Buat lo yang gatau gimana cara lo buat hati gue luluh, tapi cuman sementara doang, besok besok kagak lagi!
Satya yang tengah berdiri memegang sekop dengan telapak tangan yang diselimuti sarung tangan berkebun itu, mendadak memusatkan matanya pada gadis yang tengah berjongkok menanam pohon.
Siapa lagi kalo bukan..
ACHA.
Ungkapan itu ia simpan sementara dulu sebelum Satya berani mengatakan itu kepada...
ACHA.
Karena satu-satunya cewek yang bisa bersamanya saat ini dengan hobi mengomel-ngomelnya seperti emak-emak adalah yang manusia bergender perempuan bernama..
ACHA.
"Eh, sekop Acha lari kemana?" Bingung Acha yang memutar pengelihatan disekitarannya.
Satya melangkah mendekati Acha yang linglung mencari sekopnya itu.
"Sekop lo nggak punya kaki, jadi dia nggak bisa lari," ujarnya seraya menyodorkan sekop milik Acha.
"Ooh jadi sekarang kakak belajar nyolong?!" Pekiknya, mulai kesal.
Satya terdiam sesaat, kenungnya mengernyit. "Maksud lo?"
Acha memutar bola matanya sebal.
"Udahlah Kak, mending Kakak bantuin Dev." Acha tanpa ekspresi yang pasti langsung melangkah menuju kerumunan para peserta putri.
"Dasar bocah nggak jelas!" Gumamnya.
***
Acha yang sejak tadi lalu lalang menanam pohon disekitaran lapangan, menyadari kalau sneakers putih bersol pink tipis favoritnya itu bernodai sedikit lumpur. Begitupun juga dengan Satya. Entah sejak kapan mereka bisa berbarengan seperti ini.
Mode VS diaktifkan.
Meski jarak mereka berdua jauh, tapi bukan sulap bukan sihir, bukan zonk juga, apa yang mereka katakan dan lakukan hampir mirip. Bukan salah siapa-siapa, takdir memang menyuruh mereka seperti itu.
Acha- "Yahh, keliatan jelek deh sneakers lucu Acha, sol pink nya aja udah nggak keliatan, ditutupin lumpurrr!!" Rengeknya, pelan.
Satya- "Hhh..nih sneakers ngadain judul kotor segala," malasnya.
Acha- "Emm, kak, ini Acha udah selesai nanem pohonnya, Acha boleh permisi bentar nggak? Soalnya Acha mau bersihin sneakers Acha." Acha menunjukkan senyum maniss cantiknya itu kepada Olivia.
"Kalau sudah selesai, boleh kok. Silahkan, Dik." Jawabnya.
Satya- "Dev, gue balik bentar ya, mau cuci sneakers dikit, lo bisa sendiri kan?"
"Ohh, yaudah, gue bisa kok.
Lagian ini juga lagi dikit," jawab Dev.Acha- "Gomawo Eonni," ujarnya seraya berlari meninggalkan lapangan.
Satya- "Thanks," tukasnya seraya melangkah santuy meninggalkan lapangan dengan kedua tangannya dimasukkan ke celana panjangnya.
Acha- Acha berhenti pada sebuah keran kecil di dekat lapangan, bukan toilet, bukan kamar mandi juga. Ia langsung membasuh sampai bersih lumpur lumpur menjengkelkan itu dari sneakers nya. Setelah benda pelindung kaki itu bersih, Acha kemudian meletakkannya dibawah terik sinar matahari.
"Tinggal bentar nggak apa apa kali ya? Nggak mungkin juga kan Acha naruh CCTV disini, dan Acha juga gak mau lumutan cuma karna nunggu sampe kering." Ucapnya seraya berlari menuju tenda remaja putri yang tak jauh dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDHA (TAHAP REVISI)
Teen Fiction[SELURUH HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG!] "Menyayangimu adalah sebuah pilihan. Tetap bertekad, atau mengalah?" Sebuah kisah berlatar belakang delta (Δ) atau selisih. Berselisih paham antara saudara sendiri, dan sebuah kisah rumit. Bisa dibilang...