#09

696 70 3
                                    

Happy reading, 💜

•••

"Masih kelihatan?"

"Tidak,"

"Jangan berbohong!"

"Astaga tidak!"

Aku mengeratkan jaket Taehyung di pinggangku, dengan kesal aku kembali duduk di kursi kafetaria.

"Nanti harus kau cuci sampai bersih dan tidak ada noda sedikit pun!"

"Ck, Iya aku juga paham!" Aku tiba-tiba kehilangan mood, ini karena aku sedang datang bulan dan nodanya tercetak jelas di Jeans putih yang aku pakai. Tadinya aku ingin menangis sebelum Taehyung menolongku dengan membelikan pembalut di minimarket dan meminjamkan jaketnya untuk menutupi noda merah itu.

Memalukan!

Tapi untung saja ada Taehyung, disaat seperti ini ia memang cukup berguna.

Seorang gadis duduk didepan kami, ia adalah Kim Nana. Ah, aku tahu... ia dan Taehyung pasti sudah janjian disini. Karena tidak mau mengganggu aku perlahan membereskan barang bawaan dan memasukkannya ke dalam tas, aku berbisik pada Taehyung, "Aku pulang, dahhh.. semoga berhasil."

Aku mengabaikan Taehyung yang melotot padaku. Hubungan percintaannya dengan Nana harus berhasil karena Nana adalah satu-satunya gadis paling baik yang Taehyung dekati.

Mengapa aku mengatakan hal seperti itu?

Karena sebelumnya gadis yang dekat dengan Taehyung terlalu agresif bahkan pernah beberapa ada yang menemuiku dan mengatakan hal-hal aneh.
Seluruh mahasiswa di kampus kami bahkan tahu jika aku adalah sahabat Taehyung, kenapa mereka masih saja menganggap aku ini ancaman?

Dasar aneh.

Langkahku terhenti ketika Jungkook memanggilku dari kejauhan, ia memakai motor besarnya dan menghampiriku. Dari balik helm fullface-nya, aku masih bisa melihat ia tengah tersenyum dari mata bambinya itu.

"Apa?"

"Ayo, pulang bersamaku,"

"Pacarmu?"

"Hana sedang ada jam kuliah,"

"Kau... tidak menunggunya?"

Jungkook melepas helm-nya, meletakkan didepan dan mencondongkan badan kearahku, "Aku bukan supirnya."

Aku mengangkat bahu sekedar meresponnya lalu aku naik ke atas motornya setelah melepas helm berwarna putih yang tergantung dibelakang motornya.
Itu adalah helm-ku sebelum Hana mengambil alih segalanya.

"Ayo supirku!" Teriakku. Namun Jungkook tidak melajukan motornya, ia malah melirikku dengan matanya yang ganas namun tidak menyeramkan.

"Apa?"

•••

"Maaf Jungkook, aku tidak tahu akan seperti ini.."

"Bukan salahmu."

Sebenarnya aku tidak terlalu merasa bersalah, namun yah.. putusnya Jungkook dengan Hana memang karena Jungkook yang membonceng aku pulang, maksudnya pulang kerumah Jungkook karena pria Jeon itu membawaku kerumahnya tanpa persetujuanku.

"Lagi pula Hana memang agak menyebalkan."

"Ya!" Teriakku padanya.

"Apa? Memang benar."

Aku menyilangkan tangan, kemudian mulai mengoceh pada Jungkook yang hanya di anggap angin lalu olehnya. Jungkook memang menyebalkan— tidak bukan Jungkook saja, tetapi Taehyung dan Jimin.. ketiganya menyebalkan dan kenapa aku bisa tahan berteman dengan mereka?

The Journey [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang