7- Me Time

156 124 81
                                    

"Tuh kan udah gue tebak! Abang lo gak bakal bisa nolak!" Sontak Laura sembari mengunyah tart stroberi pemberian Rama.

"Kalau udah sama Laura, kamu aman sayang." sambung Ms. Radha yang tengah memoleskan masker ke wajahnya.

"Iya dong." Acha menyilangkan kakinya dan meletakkan bantal diatasnya.

"Oh iya, Acha, kamu udah tau siapa yang ngirim kue ini?"

"Udah dong, Tante. Kan, Laura juga yang bantuin Acha."

"Oh ya? Jadi siapa tuh yang ngirim? Gebetannya Acha ya?" Goda Ms. Radha.

"Ah, Mama, enggak lah! Acha nggak punya gebetan!"

Acha menatap Mamanya sekilas dan memasang earphone di telinganya dengan volume tinggi.

"Acha nggak pengen denger apapun dari makhluk es itu." Rengeknya yang sebenarnya sudah sangat muak.

"Trus siapa?"

"Itu lho, Tante, disekolah itu ada 2 cowok kembar, mereka primadona semua cewek di sekolah. Ya, termasuk aku juga sih, Tante, heheh."

"What, trus gimana? Mereka yang ngasih?"

"Nah itu dia. Jadi kan mereka itu, kakaknya namanya Satya, kalo adiknya namanya Rama. Nah, yang ngasih kue ini, adalah Rama, Tante."

"Wahh, Acha beruntung lho!!" Seru wanita itu.

Acha terihat datar, walaupun ia melewatkan informasi penting dari Laura karena headset yang menyumbat telinganya. Acha sama sekali tak mendengar apapun selain musik yang ia putar melalui headset.

"Mereka itu lho Tante, keren banget, hampir sempurna paripurna 100% deh Tante. Laura berani jamin! Mereka tuh udah kayak artis Korea di film Pinocchio itu lho, Tantee!"

"Ooh maksud kamu si Ki Ha Myung sama Ki Jae Myung itu?"

"Nah pas banget deh Tante!! Sebelas duabelas malah!" Sergahnya sembari meneguk jus jeruk.

"Lebihnya lagi, Acha juga bakal ikut kegiatan Go Green bareng Satya, dia ketua OSIS paling keren sejagat raya, Tante. Kalo Laura jadi Acha, Laura bakal jingkrak jingkrakan di kawah gunung Agung!"

"Jinjjah? Tante seneng banget dengernya, kalo gitu.."

DAN BLA BLA.

Acha sama sekali terlihat tak tertarik dengan topik berita heboh dan rusuh dari Laura dan Mamanya itu. Dan disaat itu juga, Acha baru melepaskan earphone nya.

"Ma, ini kita jadi nonton episode serunya apa batal?" Sergahnya kemudian.

"Ooh jadi dong sayang." jawabnya.

Rumah pohon di taman belakang rumah kini menjadi membosankan. Acha lebih memilih melihat Bastian dan Aidan yang sibuk tik tokan di bawah pohon.

"Yahh, kita harus nunggu satu jam lagi nih, Mama lupa nge charge laptopnya, mohon ditunggu ya cantik cantik nya Mama."

"Yahh, padahal Laura udah nggak sabar banget,"

"Sabar, Ra, mending kita buat tugas kimianya dulu. Karna orang sabar, jidatnya lebar." Acha tertawa lepas.

"Mending gue nggak sabar kalo kayak gini, Cha. Bisa ilang ntar cantik gue."

"Kalian juga boleh pakai maskernya ya. Mama udah buktiin ini bangus banget, loh. Ini Mama yang buat sendiri, adem rasanya baru pake di wajah."

"Eh, bener lho, adem," Laura mulai memoleskan masker ke wajahnya.

"Iya dong, sinih, Mama pakein masker buat Acha." Sambungnya.

"Tapi Ma, ini maskernya kan warnanya putih, ntar kalo Acha pake, Acha keliatan kayak kuntilanak ntar Ma!" Rengeknya.

"Anak mama kan cantik, udah kayak miss univers. Mana mungkin wajah secantik bidadari kahyangan ini dibilang kuntilanak, malahan Acha makin cantik."

"Nah bener tuh, Cha. Lagian cuma kita bertiga doang yang ada disini." Sergah Laura.

Kalau sudah begini, Acha nggak bisa berkutik.

***

Pukul 14:45.

"Trus kalo ikatan ion antara Na+ dan Cl- lambang Lewis nya gimana Ra?"

"Ohh itu mah semut,"

"Acha kan nanya ikatan ion garam dapur, kenapa malah nyebut semut sih Ra? Kenapa nggak lebah aja? Lebah kan lucu, loreng loreng manis gitu."

"Bukan gitu, Acha, maksud gue tuh gini, NaCl itu termasuk senyawa ion."

"Wait, kalau yang bagian ini gimana? Kenapa magnesium digolongkan ke golongan dua?"

"Ya karna magnesium itu gak pernah diusik orang ketiga, makanya magnesium langgeng banget."

Acha mendatarkan tatapannya. Tangannya bersiap mengambil sandal untuk ia lemparkan ke wajah Laura, tapi Laura mencegahnya dengan cengiran tak berdosanya.

"Udah deh Ra! Serius dong."

"Lo tau kan gue nggak bisa diajak serius." Laura tertawa lepas.

Acha hanya bisa memutar bola matanya malas, mengiyakan saja ucapan sahabatnya itu, juga belajar untuk sabarr.

"Nah kalo soal yang ini gimana? Mengapa disebut ikatan kovalen tunggal?"

"Ya mungkin karna ikatan kovalen itu nggak laku laku, jadi dia jomblo terus, makanya disebut ikatan kovalen tunggal, gitu ceritanya."

"Siapa ngasih teori gila itu?"

"Para orang orang baper kayak gue lah Cha! Yang cintanya tak terbalas karena selalu gue pendam dalam-dalam." Ujarnya sok puitis dan agak alay.

Acha kembali menatap datar sahabatnya itu.

"Udahan bercandanya, sekarang kita selesaiin tugas ini!"

"Hehehe, biasalah Cha. Refreshing."

"Iya Ra. Iya!"

"Oke oke, besok pas presentasi, gue baca bagian ini, dan lo yang ini. Ini nggak susah susah amat sih, lo cuma perlu tulis ikatan kimianya dipapan, trus gue yang jelasin. Okey? Tugas finish, saatnya nonton drakor!"

"Yeah akhirnya! Acha udah nggak sabar banget nunggu bagian ini!"

"Udah kelar buat tugasnya?" Celetuk Ms. Radha membawa 3 mangkuk ramen.

"Udah dong tante!" Seru Laura bersemangat.

"Nih, ramen spesial ala Japanesse, kalian habisin, jatah Aidan sama Bastian udah diamankan di polres setempat." Ucal wanita itu yang langsung diangguki kepala oleh Acha dan Laura.

"Ra, makan telor punya Acha ya, mungkin Mama lupa nggak naruh telor ini di ramen punya Acha." Bisiknya seraya memindahkan telur yang mengapung di atas ramennya ke mangkuk milik Laura.

"Ohh silahkan, zeyeng."

Acha memang tak suka dengan telur setengah matang yang beluber sana sini. Palingan, dia lebih suka makan telur ceplok atau telur rebus.

"Ramen buatan Mama nggak ada duanya!" Acha lalu melahap ramen tanpa telur setengah matangnya itu.

Laura mengangguk, membenarkan ucaoan Acha. "The bestt emang Tantee!!" Ujarnya yang kemudian mendapatkan ucapan terimakasih dari Mrs. Radha dengan bahasa Jepang.

Beberapa saat kemudian, suara teriakan dari bawah terdengar rusuh. Siapa lagi kalau bukan dua tik tokers yang kurang waras itu.

"Mama! Ramen punya Aidan kok nggak ada telornya?! Dibawa terbang burung atau emang telornya habis sih Ma?!!" Teriaknya.

"Yaampun, pantesan!" Desis Acha.

"Yah, pasti deh ketuker, punya siapa ya?" Tanya Ms. Radha.

"Punya Acha Tante, barusan telornya dikasih ke Laura. Hehe."

***

"RAM! BUKA PINTUNYA NGGAK?! GUE TAU LO NGAMBIL FLASHDISK ITU DARI LAPTOP GUE!!"

Satya berkali kali menggedor pintu kamar kembarannya itu. Namun Rama tak mendengarnya. Ia asyik memainkan vidio game, dengan Headphone yang menyumbat telinganya.

PANTAS SAJA.

"WOY! KAMPRET! LO PENGEN GUE HANCURIN NIH PINTU?! HAH?!"

"Kerusuhan apa sih itu?" Rama membuka sedikit Headphone-nya.

"EH, LO DENGER GUE NGGAK SIH?! BUKA PINTUNYA!"

"HEH, RÈSE AMAT SIH LO SAT! BUKA AJA! PINTUNYA NGGAK GUE BORGOL!" Teriaknya.

"Dasar makhluk batu zaman purba," batin Rama.

Satya mengernyitkan keningnya.

"Nggak di gembok? Perasaan dari tadi gue gedor gedor nih pintu udah kayak pintu penjara." Batinnya, membuka pintu.

EH BUSET, PINTUNYA BENERAN KEBUKA SECARA DAMAI.

"Diem kan lo? Makanya kalo niat kesini tuh jangan emosi! Pintu gak gue borgol, lo gedor gedor! Basi amat."

"Eh, gue kesini nggak pengen bersilahturahmi! Balikin flashdisk laptop gue!"

"Ngaco amat." Rama masih sibuk dengan vido game nya.

Satya berusaha menstabilkan emosinya.

"Lo balikin flashdisk nya atau gue bakal lempar vidio game itu,"

"Nggak ada di gue! Maksa amat sih lo!"

Tanpa merespon, Satya langsung menggeledah kembarannya itu.

"Eh, eh, mau apa lo?! Eh Sat! Gak sopan!"

"Diem lo."

Satya terus menggeledah kembarannya itu.

"Sat, udah! Geli gue! Lo geledah gue atau mau ngelitikin sih?! Eh, beruang kutub!" Rama berusaha menghindar dari kakaknya.

"Lo bisa diem nggak sih? Atau perlu gue ambil benang jahit buat jahit mulut lo?" Jawab Satya, dingin.

"Eh, lo udah ngerusak me time gue tau nggak!"

Satya tak merespon. Sampai ia menggeledah kantong celana saudaranya itu, ia tak menemukan apapun.

"Kasih tau dimana lo nyimpen flashdisk gue."

"Eh, buset nih beruang kutub!! Gue udah bilang seribu milyar kali, FLASHDISK NYA NGGAK ADA DI GUE! Masih nggak puas juga sih lo?!"

"Kalian berdua kenapa ribut? Sampe kedengeran ke jalan raya lho," celetuk Chef Andhra.

"Ini Chef, flashdisk Satya diambil orgil ini, padahal itu isinya penting buat kegiatan Go Green lusa."

"Eh, lues amat ya mulut lo ngomong! Gue nggak ambil flashdisk lo!"

"Flashdisk biru ini?"

Chef Andhra memperlihatkan sebuah flashdisk yang diincar Satya.

"Ah, itu dia! Chef dapet dimana?"

"Puas lo! Nuduh sembarangan!"

"Itu kemarin jatuh di kamar mandi bawah, entah siapa yang naruh disana."

ADU MULUT PUN DIMULAI.

"Ah, jangan jangan lo bawa laptop ke kamar mandi pas BAB lagi?! Makanya flashdisk lo bisa disana, ih jorok amat sih lo Sat!"

"Eh! Yang ada otak lo yang jorok! Oh, atau jangan jangan lo lagi yang nyembunyiin disana, ya kan! Ngaku lo maling ketangkep basah sekarang lo!"

"Apaan sih tuduhan lo nggak manjur, sambel pecel! Kenapa juga gue ngelakuin kerjaan serendah itu?! Basi amat lo!"

"Kalo maling ngaku, penjara penuh!"

"Eh, sudah sudah, kenapa malah tambah ribut sih?! Flashdisk nya kan sudah ketemu, jadi masalahnya selesai, jangan di perpanjang lagi!" Ujar Chef Andhra, dan berlalu.

Namun, penjelasan Chef Andhra belum membuat mereka kapok. Mereka saling bertatapan tajam.

"Seandainya kalo gue pasang CCTV, lo mau taruh muka dimana hah? Mau oprasi plastik pake bungkus mie instan aja sekalian muka lo biar lo nggak malu!" Cibir Satya, geram.

"Eh, buset lo mau naruh CCTV dimana? Di kamar mandi aja sekalian lo isi CCTV! Enak aja lo ngomong tentang wajah tampan gue!"

"Muka lo cuma hasil fotocopy muka gue! Plagiat aja bangga."

"Eh, fotocopy darimananya sih, Sumpret?! Asli ini, muka gue tanpa boraks formalin!" Rama mengelus elus wajahnya.

"Mulut lo terlalu amat bacot! Muak gue disini! Udah kayak kandang sapi," ujar Satya dan melangkah pergi.

"Kamar sebagus kahyangan Dewa Indra ini dibilang kandang sapi? Cuihh!! Kayaknya gue nggak perlu oprasi! Yang ada mata lo yang harus dioperasi! Dasar beruang kutub!" Rama tak mau mengalah, seraya menutup keras pintu kamarnya.

"RAMA BACOT!"

"LO YANG BACOT!"

"NGGAK WARAS!"

"LO YANG NGGAK WARAS, SAATTT!!"

Adu mulut itu tetap berjalan walau mereka sudah berada di kamar mereka masing-masing. Untung adu mulut, kalau adu kekuatan mungkin guru BK yang ada disekolah diundang ke kediaman Maharaditya sekarang juga oleh dokter Bram, Papa Satya dan Rama.

***

ANINDHA (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang