#21

167 31 3
                                    

happy reading, 💜

•••

Dokter psikolog-ku mengatakan jika aku harus melawan rasa takut dengan lawan jenis yang tidak aku kenal. Belakangan ini banyak lawan jenis yang aku temui dan aku baik-baik saja, mulai dari kak Hoseok dan Yeonjun sampai tetangga flat-ku yang bernama Seokjin.

Tetapi rasa takut itu masih tetap ada jika dihadapkan dengan pria yang mirip seperti pria menjijikkan pada malam itu. Seorang pria yang aku rasa sedikit mabuk berdiri didepan kasir memandangiku dengan intens. Aku berusaha agar tidak terlihat takut walaupun tanganku yang gemetar begitu kentara, "T-terima—kasih.." Aku menunduk tidak berani menatap pria itu dan untung saja ia langsung pergi sehingga aku bisa bernapas dengan lega dan terburu-buru sembari memegang dadaku yang berdetak tidak karuan.

Aku kira.. aku hampir mati tadinya.

Jam 11 siang aku memiliki jadwal dikampus, Yeonjun akan datang beberapa menit lagi dan aku tengah bersiap-siap membereskan barang dan menghitung barang hari ini agar Yeonjun tidak kesulitan. Sore nanti aku akan kembali bekerja bergantian dengan Yeonjun.

Sudah seminggu sejak aku bekerja disini dan selama itu juga sejak kejadian di flat-ku bersama Jimin. Hubungan kami yang merenggang membuatku sangat sedih, aku terpukul dengan apa yang Jimin perbuat. Aku tahu Ibu telah melakukan dosa besar padanya, tapi.. apakah aku pantas menerima karma itu?

Sementara Taehyung.. yang aku tahu dari Jungkook ia masih berada di paris yang aku sendiri tidak tahu sedang melakukan apa. Apa ia tengah menemani orang tuanya berbisnis atau perjodohan lain yang orang tuanya rencanakan untuknya. Taehyung sama sekali tidak membalas pesanku dan aku cukup sadar diri jika aku bukanlah prioritas ketiganya lagi.

"Kak Jiya?"

Aku terjatuh ketika suara Yeonjun mengagetkanku, "Maaf, maaf.. kau pasti terkejut!"

Yeonjun membantuku berdiri aku tersenyum malu padanya karena ketahuan tengah melamun disaat jam kerja. Aku berganti pakaian kampusku dan berpamitan pada Yeonjun.

Menaiki bus selama 20 menit menuju kampus tidak terasa lama karena aku yang terus melamun sepanjang perjalanan. Untung saja aku tidak kelewatan halte yang aku tuju.

Saat akan sampai gedung fakultasku, aku melihat ketiga sahabat— oh masihkah mereka sahabatku? entahlah. Aku berhenti dan melihat ke arah gazebo dimana ketiganya ada disana. Jimin dan Taehyung yang tertawa pada dua orang gadis yang— memakai baju tipis dan pendek di kampus. Sedangkan Jungkook tengah sibuk dengan ponsel dijemarinya.

Taehyung ada disana, entah kapan ia kembali ke Korea dan aku merasakan mataku memanas melihat ketiganya yang baik-baik saja. Yah— setidaknya aku bukanlah beban lagi bagi mereka.

Aku berjalan dengan cepat karena tidak ingin mereka melihatku. Sesampai dikelas yang akan dimulai sebentar lagi, aku sangat berkeringat karena berjalan dengan terburu-buru.

Kemudian aku baru menyadari beberapa orang berbisik dan melihat ke arahku. Apa yang terjadi?

Rani datang tergesa-gesa padaku, ia terlihat— entahlah. Kemudian ia langsung bertanya, "Jiya.. are you okay?"

"Ya." Jawabku.

"Benarkah? huhh.." Rani bernapas lega disebelahku.

"Ada apa?"

Ia kemudian kembali melihatku, "Kau tidak tahu? base kampus sedang membicarakanmu." Aku menggeleng dengan kikuk karena tidak tahu apapun yang Rani maksud. Melihat ketidaktahuanku, Rani kemudian memberikan ponselnya padaku. Aku melihat beberapa postingan tentang diriku disertai beberapa fotoku disana.

The Journey [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang