tahu itu adalah suara milik Jeon Jungkook.

"Lihat, dia sudah bangun. Aku mau buang air besar."

Sama seperti tadi pagi, aku kembali melihat atap kamar yang biasa aku tempati jika ada dirumah Jungkook.

"Jiya, kau tidak apa-apa?"

Kemudian terdengar suara pukulan diikuti ringisan dari Taehyung, aku mencoba menyesuaikan mataku dengan cahaya lampu.

"Jangan ditanyai. Ia baru bangun."

Park Jimin.

Ah, benar.

Kejadian tadi pagi, saat aku memergoki Ibuku dengan Ayahnya. Apa Jimin tahu? Jika Ibuku adalah selingkuhan Ayahnya, si simpanan pria tua kaya raya.

Aku bersandar pada kepala ranjang, memandangi kedua sahabatku— yang wajah mereka masih terdapat luka disana-sini. Melihat jam di dinding, sudah pukul delapan malam dan aku sangat lapar.

"Kau ini hobi sekali ya membuat orang khawatir? Jika saja bibi-bibi itu tidak menemukanmu dijalan dan menelponku, kau pikir kau akan selamat? Bayangkan jika ada pria jahat mau memperkosamu saat kau pingsan tadi?!"

"Diam, Jung." Lirihku. "Aku lapar." Jungkook baru saja keluar dari kamar mandi itu sangat cerewet, kenapa banyak wanita yang ingin menjadi kekasihnya?

"Aku bawakan makanan untukmu." Ujar Jimin dengan cepat, saat ia akan keluar aku melarangnya. Aku mengatakan jika ingin makan dibawah saja, tidak dikamar karena aku mulai bosan dengan kamar ini.

"Aku tidak sakit!" Ucapku ketika Taehyung hendak menggendongku.

"Aku papah saja, ya?"

Aku tidak menghiraukannya, memilih keluar dari kamar dan ketiganya hanya membuntutiku seperti anak ayam.

"Duduklah, akan aku panaskan makanan untukmu."

Park Jimin. Apa kau tahu?

Aku bahkan tidak berani menatapnya lagi, seperti aku melakukan kejahatan padanya. Ya, memang benar seperti itu, aku adalah anak selingkuhan Ayahnya. Astaga, dosa apa yang aku lakukan di masa lalu?

Perjalan hidupku tidak mudah, aku muak, aku ingin berhenti.

"Kenapa melamun?" Wajah Taehyung ada didepanku, ia menyerong demi bisa melihat wajahku dengan cara seperti itu.

Apa mereka masih mau berteman denganku? Aku takut jika mereka meninggalkanku, aku takut— takut jika Jimin membenciku.
Tak apa jika kami putus, tetapi jangan dengan berpisah. Tak apa jika status kami saat ini hanyalah sekedar sahabat.

Jimin, jangan benci diriku.

•••

Taehyung POV

Aku tahu ada yang salah dari Jiya, tidak biasanya ia terdiam dan melamun, bahkan memilih tidur cepat. Jungkook sedang bermain game, Jimin duduk diluar dengan buku ditangannya.

Dan aku.. aku memilih duduk dikamar Jiya, menatap gadis yang selalu aku puja setiap harinya. Gadis cantik dengan mulut kecilnya— satu-satunya gadis yang aku cintai selain Ibu dan nenekku tentu saja.

Jiya adalah cinta pertamaku, cinta pertama yang bertahan hingga sekarang. Aku mulai jatuh cinta padanya saat kami memasuki sekolah menengah atas, saat kami sering bertemu dan bermain bersama.

Sahabat-sahabatku tentu saja tidak tahu, aku menyembunyikan perasaanku dengan sangat baik. Sampai Jiya dan Jimin berpacaran, aku masih tetap diam. Tidak berani bertindak lebih, bertindak sewajarnya seorang sahabat.

The Journey [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang