Dengan langkah tergesa-gesa, Ms. Radha memasuki rumahnya setelah mengunjungi sebentar butiknya. Wanita cantik itu memasuki dapur seraya mengambil air minum untuk ia teguk. Ia mengatur napasnya sebentar, kemudian berlari lagi menuju pintu yang kemudian ia tutup rapat dan menguncinya. Dadanya naik turun, kentara sekali beliau tengah panik. Punggungnya menempel pada pintu, begitu juga kedua telapak tangannya. Beberapa kali ia menelan ludahnya, menelan semua kepanikannya. Dan selang beberapa menit kemudian, sebuah mobil terparkir di halamannya, membuat napas Ms. Radha makin tak beraturan. Telinganya menangkap si pemilik mobil membuka dan menutup pintu mobil, dan langkahnya terdengar mulai mendekat.
"Radha. Aku mohon, buka pintunya. Biarkan aku bicara sebentar saja." Pinta pria yang merupakan mantan suaminya yang lagi-lagi mengunjungi rumahnya setelah ia usir kemarin malam.
Jika kemarin malam ia usir pria itu di hari gelap dengan hujan lebatnya, kini pria itu menepati janjinya untuk kembali lagi pada sore yang gerimis sejak tadi pagi. Ms. Radha menggeleng, keringatnya mengucur walau cuaca hari ini cukup dingin.
"Pergi! Aku sudah bilang kemarin, jangan pernah kesini lagi! Aku nggak akan menerima apapun tawaran kamu." Ketusnya yang masih belum membukakan pintu untuk mantan suaminya itu.
"Radha, aku mohon dengarkan aku sekali saja. Aku nggak akan memaksa. Aku hanya ingin bertemu anak-anak, itu saja." Pintanya, berbicara dibalik pintu yang terkunci dari dalam.
Ms. Radha menggeleng, air matanya seketika tumpah ruah ketika mendengar pria itu menyebut anak-anaknya.
"Radha. Please hear me. Aku hanya rindu sama anak-anak. Apa kamu tega menjauhkan seorang ayah dari anak-anaknya? Aku berhak menemui mereka, Radha. Kasih aku satu kesempatan saja untuk menemui mereka." Ujarnya, yang langsung membuat wanita dibalik pintu heran.
Dan beberapa menit kemudian, pintu dibuka. Pria itu tersenyum, memandang mantan istrinya yang menyambutnya dengan air mata membasahi kedua pipi disertai seringaian sinisnya.
"Apa kamu bilang tadi? Aku? Aku menjauhkan anak-anak dari kamu?" Tanya wanita itu, mendongak menatap Pak Keza dengan tatapan menantang. Namun, pria lawan bicaranya ini hanya diam tak dapat menjawab, dan spontan membuat Ms. Radha mendesis singkat.
"Kamu sadar nggak sih kalau bicara? Kamu bicara seolah-olah aku bersikap antagonis, menjauhkan anak-anak dari ayahnya. Itu yang kamu maksud?!" Ujarnya, nada bicaranya naik satu oktaf disertai mata yang memerah akibat menumpahkan rintik air mata.
"Bukannya kamu sendiri yang menjauh dari anak-anak?! Kamu menjauh dari kami karena tak puas dengan satu wanita. Kamu tak puas hanya dengan memiliki aku sebagai istri kamu, dan memilih berpisah demi wanita matre itu!"
Ms. Radha berucap dengan bibir bergetar, air matanya tak surut menetes dari bendungan pelupuk matanya. Kini, hatinya kembali tergores ribuan kali setelah runtuh kemarin malam karena kehadiran mantan suaminya ini lagi.
"Dan sekarang, setelah wanita matre itu ninggalin kamu karena udah menemukan pria lain yang lebih kaya daripada kamu, baru sekarang kamu ingat kalau kamu masih punya anak-anak dan aku yang pernah kamu kecewakan? Apa aku hanya sekedar tempat bernanung untuk kamu gunakan disaat hujan, lalu kamu tinggalkan disaat pelangi tidak didekatku? Begitu?!"
Wanita itu akhirnya meluapkan semua sesak yang memenuhi ruang hatinya setelah sekian lama. Gumpalan awan yang perlahan menghitam akhirnya menumpahkan semua bendungan airnya dan menghantam tanah becek. Ms. Radha menangis sejadi-jadinya, tak peduli lagi dengan sekitarnya. Hatinya terlampau sakit, seolah dunia begitu kejam padanya. Pak Keza hanya bisa diam, ia diserbu rasa bersalah yang teramat sangat ketika menatap mantan istrinya menangis seperti ini karena perbuatannya. Ms. Radha tak dapat lagi menopang tubuhnya, betisnya terasa melemah saat itu juga. Ia memerosot, dan akhirnya terduduk dengan punggung yang bersandar di depan pintu terasnya. Beliau terus memegangi dadanya yang sesak tak keruan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDHA (TAHAP REVISI)
Teen Fiction[SELURUH HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG!] "Menyayangimu adalah sebuah pilihan. Tetap bertekad, atau mengalah?" Sebuah kisah berlatar belakang delta (Δ) atau selisih. Berselisih paham antara saudara sendiri, dan sebuah kisah rumit. Bisa dibilang...