#22

223 36 6
                                    

happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



happy reading

•••

Jam sepuluh malam disaat aku hendak terlelap karena kelelahan mengerjakan tugas kampus, belajar, dan bekerja part time. Badanku yang tidak biasa bekerja secara berlebihan sangat letih, aku hanya ingin terlelap dengan damai menikmati harumnya lilin aroma terapi yang aku bakar beberapa menit yang lalu.

Namun bunyi bel malam ini menggangguku. Kali ini siapa lagi?

Aku berjanji jika didepan sana adalah orang yang tidak aku harapkan datang, pintu itu tidak akan pernah terbuka. Dengan pelan aku berjalan kemudian mengintip siapa gerangan tamuku malam ini.

Seorang wanita paruh baya dengan baju kantor yang masih melekat berdiri disana, wajahnya yang awet muda dengan polesan make-up tipis membuatnya semakin cantik diusia yang tidak lagi muda.

"Ibu.." Lirihku.

Salah seorang yang tidak pernah aku harapkan kehadirannya ada disini untuk saat ini.

Ibu menekan bel kembali, "Jiya. Jiya. Ini ibu!"

Besok aku akan meminta maaf pada tetangga flat ku jika suara ibu menganggu jam istirahatnya. Aku menangis karena mendengar suara ibu yang sangat aku rindukan, yang beberapa minggu lalu masih menjadi wonder women-ku, satu-satunya wanita yang aku sayangi dengan sepenuh hati.

Aku bersandar pada pintu, masih mendengar ibu memanggilku.

"Jiya.. maafkan Ibu, nak." suara Ibu yang menangis membuatku semakin hancur. "Ibu sangat menyesal, Jiya.. ayo kita pulang.."

Aku menggeleng pelan, Ibu tidak benar-benar menyesal. Aku melihatnya bersama tuan Park beberapa hari yang lalu ketika tengah dalam perjalanan pulang dari minimarket. Mereka terlihat mesra dengan jemari menggandeng satu sama lainnya.

Apa yang Ibu pikirkan?

Ia bisa saja memiliki kekasih, aku tidak pernah melarangnya. Namun bukan berarti tuan Park-lah orangnya. Kesalahan Ibu membuat hubunganku menjadi hancur, sahabatku yang pergi meninggalkanku, aku yang menjadi gadis penuh dengan kesedihan.

"Besok Ibu akan kembali.. jaga kesehatanmu, anak-ku." Kemudian tidak terdengar lagi suara apapun diluar sana. Aku kemudian menangis keras, meratapi nasibku yang menyedihkan.

•••

"Oke.. minum obatmu kak Jiya, semoga lekas sembuh.."

Aku menutup panggilan telepon dengan Yeonjun setelah memberitahunya jika aku sedang sakit, terserang demam dan sakit yang hebat pada kepalaku. Aku menggigil sembari merapatkan selimutku.

Mungkin aku terlalu banyak menangis dan berpikir berlebihan sehingga tubuhku tidak mampu untuk bertahan. Aku memutuskan untuk tidur setelah meminum obat yang selalu aku siapkan dari jauh-jauh hari.

The Journey [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang